puisi

Hanya gerimis

yang mengabarkan dingin dengan enggan

sementara bara api sudah terpanggang habis-habisan

 (dan)

Biarlah malam berpuisi tentang esok

yang lebih gila lagi

untuk dimengerti

Wajah itu masih sama seperti kemarin
cuma uban mulai bertumbuhan

Ku termenung dalam kesendirianku,.

Langit disenja ini semakin menghitam,.
Menghiasi bumi tanpa berpikir,.
Bahwa bumi ini akan menjadi gelap,.
Namun setitik cahaya ku lihat,.
Dibalik awan awan yang hitam,.
Terdapat sejuta bintang yg menari,.
Memandangku dan berkata,.
Waktu akan terus berjalan,.
Aku hanyalah bintang yang diciptakan,.
Hanya untuk menjalani dan menghadapi hari2ku,.

Siklus

Ketika bayi menghirup udara

Itu berarti kelahiran

Di taman hati

Kenangan  itu laksana duri diantara kumpulan mawar

Menorehkan perih dan meninggalkan jejak luka

Namun,

duri yang pernah ditancapkan di taman hati 

Ternyata dipakaiNya

Menengadah ke langit senja,
Memperhatikan awan berarak indah dengan warna yang tercampur abstrak

Aku selalu menyukai warna langit
Goresannya tak pernah sama di setiap waktunya

Ktika ku sedih, Kau dtng mbawa penghiburan,.

dulu kakekku pernah berkisah
tidaklah susah membunuh penjajah
cukup runcingkan bambu sebatang
lalu tusukkan dari belakang

Buat apa harus tunggal
Kalau ternyata itu plural
Buat apa harus Satu
Kalau ternyata itu banyak

.........

Perlakukan aku sebagai wanita

Seka air mataku dengan punggung tanganmu

Ketika kabut selubungi pelupuknya
dan sungai meleleh hangat dari sudut-sudutnya
jagai aku ketika aku mulai gontai

Genggam tanganku

Tak perlu erat pun mesra
iringi saja langkahku
Saat kususuri sendiri jalanan hari ini

Tertundukku Terhadap-Mu
Tampak Teduh Tempat-Mu
Terlanjur Terhempas Tengkurap
Tak Terkira Telak
Terpuruk Tanpa Tapi
Terpuruk Tubir Tulah
Terpuruk Terus Tepian Tepi

 Sabarlah........

hanya ingin mencintaimu
itu yang ku tahu

hanya ingin bersamamu
itu yang ku mau

bukan malam yang membuatmu semakin semu
tapi rasaku yang mulai membeku

cintaku hanya untukmu
kalimat itu kini berdebu

Hatiku…

BULAN SEPARUH BAYANG DI KALYANA

Malam dalam dingin kunang-kunang
Bulan separuh bayang di Kalyana
Bersama serentetan kisah bersama dia
Dia yang selalu ada dalam jiwa
Rinduku menyeruak menunggu sinarnya membulat

Sekarang aku tahu

Fajar mungkin akan segera berlalu