kehidupan

Wajar saja bila kala musim hujan, hujan tumpah setiap hari. Sayangnya hujan yang memang wajar turun di Januari membuat pihak-pihak yang bertugas membuang sampah merasa wajar menunda membuang sampah hingga hujan reda.

Hidup adalah pilihan. Dari saat kita membuka mata di pagi hari, tak terhitung kiranya pilihan yang harus kita buat. Ada pilihan yang sederhana semacam menentukan menu sarapan di pagi hari, pakaian apa yang harus dikenakan hari itu, rute yang harus dipilih ke tempat kerja dan sejenisnya.

“Aku telah memutuskan mengakhiri petualanganku. Aku meninggalkan duniaku. Aku berhenti total dari keinginanku menjadi seorang perempuan. Aku telah menerima takdirku sepenuhnya. Aku memberi diriku kepada Yesus Kristus, menerima keselamatan itu sepenuhnya. Aku sekarang bukan lagi seorang banci dan homo”

27 Januari 2009. Pagi ini, aku bangun dengan ‘sedikit’ rasa malas. Cuaca, hawa dingin yang menusuk, otot-otot yang telah ‘tepaksa’ meregang beberapa hari ini, pikiran yang ‘terpaksa’ bekerja keras dan terfokus, membuatku malas bergerak dan melakukan apapun.

Di dalam dunia ada dua jalan

Awal tahun 2009, beberapa pertanyaan datang memburuku.

Bukan tentang:

• Berapa banyak orang yang telah kumenangkan bagi Kristus?
• Berapa banyak mujizat yang telah kulakukan?
• Berapa banyak yang telah kutahu tentang FirmanMu?
• Berapa hebat aku telah melayani?

Tetapi:

Kehilangan. Sebuah kata yang umumnya mengundang reaksi menyedihkan. Terutama bila yang hilang adalah sesuatu yang berarti dalam hidup. Hal yang istimewa biasanya dijaga lekat-lekat agar tetap berada pada dekapan. Sayang, meskipun terdekap erat tetap saja ia dapat terbang begitu saja tanpa meninggalkan jejak kecuali sepenggal kecewa.

Aku tinggal di sebuah perumahan yang... yach lumayan bagus untuk kota Semarang. Perumnas di ujung kota Semarang, tapi tipe rumahnya lumayan gede-gede. Masing-masing rumah minimal mempunyai satu mobil atau paling tidak satu motor.

I am sorry ...ku tak akan love you lagi... lebih baik cari pacar lagi... terdengar lagu dengan irama yang mendayu-dayu itu dari kamar keponakanku.

 Aku sempat bingung memberi judul tulisanku kali ini.

Jaman Sekarang ga punya motor sama saja monyong. Gimana ga monyong, lha wong kalo kemana-mana jadi mahal, selain mahal bisa jadi ga mobile.

saya lagi bingung dengan masalah yang sekrang aku hadapi ini.

sekarang di dalam keluarga saya,sedang mengalami masalah keuangan,saya bingung harus gmana..

mungkin saya blm bisa beradaptasi dengan keadaan saya yang sekrang. dan itu menurut saya,sangat menyiksa. saya gak bisa ngapa2in lagi kyk dulu.

Hemmmm.... setelah hampir 30 tahun berlalu. Ya... kira-kira segitulah! Hari ini aku mendengar suaranya. Suara yang hampir-hampir tak pernah muncul di kehidupanku. Tak ada ‘interaksi’ diantara kami selama itu, tak ada kabar, tak ada cerita, namanya-pun hampir-hampir terlupakan olehku.

Beberapa tahun silam seorang wanita membuat love list, yakni daftar rinci kriteria pasangan hidup impiannya, berdoa, dan kemudian menyimpannya. Waktu berlalu, ia pun lambat laun melupakan daftar buatannya itu, hingga ia menemukan seseorang yang akhirnya dinikahinya.

Kesan pertama aku melihatnya: yaaaa... untuk ukuran dunia jelas ne’ manusia dikategorikan "tampan”, modis, bodi mantap, dan hemmmm... wangi!! Keren pokoknya.... He he he... tapi aku ’kok’ merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya entah apa.

“Aku lagi puasa nulis di blog manapun neh...” tulisan itu kukirim kepada seorang teman yang kutemukan dari komunitas ini minggu kemarin. Termasuk di Sabda Space juga... begitu pikirku. Dan... berhasil!! Kira-kira 2-3 mingguan ini aku berhenti. Ha ha ha ha...