Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tergusur, tetapi tidak terkubur - bag.2
Apa yang harus saya tulis di bagian ke-2 ini? Rasanya bagian ini sudah ditulis oleh para komentator di bagian ke-1 (Kalau mau baca klik di sini) yaitu bagaimana bersiasat agar artikel kita tetap berada di halaman muka. Bukan, bukan dengan mengecoh kalimat program situs ini. Masak mau merusak milik sendiri? Tetapi dengan menyambut ramah para komentator yang datang, dan menulis jawaban terhadap komennya dengan judul yang menggelitik. Dengan siasat ini pula bagian ke-1 dalam waktu 7 hari telah mengumpulkan 464 hits. Ini “wow” buat saya karena untuk artikel yang jauh lebih berbobot, misalnya “Menyiasati Biaya Pendidikan”, hanya mendapat 458 hits. Karena itu lebih baik di bagian ke-2 ini saya menulis sekitar para komentator yang bagi orang baru tampak sangat menakutkan. Blogger lama sebaiknya tidak ikutan membaca agar tidak tersinggung. Okey?
Mungkin Anda sudah memegang member card of Sabda Space tetapi belum mengaktifkan nomor pin-nya. Anda ragu apakah artikel perdana Anda diterima baik oleh para penghuni lama situs ini. Karena itu selama ini Anda lebih lebih suka berlaku sebagai pengunjung. Berkeliling melihat-lihat, mengambil beberapa artikel untuk koleksi pribadi lalu cabut.
Apa yang harus saya tulis?
Sebetulnya bila Anda menjelajahi situs ini lebih teliti, Anda akan menemukan beberapa blog/artikel yang sangat amat sederhana. Ada yang bercerita baru sekali ini menulis dan ingin menulis ayat Alkitab kesayangannya. Setelah menyalin ayat itu, dalam beberapa kalimat ia menjelaskan mengapa ayat itu menjadi kesayangannya. Apakah blog ini dicuekin? Ternyata tidak. Ada blogger yang memberikan komentarnya dan mengucapkan selamat datang.
Di sini tidak ada kriteria sebuah artikel harus seberapa panjang agar bisa disebut “blog”. Asyik ‘kan? Mengapa tidak sekarang saja Anda menulis blog perdana Anda? Mau menulis apa? Bagaimana kalau semacam ini.
“Saya orang baru di sini. Saya tinggal di sebuah kota kecil di utara Gunung Muria. Saya baru lulus SMP. Seorang pengurus gereja saya yang punya warung internet memberi hadiah. Selama sebulan, setiap hari saya boleh main internet selama 1 jam dengan gratis. Dia pulalah yang mengajari saya masuk ke Sabda Space. Katanya, di sini banyak tulisan yang bisa saya jadikan bahan majalah dinding sekolah atau majalah remaja gereja. Kalau saya mengambil artikel Bpk/Ibu/Sdr/i apa harus minta ijin dulu?
Rukmini itu nama samaran saya. Maaf, saya tidak berani mengisi formulir data diri karena saya takut ketahuan teman, tetangga dan orangtua saya. Padahal saya ingin menulis banyak cerita tentang mereka. Waktu 17-an yang lalu saya mewakili sekolah dalam lomba fashion pakaian daerah se kabupaten. Saya juara ketiga. Kata teman-teman harusnya saya jadi juara pertama karena rambut saya bagus, panjang sepinggang. Tetapi karena saya tidak menuruti nasehat mereka untuk melepas kalung salib saya – yang tampak jelas dalam pakaian daerah – saya hanya menjadi juara ketiga. Bukan karena jurinya tidak adil tetapi karena Tuhan Yesus sendiri pernah bilang anak-anak tebusan-Nya harus jadi yang paling belakang.
Sekian dulu ya perkenalan diri saya.”
Tetapi tolong diingat bila Anda akan mempergunakan nama samaran, jangan memakai nama Rukmini atau Rokmini ya. Nanti ada yang mencurigai penulisnya adalah blogger lama yang mengkloning nama lamanya. Pasti tidak ada blogger yang datang memberi kesan dan pesannya seperti yang biasa terjadi pada blog perdana perkenalan diri.
A week-end letter to my sweet Jesus
“Mengarang itu gampang,” begitu judul sebuah buku karya seorang penulis Indonesia terkenal. Saya tidak setuju karena setelah saya mempraktekkannya sulitnya bukan main. Tetapi karena terus berusaha akhirnya saya bisa menulis karangan dan tahu cara sederhana untuk berlatih menulis.
Anda berdoa paling tidak satu kali dalam sehari, bukan? Bagaimana bila Anda menulis doa itu? Tidak perlu setiap hari. Setiap hari catatlah doa itu di selembar kertas. Pada hari Sabtu pilihlah salah satu doa yang paling berarti bagi Anda dan tulislah di situs ini seperti layaknya Anda bersurat kepada Tuhan Yesus. Usahakanlah setiap akhir minggu Anda menulisnya. Disiplin ini akan membuat Anda makin trampil menulis. Tetapi apabila pada suatu ketika Anda mengalami kesulitan, jangan memaksa diri. Beristirahatlah sejenak alih-alih mengunggah tulisan yang membingungkan pembaca.
Karena surat itu Anda tujukan kepada Tuhan Yesus, pergunakanlah kata-kata yang sopan dalam bahasa Indonesia yang baik. Walaupun hati sedang jengkel berat, jangan sekali-sekali menyelipkan kata-kata kasar atau makian. Karena menulis di situs ini tidak dipungut biaya, jangan menulis artikel Anda dalam bahasa SMS. Namun sebaliknya jangan menulis laporan yang kaku dan hanya berisi fakta. Curahkanlah emosi dan perasaan hati kepada Tuhan Yesus sebagai seorang Sahabat yang setia, Contohnya?
“My dear Christ,
Kamis malam Ibu mengajak saya ke supermarket. Biasa, acara belanja dua mingguan. Tetapi malam itu tidak biasa buat saya. Ketika sampai di konter sikat gigi, mendadak Ibu bertanya kepada saya. “Nik, Ibu heran mengapa akhir-akhir ini sikat gigimu cepat sekali rusak. Padahal mereknya tidak Ibu ganti. Mengapa kamu sekarang lebih sering menyikat gigi padahal Ibu lihat kamu tidak sakit gigi? Malahan sering senyum-senyum sendiri.”
Aduh Christ, apa yang harus saya lakukan? Malam itu saya pura-pura tidak mendengar pertanyaan Ibu. Tetapi saya merasa bersalah. Ibu sangat menyayangi saya, tidak pantas bila saya pura-pura tidak mendengar pertanyaannya. Tetapi bagaimana menjelaskannya kepada Ibu? Saya takut Ibu marah bila tahu kejadian yang sesungguhnya. Saya masih SMA, nilai rapot masih pas-pasan. Plis, tolongi saya ya. Bisikkan kepada saya apa yang harus saya lakukan.”
Blogger sangar, siapa takut?
Bisa juga Anda menunda mengunggah artikel karena takut diusili beberapa blogger yang sadisnya bukan main dalam berkomentar. Itu juga yang terjadi pada artikel perdana saya. Untungnya lama sebelumnya saya diam-diam telah membuat “personal card” mereka. Di situ tidak saja saya menyalin apa yang mereka tulis di lembar profile diri mereka, tetapi juga jati diri mereka yang tanpa sengaja mereka ungkapkan dalam blog atau komentar mereka. Tidak lengkap memang. Tetapi setidaknya saya punya potongan-potongan “gambar” mereka. Yang tidak terduga adalah mereka yang sangar ini ternyata dalam kehidupan di dunia nyata mempunyai karakter yang jauh berbeda. Bahkan ada yang bertolak belakang. Di situs ini ada yang gemar jadi tukang pukul, tetapi di dunia nyata sering menjadi penghibur mereka yang sedang berkesusahan. Di sini menyatakan tidak sudi memberi persembahan di gereja, tetapi di dunia nyata ia “boros” membelanjakan uangnya untuk menolong orang. Karena itu saya setuju dengan pendapat seorang blogger yang berkomentar di bagian ke-1 bahwa kesangaran mereka itu hanya sebuah keusilan semata. Main-main saja. Mereka senang menggoda blogger lain dengan berlagak sangar. Jadi, daripada takut lebih baik bilang kepada mereka, “Godain gue dong.”
Jawablah komen mereka. Bila bingung, tulis saja “Terima kasih untuk kesan dan pesannya.” Bila ada pertanyaan dan Anda tidak bisa menjawabnya, bilang saja “Maaf, saya tidak tahu bagaimana menjawabnya. Ada yang mau menolong saya?”
Yang sering terjadi adalah komentar yang masuk tidak berhubungan dengan topik yang kita tulis. Misalnya saja sebuah artikel berkisah tentang seekor gajah. Masuk komentar yang mengatakan “buntut gajah itu kecil.” Lalu seorang blogger menimpali “iya betul, seperti ular.” Masuk blogger lain yang bercerita tentang ular. Mendadak saja terjadi perang komentar tentang ular berkepala dua. “Ular berkepala dua itu beranak,” kata seorang blogger. “Tidak bisa,” jawab yang lain, “mau kepalanya lebih dari dua selama masih bernama ular pasti bertelur.” Apa yang harus Anda lakukan? Meniru beberapa blogger yang pernah mengalami kejadian ini, lebih baik Anda berdiam diri. Nikmati saja.
Tidak bisa dipungkiri memang ada satu dua blogger yang mengartikan “kemerdekaan bicara” di sini sebagai kebebasan bicara apa saja dalam bentuk apa saja sehingga membuat banyak orang risih membaca komentarnya. Sebagai penulis pemula, lebih baik Anda tidak menanggapinya. Biarlah Satpol PP yang menanganinya.
Melangkah ke tingkat berikutnya
Setelah Anda lancar menulis hal-hal tentang diri Anda, Anda harus mulai menulis hal-hal yang terjadi di luar diri Anda bila Anda ingin meningkatkan ketrampilan menulis. Jadilah “citizen reporter” yang merekam peristiwa di luar diri Anda dan mengungkapkan kesan Anda. Tentang guru sekolah Anda yang setia mengajar walaupun gajinya tidak mencukupi sehingga malam hari ia harus berjualan nasi goreng. Tentang tetangga Anda, tentang kampung Anda, tentang kota Anda, tentang gereja Anda.
Dalam menulis artikel-artikel itu berusahalah agar melalui apa yang Anda tulis pembaca knowing the good, kemudian desiring the good, dan akhirnya doing the good. Ini bukan pekerjaan yang mudah. Tetapi jadikanlah itu sasaran yang harus Anda capai dalam menulis. Penulis yang hebat adalah mereka yang tulisannya membuat pembacanya melakukan apa yang ditulisnya. Artikel-artikel seperti inilah yang tidak pernah terkubur walaupun sudah tergusur oleh artikel-artikel lainnya.
Dan apa yang Anda lakukan akan menjadi luar biasa apabila Anda mempersembahkannya untuk kemuliaan Nama Bapa Sorgawi kita.
Akhir kata, ijinkan saya berlaku lancang mewakili para penghuni lama untuk menyambut Anda sekalian dengan ucapan,
“Selamat datang para pengarang.”
(the end)
Belum ada user yang menyukai
- Purnomo's blog
- 3787 reads
Buntut Nyambung
pelajaran yang bagus
Ayo menulis!
senang rasanya
Jadi Blogger Top Klewer
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@KETIKA BLOGGER BARU BERDATANGAN
Diam-diam saya bilang pada aku, "Hebat 'kali kamu ini. Anjuranmu dituruti." Sekali tempo berlaku sombong 'kan boleh saja, untuk merasakan nikmatnya kesombongan itu.
Mungkin apa yang dirasakan oleh Empek, tidak jauh berbeda dengan apa yang saya pikirkan ketika melihat banjir artikel. Apa yang saya tulis ternyata masih kurang. Tetapi bila saya menulis bagian ke-3 yang berisi hal-hal yang diuraikan oleh Empek di atas, saya kuatir banyak pembaca yang bingung dan bertanya "Sejak kapan kamu diangkat jadi Admin?"
Jangankan menulis "apa yang patut diperhatikan oleh blogger baru", memberi greeting kepada "Aku" yang baru masuk sudah diheraninya. "Apa Anda termasuk tim penyambutan?" Susah menjawabnya. Dijawab "tidak" kok memberi greeting. Dijawab "iya" nanti dia tanya "selain greeting apa tidak ada welcome drink untuk saya?".
Tetapi saya senang melihat kedatangan para penulis baru di sini. Salah-salah sedikit sih sudah lumrah. Dan saya harapkan tidak ada blogger lama yang menyalahkan blogger yang baru belajar. Saya juga senang melihat para blogger lama berbaik hati menunda mengunggah artikel-artikel barunya untuk memberi tempat terbaik bagi pendatang baru.
Terima kasih untuk Empek yang melengkapi bagian ke-2 ini.
Salam.
Juga kepada blogger baru yang sekarang namanya telah menghilang dari daftar blogger. Mengapa mundur setelah pibu berkepanjangan di shoutbox? Masuklah kembali kemari dengan nick name baru dan rubahlah strategi Anda dalam berjualan. Strategi perang frontal banyak ruginya. Do not telling, but selling. Daripada mempertandingkan perbedaan, bukanlah lebih baik memperbandingkan perbedaan?