Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Just One Step... Anggita!
“Aku lagi puasa nulis di blog manapun neh...” tulisan itu kukirim kepada seorang teman yang kutemukan dari komunitas ini minggu kemarin. Termasuk di Sabda Space juga... begitu pikirku. Dan... berhasil!! Kira-kira 2-3 mingguan ini aku berhenti. Ha ha ha ha...
Tapi hari ini puasa-nya udah kelar (dah nulis lagi neh Em...). Bukan karena alasan2 lain.. tapi emang karena ada banyak hal yang terjadi, ada perjalanan panjang yang membutuhkan ketetapan hati yang sedang kulakukan dan kuperjuangkan... wah.... dan aku ingin menceritakannya sekarang...
***
Just One Step... Anggita!
“Aku udah berusaha berkali-kali bunuh diri kemaren sebelum kau muncul di kehidupanku... hidupku hancur... aku bukan anak haram, tapi tidak diinginkan dan tidak dianggap! Aku benci pada orang tuaku! Aku tak punya rasa apa-apa lagi! Aku tak bisa menangis, tak bisa tertawa, aku tak punya rasa lagi... semua yang ada padaku hanya satu... KEMARAHAN! Kamu benar, Ik. Kamu benar waktu mengatakan bahwa kamu melihatku duduk terdiam di pojokan gelap, kering, tak bertulang, itu aku! Aku ke kantor, pulang, menari, kemanapun, tapi tak ada apapun di hidupku Akulah zombie itu! Akulah itu!!” kata Anggita dengan mata menyala.
Usia sekitar 24 tahun, badan yang kecil, kurus (bahkan lebih kurus dariku he he...), tatapan mata kosong dan wajah yang muram, tanpa senyum, tanpa rasa, itu gambaran dari satu orang teman baruku yang kutemui kira-kira 1 bulan terakhir ini, Anggita sebut saja namanya itu.
“Aku hanya suka menggambar ‘manga’, menatap langit malam, duduk sendirian dan membiarkan semua pikiran dan perasaanku terbang...”
“Aku selalu menggambar ‘manga’ dengan sayap, karena aku selalu ingin bisa terbang jauh dari semua ini... seandainya saja aku bukan aku... ah!!!”
Percakapan demi percakapan masih terus kami lanjutkan. Satu orang ini, kembali mengasah kesabaran, mengasah ketergantunganku kepada Tuhan. Aku sangat sangat sangat ingin menyentuhnya, masuk kepada kedalaman hatinya, dan memeluknya erat. Tapi, dia bagaikan anak singa liar yang terluka. Entah, sampai sekarangpun kehidupannya masih berupa 80% misteri bagiku.
Sampai detik ini, ‘bukit batu’ itu masih belum hancur! Nyaris setiap saat pertemuan apapun, entah dari sekedar nongkrong dan bengong, nonton film, donor darah, tak terlewatkan satu Firmanpun dari setiap pertemuan kami
Yaaaahhh.. masih belum jebol, masih belum usai,masih membutuhkan kekuatan dan ketangguhan. 1 Bulan berlalu, dan hanya satu perubahan kecil yang kutemukan dari persahabatan kami, memergoki matanya yang menatapku dalam-dalam dengan sembunyi-sembuyi.Hemmmm....
“Just one answer, one step, one way...Anggita! Give your heart to HIM!” kataku
“Aku tahu itu Ik! Semua aku tahu!! Tapi, nggak bisa Ik! Aku tak yakin bisa bangkit dari kehancuranku! Aku nggak yakin sama sekali. Aku pernah menjadi sama seperti kamu beberapa tahun lalu. Aku pernah berapi-api persis seperti kamu! Aku pernah luar biasa menjangkau dan memberitakan Injil. Aku tak bedanya dengan kamu beberapa tahun yang lalu. Tapi aku meninggalkanNya setelah menyaksikan orang-orang terdekatku yang dulu hebat di pelayanan meninggalkanNya dengan berpaling kepada kepercayaan yang lain, hanya karena uang, karier, pasangan hidup. Sekarang? Aku tak tahu lagi.... aku masih mau mengikutimu kemanapun kamu ajak aku pergi, tapi berikan aku waktu... ”
Yaaaa... itulah yang terjadi sampai detik ini, hingga waktu aku posting blog ini.
Dan, aku masih terus berharap pada Tuhan, memintakan anugerahNya yang besar! Aku mau dia diselamatkan, dan berlari lagi di panggilan Tuhan Yesus Kristus yang luar biasa ini, tetapi kali ini menyelesaikannya sampai akhir!!
Sampai sekarang di hatiku masih terus terucap satu doa untuknya, “Just one answer, one step, one way... Anggita!”
- iik j's blog
- 3608 reads
pemberita Injil (sebaiknya) bukan 'pedagang'
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
@Iik...semangat!!!!
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
Thanks @ GKMIN
Thanks @ 3m1
SEMANGAAAT!!!
Thanks @Noni