Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ngebrik itu Nggak Ada Matinya

Purnawan Kristanto's picture

Ngebrik

Saat erupsi, Merapi menyemburkan lava pijar dan menimbulkan awan panas. Jatuh banyak korban di antara warga yang bermukim di lereng tertinggi Merapi. Para relawan bergegas menolong para penyintas. Lalu terjadilah situasi chaos. Penyebabnya karena ada gangguan komunikasi. Relawan kesulitan berkoordinasi melalui komunikasi radio karena ada orang yang melakukan interferensi gelombang radio. Para relawan sering menyebutnya ngejam.

Dalam komunikasi radio, ada satu kanal gelombang yang digunakan untuk mengirimkan dan menerima sinyal radio secara bergantian. Jika ada dua orang yang mengirimkan sinyal secara bersamaan, maka sinyal yang lebih kuat akan menutup sinyal yang lebih lemah. Atau jika dua sinyal itu sama kuat, maka justru kedua sinyal tidak akan terdengar oleh orang lain. Hal inilah yang dilakukan oleh orang yang ngejam. Dia akan terus-menerus memencet tombol PTT (Push To Talk) sehingga orang lain tidak punya kesempatan untuk berbicara.

Dalam keadaan yang genting, ketika nyawa manusia menjadi taruhannya, justru ada orang dengan sengaja mengganggu komunikasi para relawan. Selain ngejam, ada juga orang yang mengganggu dengan melontarkan komentar-komentar yang tidak pantas. Misalnya, ketika para relawan sedang sibuk mengevakuasi para korban luka-luka, dengan tega ada orang berkomentar: "Wis ben modar sisan" (biar mampus).

Para pemakai radio yang pemula jika mendapat gangguan ini biasanya hanya bisa pindah kanal frekuensi. Mereka tidak bisa menegur pelakunya karena tidak tahu siapa yang melakukannya. Apalagi jika pelakunya menggunakan pesawat Handy Talkie (HT) yang bisa digunakan untuk berpindah-pindah lokas. Namun bagi penggila radio komunikasi, mereka dapat melacak keberadaan 'teroris' di udara ini. Hal ini diungkapkan oleh pa Argo, seorang breaker senior di kota Klaten. Bagi yang telinga breaker yang terlatih, mereka bisa cepat mengenali siapa yang sedang berbicara meskipun orang tersebut belum memperkenalkan diri. Mereka mengenali dari modulasi atau karakter suara. Bagi telinga awam, orang yang sedang berbicara di HT atau rig itu terdengar sama. Tapi bagi yang sudah kampiun, mereka bisa mengenali siapa yang sedang berbicara dan bahkan tahu menggunakan pesawat milik siapa. Misalnya saya biasa berkomunikasi menggunakan rig merek "K." Saat saya meminjam rig punya orang lain, lawan bicara ini langsung bisa menebak, "Mas Wawan menggunakan perangkat milik pak B, ya?"

Para pandemen radio gelombang pendek ini juga bisa memburu lokasi pemancar tertentu. Mereka menyebutnya "Fox Hunting." Di antara komunitas mereka ada kompetisi untuk perburuan ini. Caranya ada salah satu anggota menjadi "buruan" yang bersembunyi. Setelah itu dengan membawa antene pengarah, anggota komunitas yang lain melacak buruan. Karena jammer sudah dianggap keterlaluan maka para relawan Merapi memutuskan untuk memburu pelakunya. Berbekal antene pengarah, diam-diam mulai melacak pelakunya. Ketika lokasinya sudah dekat, tiba-tiba jammer ini mematikan perangkatnya. "Waktu itu pukul 2 pagi. Sinyalnya sudah sangat kuat, tiba-tiba orangnya mematikan pesawatnya," tutur pak Argo.

Tanpa ada sinyal, maka mustahil melacak dan menangkap pelaku. Maka para relawan itu menyanggong di lokasi terakhir. Mereka nongkrong di angkringan terdekat sambil terus menghidupkan alat pelacak. Tiba-tiba pukul 4 pagi, orang ini menghidupkan kembali perangkatnya. Maka relawan pelacak segera melompat dari tempat duduknya dan memburu pelakunya. Hasil pelacakan membawa mereka pada sebuah rumah. Untuk memastikan, mereka mematikan saklar meteran listrik. Tanpa aliran listrik, perangkat pelaku tidak bisa memancarkan sinyal. Relawan kemudian menghidupkan radionya. Ternyata sinyal pengganggu hilang. "Pasti orang ini pelakunya," simpul mereka. Maka mereka langsung menerobos masuk ke dalam rumah dan menangkap pelakunya.

Uniknya, pelakunya adalah seorang anak kecil, namun dia melakukannya atas suruhan bapaknya. Bapaknya ini yang selalu mendampingi sang anak dalam ngejam. "Hebatnya, anak ini punya mental yang kuat. Saat dia ngejam, ada banyak relawan yang memaki-maki anak ini melalui udara, tapi anak ini tidak terpengaruh sama sekali," tutur pemilik toko elektronik Elita.

****

Pada tahun 1980-an, komunikasi via radio ini mengalami masa keemasan. Anak-anak muda saat itu merasa bangga jika bisa menggenggam pesawat CB (Citizen Band).  Mereka cuap-cuap di udara bersama-sama. Jika ingin mengobrol lebih intensif, maka biasanya seseorang mengajak orang lain untuk "mojok." Maksudnya beralih ke frekuensi lain dan mengobrol hanya berdua di sana. Farid Hardja merekam fenomena ini dengan menciptakan lagu "Bercinta di Udara."


Lagu "Bercinta di Udara" dibawakan oleh Warkop

Seiring kemajuan teknologi komunikasi, maka karisma ngebrik ini mulai meredup. Banyak orang beralih ke HP yang jangkauannya lebih luas, lebih privat, lebih praktis dan harganya pun semakin murah. Meski begitu, perangkat komunikasi radio ini tidak lantas menjadi mati. Ternyata masih ada komunitas dan kelompok masyarakat tertentu yang masih memanfaatkan kelebihan perangkat ini. Yang paling banyak adalah komunitas relawan tanggap bencana. Ada keunggulan komunikasi radio yang belum tergantikan. Keunggulannya adalah:

1. Tidak membutuhkan pulsa. Sepanjang setrum baterai masih ada atau masih ada sambungal listrik, maka komunikasi via radio tidak dibatasi waktu.

2. Bersifat serentak. Jika HP hanya menghubungkan 2 perangkat (atau 3 jika conference call), maka komunikasi radio bisa menghubungkan banyak perangkat dalam waktu bersamaan. Dengan sekali pencet PTT, maka kita bisa mengirimkan pesan ke semua pemegang perangkat radio yang memonitor.

3. Tidak tergantung pada BTS dan traffic seluler. Saat gempa mengguncang Jogja dan Jateng tahun 2006, ada banyak menara BTS yang roboh sehingga relawan kesulitan berkomunikasi via HP. Atau jika menara BTS masih berdiri, lalu lintas komunikasi seluler ini melonjak tinggi sehingga pengguna sulit untuk menghubungi atau dihubungi. Kiriman SMS juga terlambat. Hambatan ini bisa dihindari dengan radio komunikasi.

Di samping kelebihan, komunikasi via radio juga memiliki sejumlah keterbatasan:

1. Rentan terhadap gangguan. Seperti uraian di atas, komunikasi radio mudah sekali diganggu baik itu secara sengaja atau tidak sengaja (tertimpa luberan sinyal atau sering disebut kena spleteran).

2. Mudah dikuping. Untuk pembicaraan yang bersifat rahasia maka komunikasi radio ini bisa didengarkan oleh orang lain.

3. Agak ribet. Pengguna harus belajar mengenali fasilitas yang terdapat pada perangkatnya supaya bisa digunakan maksimal. Jika ingin memperluas jangkauan, pengguna bisa menambah antene luar. Akan tetapi supaya hasilnya bagus, ada rumus-rumus tertentu yang harus dihitung. Misalnya berapa panjang kabel dan tinggi
antena.

Kecapekan

Secara pribadi saya mengenal komunikasi radio ini saat menjadi relawan gempa 2006. Setelah itu berhenti agak lama. Saat menjadi relawan pada erupsi Merapi 2010, saya kembali menenteng HT. Setelah masa tanggap darurat selesai, eks relawan ini tetap berkomunikasi dengan radio setiap malam. Beberapa orang kemudian bergabung ke dalam komunitas di udara. Mereka adalah orang-orang yang pernah menjadi relawan gempa dan masih menyimpan perangkat radio. Tak terasa sudah ada sekitar 20 orang yang bergabung dalam frekuensi 147.360 MHz. Kami menamakan jalur ini dengan jalur 'Kemanusiaan, Perdamaian, Cinta Kasih dan Budaya." Hampir semua anggotanya tinggal di kota Klaten.
Breaker
Karena komunitas ini masih baru, maka kami mengadakan Kopi Darat pertama supaya bisa saling mengenal. Selama ini kami hanya bertegur sapa di udara, namun ada yang belum lihat wajahnya. Komunitas ini merupakan gabungan dari breaker yang sudah sangat senior dan breaker pemula.

Komunitas lain yang cukup menarik ada di frekuensi 142.320 MHz yaitu komunitas "Kabar Baik." Setiap subuh mereka mengudara. Menjelang fajar itu mereka mengadakan saat teduh bersama-sama. Ada yang memulai dengan nyanyian, kemudian disambung dengan pembacaan Firman Tuhan, disusul menyanyikan pujian dan diakhiri dengan berdoa syafaat. Jangan bayangkan persekutuan ini berlangsung di satu tempat. Ibadah di udara ini diikuti oleh orang-orang di Solo Raya (Solo, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Womogiri, dll). Masing-masing anggota mengudara dari kota masing-masing. Uniknya, ibadah ini mengalir dengan lancar. Tidak ada yang rebutan ngomong.  Misalnya, saat anggota dari Solo akan menyampaikan Firman, dia meminta anggota yang di Sukoharjo untuk membacakan ayat Alkitab. Orang yang disuruh ini sigap melaksanakan. Usai penyampaian Firman, secara bergiliran para anggotanya menyanyikan pujian. Ada yang lucu-lucu di sini. Ada yang tidak hafal syairnya, ada pula yang nadanya tidak pas. Namun itu tidak menjadi soal. Saat berdoa syafaat, masing-masing anggota mengemukan beban doa masing-masing. Setelah itu, mereka saling mendoakan di udara. Sebuah persekutuan yang indah menjelang fajar!

***

Untuk membeli peralatan komunikasi radio memang tidak murah. Kalau untuk perangkat Handy Talkie (HT), kita harus merogoh kocek sebanyak Rp. 600 ribu s/d Rp. 1,2 juta tergantung merek. Pepatah Jawa mengatakan Jer Basuki Mawa Bea,  ada harga ada rupa. Semakin mahal harganya, kualitas perangkatnya semakin bagus. Meski begitu, akhir-akhir ini kami menemukan HT buatan Cina yang harganya relatif murah tetapi dengan kemampuan yang ngedab-edabi.

Kelemahan HT adalah jangkauannya yang terbatas. Biasanya hanya bisa menjangkau radius 10 km, tergantung lokasi. Untuk daya jangkau yang lebih luas, dibutuhkan pesawat rig. Daya jangkau pesawat bisa lebih dari 100 km tergantung topografi setempat. Sebagai contoh, pesawat rig saya yang ada di Klaten bisa mendengar dan berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di Jawa Timur (Madiun, Ponorogo dll).

Harga rig bervariasi antara Rp. 800 ribu s/d Rp. 2 juta. Kalau hanya punya rig, Anda belum bisa mengudara. Anda masih harus membeli power supply (sekitar Rp. 500 ribu), antenne (Rp. 150-Rp. 400 ribu), pipa dan ongkos tukang antena.

Karena biayanya yang lumayan menguras kantong, maka Anda sebaiknya berpikir masak-masak sebelum menggunakan perangkat ini. Kalau sekadar coba-coba, cobalah untuk menggunakan HT lebih dulu atau membeli rig bekas. Namun meskipun mahal, kami sudah merasakan manfaatnya. Kami bisa bertukar kabar dengan cepat. Kami bisa mendapatkan informasi dengan cepat. Misalnya kami bisa mengetahui kondisi Merapi terkini atau memantau lalu lintas di Klaten dengan mendengarkan frekuensi Polisi Lalu Lintas.

Berikut ini frekuensi pemantauan Merapi:

  • Pos Turgo Asri frek 149.200 MHz untuk pemantauan Kali Boyong dan Kali Code (Yogyakarta)
  • Pos Balerante frek 149.070 MHz untuk pemantauan Kali Woro dan Kali Gendol (Klaten)
  • Pos SKSB frek 149.440 MHz untuk pemantauan Kali Opak, Kali Gendol dan Kuning (Yogyakarta dan Klaten)
  • Pos Kompag freq 148 .280 MHz untuk pemantauan Kali Putih,  Kali Apu, Kali Pabelan dan Kali Blongkeng (Muntilan)

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Andy Ryanto's picture

nostalgia

Membaca blog PK ini, membuat kenangan tahun 80-an kembali terlintas, dan tersenyum-senyum sendiri.  Lebih dari 20 tahun yang lalu, waktu itu masih SMP...entah bagaimana kami "terjerumus" dalam dunia ngebrik.  Seingatku , waktu itu salah seorang kakak membawa pulang HT merek "K" yang terkenal cukup tangguh saat itu, kalau laptop mungkin seperti  merk IBM pada jaman keemasannya.  Dari mencoba-coba pada mulanya, beberapa saudari mulailah pada ketagihan, kalau dilukiskan pada jaman sekarang, ya seperti anak-anak muda tergila-gila pada facebook, twitter, bbm, YM, dsb. Hanya ngebrik memang tidak murah, tetapi hanya perlu investasi awal satu kali, tanpa biaya bulanan dengan embel-embel bermacam paket langganan seperti yang disampaikan dalam tulisan PK.

Waktu itu berjam-jam bisa dihabiskan untuk "ngebrik", bahkan sampai pagi dini hari.  Tidak bisa dipungkirin bahwa suara manusia bisa memunculkan fantasi dan khayalan yang bermacam-macam, bahkan bisa jauh dari fakta yang sebenarnya.  Seorang kakak perempuan  pernah tergila-gila sama seorang "breaker" karena suara, gaya bicara, nyanyiannya yang merdu.  Mereka bisa "mojok" berjam-jam dan ini terjadi selama berbulan-bulan tanpa pernah copy darat.  Dan akhirnya saat-saat yang ditunggu-tunggu tiba, ketika copy darat, sang "breaker" yang dibayangkan seperti artis tampan atau pangeran dari Inggris, ternyata jauh-jauh dari level yang paling standar sekalipun, katanya seperti kakek-kakek...hahaha.....jadi selalu tersenyum sendiri kalau mengingat pengalaman kakak perempuan ini.

Seperti juga dalam FB dan "social networks" lainnya, copy darat selalu merupakan follow up dari "ngebrik".  Saat itu copy darat biasanya dilakukan dalam even lari pagi, "fun bike" dan atau olah raga "sepatu roda" yang memang lagi tren di saat itu.  Ada juga yang berlanjut dengan pacaran bahkan sampai menikah seperti pengalaman salah satu kakak perempuan.  Ada juga yang membentuk, group atau kelompok2 breaker dengan nama-nama tertentu dengan aktivitas rutin yang kebanyakan bersifat fun.

"brek..breakk..."

"ya...break..masuk..'

"Sapu jagat boleh join.."

"mau cari puteri duyung..."

"puteri duyung...sudah tidur besok mau sawahan..."

"ok..deh cherio..."

Kira-kira begitulah percakapan dalam ngebrik, sudah banyak yang lupa, mungkin sekarang sudah banyak istilah yang berubah atau berevolusi. 

Memang sudah dari sononya manusia adalah mahkluk sosial, metode boleh berubah, alat boleh berganti, tetapi berhubungan satu sama lain baik kenal maupun tidak kenal dan ntah lewat FB, YM, Twitter, BBM, skype, IRC/MIRC ataupun ngebrik......tetaplah merupakan aktivitas yang mengasyikkan..

Thank you...pak PK..cherioooo..................

 

 

Purnawan Kristanto's picture

Nostalgila

Selamat bernostalgia AR!

Sebelum kejayaan HT pudar, anak-anak muda di sekitar saya sempat terjangkit demam interkom, yaitu perangkat komunikasi yang dihubungkan dengan kabel/kawat. Mungkin terinspirasi dari komunikasi kaleng yang dihubungkan benang.

Harganya jauh lebih murah daripada harg HT. Bahkan kalau punya sedikit ketrampilan elektronika, kita bisa merakit sendiri. Cukup beli PCB dan komponennya di toko elektronik, lalu dirangkai dan disolder sendiri. 

Ada yang unik yang lupa saya tulis, yaitu tentang nama udara. Orang yang ngebrik biasanya tidak menggunakan nama asli, tapi punya nama alias. Kalau orang itu sudah menjadi anggota perkumpulan radio, biasanya akan punya call sign. Ini hanya diperlukan untuk keperluan formal. Kalau sudah masuk komunitas ngebrik, maka yang digunakan adalah nama udara ini. Namanya kadang lucu-lucu.  Saya menggunakan nama udara 'Jago Satu."  Nama ini diambil dari julukan masyarakat bagi gereja kami yaitu Gereja Jago. Saat menjadi relawan untuk bencana gempa, saya diberi nama 'Jago Satu." Teman yang lain ada yang diberi nama "Jago Dua", "Jago Pesu" dan "Jago Nesu" (Nesu=Marah).

Ada juga yang memakai nama tokoh wayang seperti Gareng, Bagong, Cangik dll. Ada yang memakai nama pak Badala, mbah Rasido (Rasido=Batal), mbah Jamur, mas Oncom, mas Codot (kelelawar), pak Kapsul, pak Wongso (Wong ndeso), dll.

Soal bahasa, tiap komunitas mengembangkan bahasa sendiri.

Contohnya begini:

Badala: "Jago Satu Monitor? Badala menuju!"

[Badala memanggil Jago Satu]

Jago Satu: "Rojer, Jago Satu monitor. Ijol (Ganti/over)."

Badala: "Hari jadi berangkat ke Merapi, Korek (Correct)?"

Jago Satu: "Rojer korek. Nanti saya jemput jam 8. Gentos (Ganti, Over)."

Badala: "Delapan Enam (dimengerti)."

[Tiba-tiba ada orang yang ingin nimbrung]

Gareng: "Kontek-kontek. Gareng menuju"

Badala: "Yang kontek-kontek silakan masuk. Untuk sementara saya Solo-Bandung dulu." 

[Solo-Bandung=SB=StandBy, atau dalam posisi mendengarkan].

Jago Satu: "Gareng silakan masuk."

Gareng: "Pinjam jalur satu putaran dengan pak Badala."

[Gareng ingin berbicara dengan Badala]

Jika lalu lintas di frekuensi itu cukup ramai biasanya ada satu orang yang ditunjuk menjadi moderator atau istilah breakernya ngenet.

Seiring dengan kemajuan teknologi, komuniasi via radio sekarang sudah bisa digunakan untuk komunikasi data. Jika disambungkan dengan komputer, pesawat rig bisa digunakan untuk mengirimkan file. Hal ini pernah diterapkan oleh PMI saat gempa. PMI Klaten mengirimkan data ke PMI Jogja yang jaraknya 30 km dengan bantuan pesawat Rig ini.

Lebih jauh lagi, pesawat radio juga sudah coba dikonvergensikan dengan internet. Menggunakan jaringan internet, yang disebut Gateway, komunikasi dengan HT/Rig bisa menjangkau luar pulau yang jaraknya ribuan kilometer. Selain itu juga bisa diintegrasikan dengan perangkat telepon kabel dan nir kabel (HP). Dengan tambahan perangkat tertentu, maka pengguna telepon atau HP bisa menghubungi pemegang HT/Rig. Aplikasi ini sangat berguna di kalangan kepolisian, militer, pelayaran, penerbangan dan tanggap bencana.

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

iik j's picture

wah... ada brik

brik.. itu dah jadul banget yah...nggak kenal sama teknologi yang satu itu. dulu banget mungkin SD masih sempat lihat om2 ku pada mainan brik ... trus di depan rumah ditulisi kode2 yang 'opo maksude... ora ngerti'

sekarang sih... paling nyaman yah... telponan... ha ha ha ha... selama ada pulsanya jalan terus dah...

he he he he

Purnawan Kristanto's picture

Call Sign

Kode di yang ditempel di depan rumah itu Call Sign yang menandakan si pemilik rumah sudah terdaftar dan punya IAR (semacam SIM). Jika tidak punya call sign, maka pemilik radio komunikasi bisa dirazia. Peralatannya bisa disita.

Di Indonesia ada dua organisasi radio amatir yang memberikan Call Sign, yaitu ORARI dan RAPI.

Untuk Orari, mereka menggunakan huruf depan Y (Yankee), kemudian diikuti tingkat kecakapan pemiliknya:

  • YH (Yankee Hotel) untuk tingkat Pemula;
  • YD (Yankee Delta) atau YG (Yankee Gamma) untuk tingkat Siaga;
  • YC (Yankee Charlie) untuk tingkat Penggalang;
  • YB (Yankee Bravo) untuk tingkat Penegak.

Setelah itu diikuti angka yang menyatakan kode wilayah. Sedangkan tiga huruf terakhir merupakan inisial pemiliknya. Misalnya, YC0PKT itu artinya dia anggota ORARI tingkat penggalang, domisili di Jakarta dengan nama pemilik PKT.

Untuk RAPI kode yang dipakai adalah JZ (Juliet Zulu).

Kalau kepraktisan, memang HP lebih unggul. Tapi kalau frekuensi komunikasi tinggi, pemakaian telpon/HP bisa bikin jebol dompet. Saat erupsi, pulsa Rp. 100 ribu bisa ludes dalam 3 hari untuk berkomuikasi. Selain itu, kalau sudah jauh dari peradaban, sinyal HP juga lenyap. Kalau kita berada radius 5 km dari puncak Merapi, HP tidak ada gunanya lagi. Di sinilah komunikasi radio mengisi perannya.

__________________

------------

Communicating good news in good ways

nobietea's picture

sq

ht itu yang biasa dipake sama sq bukan yaa?

merapat pintu kayu lapan enam :D

__________________

maaf.. bie kurang pintar

Purnawan Kristanto's picture

Apa SQ itu?

Apa SQ itu?

__________________

------------

Communicating good news in good ways

nobietea's picture

security

hehehe.. kebiasaan nyingkat. kamsud bie security ooomm... itu lhoo yang biasa ngjagain. dulu pas kerja di retail, bie sering denger merapat pintu kayu lapan enam... tapi ndak tau artinya apa :D

__________________

maaf.. bie kurang pintar

Purnawan Kristanto's picture

Ooooh...ternyata pola pikir

Ooooh...ternyata pola pikir buruh dan majikan itu beda ya. Tadinya saya menduga SQ itu Singapura Airlines.

Perangkatnya ada yang sama dengan yang digunakan satpam. Mereka juga pakai HT. Tapi ada juga yang cuma diberi Walkie Talkie. Jangkauannya lebih pendek, hanya sekitar 5 km.

Lapan enam itu artinya "dikopi" atau "diterima jelas." Kalau "merapat pintu kayu" saya tidak paham.

__________________

------------

Communicating good news in good ways

nobietea's picture

ambigu

Ooooh...ternyata pola pikir buruh dan majikan itu beda ya.

haha... kalimatnya ambigu euy....

wes bie tanya sama komandan yang dsana, ternyata pintu kayu = pintu keluar. merapat pintu kayu = on the way ke pintu keluar

__________________

maaf.. bie kurang pintar

ebed_adonai's picture

@PK & all: Bener-bener..

Bener-bener nostalgila memang mas Wawan, hehehe..

Nggak pernah make lama sih perangkat yang satu ini. Tapi di era 80'an memang populer banget. Dulu pernah bantu2 temen merakit perangkatnya dia, iseng2 tak coba, eh, baru mencet tombol micnya, tahu2 yg di seberang sana tahu, saya diajakin nimbrung. Kaget, karuan tak pateni alatnya (katanya orang bisa tahu ya, kalau ada yang coba2 masuk)..Tongue out

Yang paling dekat dengan kategori ini, yang lumayan lama saya pake, ya mainan handy talky itu, punya anak saya waktu masih balita. Saking gilanya dia dengan barang satu itu, sampai2 kita ada di sebelahnya pun ngomongnya pake HT segala. Dicoba ke WC, ke kamar, ke teras, ke lapangan sebelah rumah, kualitas suaranya jernih banget lho, nggak pake kresek-kresek, bahkan baterenya mati pun masih bisa (lha ya iya, wong saya ada di sebelahnya terus...Laughing)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Purnawan Kristanto's picture

Kang Ebed, saya sebenarnya

Kang Ebed, saya sebenarnya nggak terlalu suka mengobrol. Jadi menggunakan alat ini seperlunya saja. Sekarang di dekat meja kerja sudah terpasang rig dengan antene setinggi 2 pipa di luar rumah. Jangkauannya bisa sampai Salatiga, Magelang, Kebumen, Karanganyar, Wonogiri, Solo. Kalau tidak bisa mengendalikan diri, bisa jadi banyak waktu yang habis digunakan untuk ngebrik. 

Kirana (5 tahun), anak kami, juga sudah bisa mengoperasikannya. Kalau sedang punya mood, dia akan memanggil "pakde-pakde" yang ada di udara untuk mengajak ngobrol. Saya hanya mengajari sekali, dia langsung mudheng. Bahkan dari istilah-istilah yang dipakai dia sudah tahu. Mungkin dia mengamati selama saya berkomunikasi. Anak sekarang memang mudah sekali belajar hal baru.

__________________

------------

Communicating good news in good ways

ebed_adonai's picture

@PK: titip salam.. :)

Hehehe, anak seusia Kirana memang lucu banget mas.. Laughing

Apa yang kita pegang, dia mau pegang. Apa kita kerjakan, dia mau coba. Nggak kebayang bagaimana Kirana sibuk berrojer ria di depan radio...

Salam manis dari mbak Detha dan Jedidiah di rumah untuk si cantik Kirana...

 

PS: Jadi kepingin punya anak kecil lagi.... Tongue out

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Geadley Lian's picture

sepanjang jaman

Dari jaman ke jaman,semua negara mengalami kemajuan mendadak,meskipun belum berstatus negara maju seperti amerika & german.

__________________

geadley