Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Voices of Glory
Tidak biasanya saya kesasar menonton Indosiar. Setelah TPI, stasiun ini paling jarang saya tonton [Meskipun secara keseluruhan saya juga jarang menonton TV. Soalnya suguhannya jarang yang punya taste]. Iseng scanning acara yang pas, perhatian saya tersandung acara America's Got Talents, besutan provokator America's Idols, Simon Cowell. Acara ini lebih dulu menggaet sukses di Inggris dengan tajuk Britains Got Talents. Salah satunya berhasil menemukan sosok Connie Talbot yang sangat fenomenal.
Karena itu, saya lalu menyingkirkan remote control. Episode yang diputar malam itu adalah babak penyisihan di negara bagian Seattle. Acara ini dikemas mirip sekali dengan America's Idol, dengan menampilkan tiga yuri yang berhak memutuskan nasib para penampil. Bedanya, dalam America's Got Talents ini, kontestan tidak dibatasi menyanyi saja. Mereka boleh menampilkan bakat-bakat di bidang lain, seperti menari, menirukan tokoh, sulap, sirkus, akrobat, dll. Perbedaan yang lain, kontestan tidak tampil hanya di depan tiga yuri, tetapi juga di hadapan ratusan penonton. Mirip dengan Gong Show, jika penampilan kontestan benar-benar buruk, maka yuri berhak segera menghentikannya dengan menekan tombol di depannya. Dan hal ini tidak jarang dilakukan.
Sebagaimana America's Idol, dalam kontes ini juga diikuti oleh para bonek [bondo nekad]. Dengan modal pasa-pasan, mereka rela mempermalukan diri di jaringan televisi demi cita-cita menjadi populer. Meski demikian, tak sedikit yang memang memiliki talenta luar biasa. Salah satunya adalah kelompok vokal "Voices of Glory" ini. Olah vokal yang ditampilkan tiga bersaudara ini telah memikat yuri dan seluruh penonton. Bukan hanya talenta yang berhasil memikat penonton, kisah pembentukan kelompok vokal ini telah menyentuh hati orang-orang yang mendengarnya. Bahkan Sharon Osborne pun ikut menitikkan air mata.
Beginilah kisah hidup mereka: Tiga tahun yang lalu. Felicia, ibu mereka ditabrak oleh pengemudi yang mabuk sehingga mengalami koma selama 8 bulan. Selama koma, Micahel Sr mendorong anak-anaknya supaya menyenandungkan lagu "song of Sion" untuk menyemangati ibu mereka. Ternyata sang ibu memberikan reaksi positif atas nyanyian itu. Hingga akhirnya, Felicia pulih dari komanya.
Kini, tiga bersaudara itu, membentuk kelompok vokal "Voice Glory" yang terdiri dari Michael II [16 tahun], Avery [13 tahun] dan Nadia [9 tahun]. Di hadapan tiga yuri dan ratusan penonton, mereka menyanyikan lagu "God Bless America" dengan kepercayaan yang sangat tinggi. Di akhir lagu, semua penonton dan yuri memberikan standing ovation, sebuah penghormatan tertinggi untuk sebuah penampilan. Moment yang membuat merinding.
Selanjutnya, ketika keputusan yuri hendak diumumkan, sang ibu yang duduk di kursi roda dihadirkan ke tengah panggung. Kelihatannya memang sudah dirancang untuk menciptakan efek dramatis. Dan tentu saja, semua yuri sepakat untuk meloloskan kelompok ini ke babak berikutnya. Penonton bergemuruh menyambutnya, dan berakhirlah acara itu. Klimaks yang pas.
Selama ini kita menyangka bahwa Amerika adalah bangsa yang indvidualis. Namun pada tayangan itu, kita menyaksikan bagaimana nilai-nilai kerukunan di dalam keluarga tetap mendapat tempat yang tinggi dalam sistem nilai di Amerika. Kasih sayang anak-anak yang dicurahkan pada ibu mereka telah menyentuh nurani jutaan penonton Amerika. Dalam situasi apa pun, kapan pun dan di mana pun, keluarga tetap menjadi unit sosial yang sangat penting. Ini pelajaran yang saya petik malam itu.
Untuk melihat preview penampilan mereka dalam acara tersebut, dapat dilihat di sini.
Penampilan luar biasa mereka juga dapat dilihat di sini. Mereka menyanyikan lagu "Holy, Holy, Holy"
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 5175 reads
@Mas sangat mengharukan..
Sabtu dan hari minggu acara di tv yang saya tonton paling sering adalah siaran sepakbola, secara kebetulan saya pindahkan ke indosiar, dan melihat salah satu peserta yang membawa anjing. Pertunjukannya sungguh menghibur, sehingga kami bertiga setuju untuk meneruskan menontonnya.
Kami bertiga merasa terhibur dengan acara di indosiar ini, semua tertawa lepas, sampai kepada performance ketiga orang diatas. Seperti yang kita tahu, anak yang paling tua, bercerita, tiba-tiba suasana ruangan berubah menjadi melankolis, kami semua begitu tersentuh.
Ternyata, dalam kepesimisan saya tentang acara itu ada berkat yang terselip.
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
@Sand: Sama-sama Gibol
Sabtu dan hari minggu acara di tv yang saya tonton paling sering adalah siaran sepakbola,
Kita berada di kubu yang sama, Sand. Sama-sama Gibol.
------------
Communicating good news in good ways
PK : masih banyak mas
mas Purnawan. :Tidak biasanya saya kesasar menonton Indosiar. Setelah TPI, stasiun ini paling jarang saya tonton [Meskipun secara keseluruhan saya juga jarang menonton TV. Soalnya suguhannya jarang yang punya taste]
smile : wah, mas...banyak yang mengharukan,,,seperti acara minta tolong,.....saya bukan cengeng..kadang suka nangis jika nonton acara itu,...trus kemaren 2 anat buta kezia dan siapa yang satu aku lupa,....dipanggil di tv apa aku juga lupa,...ketemu d masih nyanyi jangan menyerah,..aku juga nangis,....
banyak acara yang bagus,....mas...diantara acara yang ga punya taste,....
ini sampe bisa buat puisi untuk kedua anak itu :
Untuk kalian anak anakku
Melihat sebuah perjuangan
Tiada henti........
Dari orang yang hidup
Dalam ketidaksempurnaan
Yang tidak bisa melihat
Indahnya dunia
Yang selalu melihat
Kegelapan dan kesunyian
Yang tak pernah menyerah...
Akan kerasnya hidup
Akan penderitaan
Yang dialami.....
Yang tak menangis
Walau begitu banyak derita
Yang menghajar...dan menerpa
2 orang kehidupan anak kecil
Yang merasakan
Apa yang tidak orang rasakan
Yang sekali lagi dikatakan
Tak pernah menyerah
Akan apa yang dialami dan diderita
Dengan semangat luar biasa
Menghadapi hidup yang fana
Majulah terus....
Anak anakku
Dengan mensyukuri
Apa yang ada
Sebagai anugrah terindah
Yang Tuhan beri buat kita
Aku mengasihi kalian...walau hanya lewat puisi...
peace-smile
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@ Smile
@ Smile: Saya setuju dengan Anda. Saya tidak menggebyah uyah bahwa semua acara TV itu nggak punya taste. Itu sebabnya saya memilih kata "jarang", alih-alih "tidak ada".
Soal berbagai acara reality show buatan anak negeri, saya menganjurkan supaya kita menontonnya dengan kritis. Saya menduga tidak semua acara reality benar-benar murni merekam realitas yang asli. Ada beberapa kejanggalan yang mengganjal. Kalau Anda mengetahui lika-liku proses produksi acara TV, maka akan pasti mengenali beberapa yang ganjil. Saya sebutkan salah satu contohnya: Ada sebuah adegan pertengkaran, pada malam hari, di luar rumah. Dalam suasana seperti itu, kamera video tidak dapat merekam gambar tanpa sinar yang memadai. Lalu darimana asalnya cahaya itu? Dari sinar lampu yang dibawa oleh kru produksi. Berarti mereka sudah melakukan persiapan sebelumnya di lokasi. Itu artinya, adegan tidak direkam secara impromptu [tanpa persiapan].
Yang ganjil lagi, para pelaku yang terlibat tidak terganggu sama sekali dengan kehadiran lampu dan kamera. Dia menganggap seolah-olah mereka tidak ada. Bayangkan ada sekelompok orang menerobos rumah Anda dengan membawa kamera dan lampu yang terang. Mungkinkah Anda memberikan reaksi tenang-tenang saja tanpa terganggu dan mengabaikan kehadiran mereka? Hanya aktor yang bisa melakukannya.
------------
Communicating good news in good ways
afiliasi
Saya yakin betapapun individualisnya manusia pasti memiliki hasrat untuk berafiliasi dengan orang lain. Ada banyak kebutuhan yang terpuaskan dalam suatu hubungan; cinta kasih, rasa aman, penghargaan, perasaan diterima hanyalah sebagian kecil dari daftar kebutuhan itu. Saya tersentuh membaca tuliasan Bapak, dan sepakat bahwa keluarga merupakan tempat terpenting untuk menjalin hubungan itu. Sayang, belakangan ini (dan mungkin juga telah berlangsung lama) makin banyak saja keluarga yang mulai retak di sana sini karena satu dan lain hal. Jadi, bukankah ini saat yang tepat untuk memperkuat dan memperintim hubungan interpersonal dan intrapersonal dalam keluarga?
Mas Purnawan : saya sangat pemilih
Mas Purnawan...bener banget, banyak sekali yang "GAK ASLI" alias rekayasa....
Hanya beberapa saja yang asli....
Itu sebabnya saya juga sangat memilih reality show,...bukan drama reality show,...begitu mas Wawan...
Peace - smile
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"