Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Berburu Bule di Solo
Meskipun mendung meliputi langit, pagi itu tetaplah pagi yang indah. Sebuah pagi di hari libur yang harus dinikmati untuk melakukan hal-hal yang sulit dilakukan pada hari kerja seperti belajar memasak, dan merapikan kamar yang keadaanya sudah porak poranda. Di tengah keasyikanku 'memindahkan gunung-gunung' pakaian yang perlu diseterika, telepon genggamku bergetar. Di layar mungilnya terpampang nama sesosok istimewa yang menyisihkan waktunya untuk berlibur di kisaran Jawa Tengah -- menjauh dari bisingnya ibu kota.
Suara lembut itu mula-mula mengucapkan selamat hari Minggu. Sebuah ucapan yang mengingatkanku bahwa hari itu adalah hari Minggu dan bahwa aku sudah ketinggalan misa di gereja pagi itu. Memang, gara-gara keasyikan libur, hari pun jadi lupa. Suara lembut milik sobat dunia mayaku yang bernama Erick itu pun mengajakku untuk bersamanya mengunjungi salah satu world's heritage cities yang juga markas besar Sabdaspace yakni Solo.
Mendadak sekali. Itu yang terlintas di pikiranku. Tapi setelah menimbang beberapa saat, aku menerima ajakannya. Kami bersepakat bertemu di Kauman -- sebuah titik di pertigaan lintas Solo - Semarang yang sering dijadikan titik pertemuan orang-orang Salatiga yang hendak menumpang bus antar kota maupun dalam kota. Erick yang tiba lebih dulu di sana menelponku. Aku mendengar ada nada kebingungan di sana karena Kauman tidak kelihatan seperti tempat yang lazim untuk menunggu bus. Kira-kira lima menit kemudian aku sampai di sana dan tak lama kami sudah melompat ke dalam bus jurusan Sola Semarang yang dipaksa mengangkut penumpang hampir dua kali lipat kapasitas normalnya. Beruntung kami tak lama harus berdiri di bus yang penuh sesak itu, karena dua orang penumpang di dekat tempat kami berdiri akhirnya turun di kawasan Tingkir--terminal bus yang tak seberapa jauh dari Kauman. Namun, karena kami duduk terpisah, tidak banyak yang dapat dibincangkan di dalam bus.
Penumpang naik turun silih berganti. Kondektur bus dengan ringannya berteriak mengundang penumpang yang menanti bus di jalan untuk naik, "Kebo... kebo! Masih longgar!"Aku tertawa kecil. Ternyata bus yang penuh sesak itu longgar dalam pandangan sang kondektur. Para penumpang pun seolah tak keberatan berjejalan dan 'dipanggail' kerbau.
Ada apa dengan Solo? Mengapa hari ini kota di Selatan Salatiga itu seolah memiliki magnet yang menarik banyak orang mengunjunginya? Ternyata malam itu sedianya akan diadakan kirab di Solo untuk memperingati pergantian tahun baru Hijriyah memasuki bulan Sura alias Muharam. Ritual itu bernama Grebek Sura atau Sekatenan. Seekor kerbau bule yang dikeramatkan akan diarak keliling kraton. Barangsiapa yang berhasil mendapat kotoran kerbau keramat tersebut diyakini akan mendapat keberuntungan sepanjang tahun.
Setelah kira-kira 90 menit menikmati perjalanan yang diguyur hujan, kami menginjakkan kaki di pertigaan Kerten. Ibu Joli dan Pak Paulus sudah menunggu kami di pertigaan. Kami pun masuk ke dalam mobil dan mulai bercakap-cakap tentang mitos yang salah seputar satu Suro. "Setan-setan pada dilepas pada malam satu Suro," demikian Erick berujar.
"Itu keliru," sambut Pak Paulus. "Suro itu justru bulan baik. Saking baiknya hanya keluarga raja saja yang boleh punya kerja di bulan itu. Orang biasa ora ilok memakai hari itu. Ora ilok bukan berarti tidak baik tapi tidak sopan," demikian beliau meluruskan.
Aku cuma manggut-manggut saja. Ternyata aku memang sudah banyak kehilangan akar kebudayaan Jawaku. Namun, demi mendengar kata 'bule' dari frasa kerbau bule yang akan diarak malam itu, aku langsung teringat pada sobatku yang bermukim di kawasan Sindoro Sumbing. Dara cantik sobatku itu sedang bergumul menantikan pasangan hidup, dan ia sering melontarkan harapannya untuk dipinang seorang 'bule,' Langsung saja kutelepon sobatku itu. Mulanya dia bersemangat ketika ditanya apakah masih berminat mendapat 'bule.' "Mau!" Begitu jawabnya dengan semangat juang 45.
Kemudian Erick menambahkan, "Ke sini aja. Tapi bulenya kakinya empat."
Sejurus gadis di ujung sana agaknya menyadari arah pembicaraan dan langsung berteriak, "Wah nggak deh! Kalau yang kakinya empat di sini juga banyak. Yang kakinya dua aja!"
Wah, si bule memang sedang jadi sorotan hari itu. Bule oh bule. Aku jadi teringat pada Mas Bule yang sedang menikmati musim dingin di Londo sana. Tentunya dia akan sangat menikmati ritual yang menunjukkan salah satu kekayaan budaya Indonesia itu.
Ini baru sekelumit kisah suatu Minggu yang terlupa di kota budaya. Point yang cukup bermakna untuk dicerna dari sepenggal kisah ini adalah betapa terkadang dunia dibangun di atas kesalahkaprahan; seperti yang terjadi dengan mitos seputar bulan Sura yang berkembang di masyarakat. Kesalahkaparahan yang diturunkan dari satu ke generasi ke generasi selanjutnya -- turun temurun hingga kadang sulit dirunut akarnya. Maklumlah, budaya lisan mamang rentan pada penyimpangan data. Beruntung sore itu kami dipertemukan dengan Pak Paulus yang berjasa meluruskan mitos yang salah itu.
Bicara soal salah kaprah, alangkah beruntungnya ada sebuah buku yang menuntun kita untuk tetap berjalan di jalur yang benar -- sejenis manual kehidupan yang bekerja saat kita mendengarkan dan melaksanakannya.
[bersambung bagian 2: Ada Cinta di Sepotong Tank Top]
- clara_anita's blog
- Login to post comments
- 9010 reads
Judul Komentar : Memang
Judul Komentar : Memang
Pengirim : 4CHRIST
Tanggal : Wed, 31 Dec 2008 19:43:33 +0700
Komentar :
Kita semua salah kaprah non, budaya asli sudah luluh lantak diinjak-injak budaya asing. Tapi beruntung yang kita anut bukan budaya asing, tapi sebuah kabar baik tentang hidup dan kehidupan yang sebenarnya.
Tambahan ralat, biar yang salah tidak dikaprahkan menjadi benar mumpung belum, "Tahun Baru 1 Suro tidak identik dengan 1 Muharram" Suro milik orang jawa asli Muharram milik Hijriah, lihat aja selisih tahunnya lebih tua mana? Iya To?
Tapi saya juga tidak terlalu paham dengan sejarahnya jadi ya begitulah.
Salam
Judul Komentar :
Salah kaprah...
Pengirim :
clara_anita
Tanggal :
Wed, 31 Dec 2008 19:52:15 +0700
Komentar :
Budaya asing tidak selalu manjadi satu-satunya faktor penyebab kekeliruan. Yang namanya budaya lisan mudah sekali mengalami penyimpangan. Maklumlah, kemampuan manusia untuk mengingat punya keterbatasan juga.
Satu hal yang menarik adalah ketika ajaran-ajaran YESUS dapat 'dipertahankan' lewat Injil. Sayang, sering Injil itu sampai menguning karena tak pernah sempat dibuka :(
GBU
anita
Judul Komentar :
Suro dan Bule
Pengirim :
pwijayanto
Tanggal :
Thu, 01 Jan 2009 03:00:20 +0700
Komentar :
Beberapa tahun yang lalu, di malam 1 Suro, dalam satu malam saya mengujungi beberapa tempat pemandian di sekitar Salatiga, dan beberapa tempat keramat, untuk membuktikan dengan MELIHAT SENDIRI, bagaimana orang-orang "menikmati" malam 1 Suro itu, dengan antara lain mandi telanjang di malam dingin...
Beberapa tahun yang lalu juga, ketika melihat berita di TV, saya dengan adik sepintas membahas "kebo bule" yang dielu-elukan banyak orang di Solo, bahkan ada yang menantikan (maaf) kotoran "kebo bule" itu. Sama "aneh" nya dengan orang yang dengan semangat '45 meminum air bekas cucian (jamasan) pusaka. Itulah KENYATAAN di masyarakat kita.
Saya tahu, di Salatiga, seorang Ketua Majelis sebuah gereja, 'memelihara' banyak keris dan memandikannya setiap Suro. Bahkan juga seorang Pendeta, yang suka dengan "bunga dan kemenyan" untuk mengusir roh jahat.
Semua itu mungkin
"aneh" bagi kita, karena TIDAK BIASA KITA LAKUKAN (dilakukan orang lain yang berbeda keyakinan/pemahaman dengan kita). Namun... nyanyi teriak-teriak digereja, nangis-nangis di gereja, tepuk tangan untuk Tuhan, berbahasa 'roh', patung-patung dalam gereja, juga aneh bagi orang yang tidak kenal dengan "gereja Kristen".
Kita mungkin menganggap bahwa mereka yang sekarang mewarisi tradisi itu hanya "ikut-ikutan" saja, tapi bukankah banyak juga orang Kristen juga hanya ikut-ikutan saja menjadi Kristen dan mengikuti ritual-ritual Kristen.
Bukankah sebagian dari kitapun hanya ikut-ikutan merayakan Natal di 25 Desember, menggunakan pohon cemara (plastik) dan lilin (bahkan di ruangan yang sudah terang benderang dengan lampu-lampu listrik modern) , merayakan Easter (bukan lagi "paskah") dengan kelinci dan telur hias, menggunakan 'minyak urapan' atau juga membuat tumpeng dan memecahkan kendi pada peresmian ged
ung gereja. (dan kita selalu punya pembenaran bahwa "ritual" itu memang perlu kita lestarikan, karena dapat "membangun iman Kristen".
Oh ya.., juga "ritual" meniup terompet dan menyalakan kembang api di tahun baru --- Masehi (selamat tahun baru 2009 ya...)
So...., mengarak kerbau bule, rebutan kue apem, mandi di malam 1 suro, memandikan keris, membakar dupa, membuat tumpeng, memecahkan kendi, menabur bunga di sepanjang jalan dalam upacara pemakaman, natalan 25 Desember, Easter, minyak urapan, air zam-zam, ziarah ke gua Maria, tiup terompet, menyalakan lilin dan kembang api, dan lain sebagainya, itu semua sudah "benar" menurut para pelakunya. Kita akan menyebutnya "tidak benar", "kurang benar" atau "salah kaprah" karena melihatnya dengan sudut pandang lain, dan sudut pandang kita adalah yang "terbaik" menurut kita.
Bagi saya, yang perlu dilakukan sekarang adalah menga
jarkan kepada anak-anak kita tentang fenomena-fenomena itu, dengan penjelasan yang "masuk akal", bahkan jika memungkinkan menjelaskan "asal-muasal"nya, sehingga anak-anak kita tidak hanya "ikut-ikutan" atau ikut "kata orang".
@4CHRIST
Tambahan ralat, biar yang salah tidak dikaprahkan menjadi benar mumpung belum, "Tahun Baru 1 Suro tidak identik dengan 1 Muharram" Suro milik orang jawa asli Muharram milik Hijriah, lihat aja selisih tahunnya lebih tua mana? Iya To?
Lebih tua kalender China dan Budha, Mas...
salam, www.gkmin.net (jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana kita tahu nama YHWH?) .
Judul Komentar :
ah suro...
Pengirim :
Anak El-Shadday
Tanggal :
Thu, 01 Jan 2009 11:50:04 +0700
Komentar :
suronan itu menyenangkan, karena disitu ada pertunjukan ke-bodo-an manusia.. mereka datang jauh-jauh ke solo, menghirup asap knalpot, kedinginan, duduk di pinggir jalan untuk menunggu "barokahe" Kyai Slamet hehehe...
tapi salut ama mereka, mereka mampu menunjukkan kesetiaan dan pengorbanan kepada "apa" yang mereka percayai..
trus, kalo kita gimana?
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
Judul Komentar :
kopdar selalu asik
Pengirim :
joli
Tanggal :
Thu, 01 Jan 2009 16:00:39 +0700
Komentar :
Halo AES.. met tahun baru..
suronan itu menyenangkan, karena disitu ada pertunjukan ke-bodo-an manusia.. mereka datang jauh-jauh ke solo, menghirup asap knalpot, kedinginan, duduk di pinggir jalan untuk menunggu "barokahe" Kyai Slamet hehehe...
Kemarin di malam 1 suro Erick dan Clara juga termasuk yang datang jauh-jauh ke Solo, mengirup asap knalpot, berdesak-desakan di bus antar kota.. kedatangan mereka cukup mendadak juga sehingga nggak sempat kabarin AES.. (nggak punya your contact number.. send PM gih supaya bisa dihubungi kalau ada kopdar.. or kalau mau nanya obat)...... lha wong aku kira nggak jadi, karena Erick sms memberitahu kalau adiknya nggak mau antar ke Solo, takut macet bukan karena si Komo sedang lewat, tetapi karena Kebo Bule lewat..
NAtal kemarin mendapat telpon, ketika kuangkat.. terdengar suara empuk merdu... sing a merry christmas song.. wow ucapan selamat natal terindah tahun ini.. ternyata
suara Erick.. selesai menyanyikan satu lagu kudengar berita keberadaannya di jawa, khususnya Salatiga untuk bertemu bu guru Clara pemilik suara lembut .. segera dech atur ketemuan kalau bisa ke Solo,
Sudah atur waktu ama mazdanez mau sambut erick yang akan ke solo setelah kebaktian di Salatiga.. eee ternyata ya itu tadi ada sms.. adik Erick nggak bisa antar ke Solo. ya udah aku kira nggak jadi kopdar, lalu Joli janjian ama mas Paul sang misua untuk nonton pameran lukisan di Taman Budaya.. eh baru mau berangkat ada sms dari Erick dan Mazdanez yang sedang menghadiri upacara kematian orangtua dari temannya bersama Ari_thok. .. sms mazdanez : Erick bersama Clara otw ke Solo.. wah asiikk... namun piye? terlanjur janji nonton pameran lukisan.. ya.. di gabung aja.. ternyata Erick dan Clara ok-ok aja katanya suka lukisan juga.. jadi dech acara kopdar .. di awali lihat pameran lukis..
Sayang pameran-nya buka jam 5 sore wah kecele.. jadinya ya
seperti biasa kita nongkrong di Rumah Turi untuk makan siang.. yang hadir kopdar waktu itu adalah Erick, Clara, Ari_thok (raja kopdar), Mazdanez, Paul, and Joli.. oh iya.. beberapa waktu kemudian AnakPartisa menyusul untuk bergabung setelah kesasar sampai ke Beteng..
Setiap kali kopdar selalu seru.. cerita ngalor-ngidul.. sambil sesekali Clara menggoda AnakPartisa.. wah nggak nyangka lho.. Clara bisa godain AP.. beberapa kali malah..
Mas Paul yang biasa tidak banyak omong.. kopdar kali ini malah dia yang suka cerita, mulai suro sampai kemana-mana.. he.. he.. bisa-bisa dia akan ikutan kecanduan kopdar juga.. komentarnya setelah pulang.. wah anak-anak muda yang pinter-pinter.. ya.. anak-anak.. masih green.. kata-nya..
Setelah dari rumah turi kita lanjut ke kampung batik.. nah ceritanya tunggu sambungan cerita Clara dulu ya.. lebih seru.. dengan miss TT
Judul Komentar :
gemes nih :)
Pengirim :
Daniel
Tanggal :
Thu, 01 Jan 2009 16:25:14 +0700
Komentar :
wah, aku juga geregetan mau cerita nih... tapi mendingan tunggu sambungannya nita dulu aja deh... tentang miss tank top, pasti lebih seru... ayo nita... cepetan tulis dong... :)
Judul Komentar :
Suami Anda
Pengirim :
anakpatirsa
Tanggal :
Sun, 04 Jan 2009 11:04:44 +0700
Komentar :
Suami Anda, menurut saya, jenis orang yang TIDAK tong kosong nyaring bunyinya. Ia banyak diam, tetapi kalau ia sudah berbicara. Orang akan menyadari apa yang ia bicarakan berbobot.
Ingat bagaimana ia memulai percakapan itu, awalnya tentang bulan Suro, tetapi kemudian membahas sesuatu yang kira-kira seperti ini: “Janganlah hamba Tuhan ikut-ikutan berbicara teknis, kalau tidak benar-benar menguasainya. Janganlah hamba Tuhan berbicara tentang krisis global kalau tidak tahu apa itu fluktuasi. (He.. he.. bukan seperti ini Pak Paul mengungkapkannya. Ini hanya tafsiran ala Anakpatirsa).
Saya setuju apa yang ia katakan.
[Komentar tentang clara_anita dan erick, masih menunggu kelanjutan blog
ini]
Judul Komentar :
tong kosong?
Pengirim :
Daniel
Tanggal :
Sun, 04 Jan 2009 18:49:41 +0700
Komentar :
lha kalo kamu termasuk jenis apa? tong kosong tidak berbunyi?
hehehe... peace
Judul Komentar :
termasuk jenis...
Pengirim :
noni
Tanggal :
Mon, 05 Jan 2009 10:15:41 +0700
Komentar :
Saya termasuk jenis yang menanti bule tapi bukan yang berkaki empat...!!!
Bu Guru..nggak terima deh.. masak saya ditawarin bule yang "kebo", saya kan maunya bule yang "man"....hehehe.. Selamat deh, Bu Guru, Cik Joli dan Erick sukses mengerjai saya dengan bule-bulenya...
Sedih hiks...hiks... nggak diajak kopdar..hiks..hiks...
Jesus loves Us