Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
UMAT KRISTEN DAN LINGKUNGAN
Saat ini perhatian masyarakat kita kembali mengarah kepada masalah lumpur Porong, Siduarjo. Kebocoran tanggul pada titik 42 yang sulit tertanggulangi memaksa Badan Pelaksana Penanggulangan Lumpur di Sidoarjo (BPLS) kembali membuat kolam penampungan seluas 60 hektar. Ini artinya kolam penampungan terus meluas. Menurut data harian Kompas sampai akhir Juni 2007 luas endapan lumpur sudah mencapai 575 hektar, setara dengan 575 buah lapangan sepak bola (Jumat, 19 Oktober 2007). Banyak pihak telah mengalami kerugian akibat aliran lumpur yang tidak kunjung-kunjung berhenti.
Kerugian akibat masalah lumpur Lapindo ini seharusnya bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Seharusnya manusia lebih bijaksana dalam mengolah alam. Tindakan eksplorasi dengan tidak memperhatikan pemeliharaan telah menimbulkan kerusakan lingkungan. Tidak disangkali bahwa proses modernisasi telah membentuk manusia menjadi makhluk konsumeris yang berupaya meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa perduli dengan kondisi sekitarnya. Hal demikian berpeluang memperparah merosotnya kondisi alam.
Sebagai kaum Kristiani kita memiliki tanggungjawab untuk terlibat dalam pemeliharaan lingkungan. Perintah Allah kepada umat Yahudi untuk mengolah tanah mereka selama 6 tahun dan pada tahun ke-7 tanah tersebut harus diistirahatkan total – lih. Imamat 25:1-6 – bisa menjadi inspirasi tentang keseimbangan antara memanfaatkan alam dan pemeliharaannya. Istirahat bagi lahan pada tahun ke-7 selama setahun tentunya penting bagi pemulihan kondisi tanah. Dalam Kejadian 1:28-29 terdapat mandat Allah kepada Adam agar berkuasa atas segala binatang, dan tumbuhan-tumbuhan yang ada di bumi adalah makanan bagi Adam. Bagi saya implikasi kedua ayat tersebut bukanlah eksplorasi tidak bertanggung jawab yang akhirnya membuat alam ini rusak. Kita adalah ciptaan yang membutuhkan alam. Dari alam manusia menerima banyak manfaat, bila ingin hal tersebut dapat terus berlangsung maka pemanfaatan alam haruslah diimbangi dengan pemeliharaan. Sebagai ciptaan tertinggi manusia memiliki kapasitas untuk menjaga kondisi lingkungan.
Maka jadilah pengguna-pengguna hasil alam yang bertanggung jawab, sebab ketika alam ini bergolak, manusialah yang akan menjadi korban. Seperti halnya kasus di Sidoarjo, karena ulah manusialah sehingga lumpur lapindo terus mengalir tanpa bisa dihentikan, dan manusia pula yang terkena imbasnya. Keperdulian terhadap kondisi lingkungan dapat dimulai dari lingkup yang kecil, rumah dan perkarangan sekitar kita misalnya. Jangan sampai kasus-kasus seperti lumpur Lapindo atau kerusakan-kerusakan alam lainnya sampai terjadi lagi, karena manusia adalah salah satu yang menderita kerugian karena kerusakan alam.
- susanto's blog
- 6355 reads
Rusak Lingkungan VS Hati
Semakin saya membaca tentang kerusakan lingkungan di Indonesia, semakin sedih saja rasanya, karena skalanya yang begitu besar. Terlebih lagi, kepedulian masyarakat pada umumnya bisa dibilang NOL BESAR!
Kebetulan saya menemukan website dari WALHI (http://www.eng.walhi.or.id/), wah wah, baru tahu saya bahwa Indonesia sangat hebat dalam keahliannya dalam merusak lingkungan, dan ketidakpeduliannya akan kerusakan yang diakibatkan baik oleh perusahaan asing dan lokal. Padahal, perusahaan-perusahaan asing ini sangat teliti dalam mengelola limbahnya di negara lain. Mungkin karena tidak ada tindakan dari pemerintah? (nyalahin pemerintah lagi)
Dilihat dari segi Firman Tuhan, tentunya kita tahu bahwa kerusakan lingkungan oleh manusia memang salah satu gejala dari kejatuhan manusia (rusaknya hati manusia). Gagalnya manusia dalam 'mengusahakan hasil ciptaanNya'.
Saya berharap komunitas kristen bisa menjadi pelopor dalam perbaikan lingkungan, karena Tuhan memberikan tugas mulia kepada manusia untuk 'berkuasa' atas ciptaanNya, bukan merusaknya.
Buanglah Sampah Pada Tempatnya
Ngomongin tentang kerusakan lingkungan, mungkin sudah terlalu capek melihat ilegal logging yang terus menerus terjadi di Indonesia. Kalau mau menyalahkan pemerintah, pemerintah yang mana neh? Beberapa kali kasus ilegal logging pernah diselidiki secara khusus oleh beberapa stasiun televisi yang menyiarkan acara kriminal, contohnya SIGI. Ternyata memang banyak oknum pejabat baik itu kepolisian ataupun pejabat lainnya yang "nakal" dan "doyan" duit "panas". Yah, tugas pemerintah memang banyak. Saya tunggu juga realisasi dari pemerintah yang mendapat bantuan dari beberapa negara dunia untuk memulihkan lingkungan di Indonesia.
Dari sisi kita, apa yang kita bisa perbuat? Mmm.. gak usah muluk-muluk sih, dimulai dari hal kecil saja. BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA!. Ini hal kecil yang mungkin sudah mulai dilupakan, satu hal kecil yang harus kita biasakan. Saya cukup jengkel melihat orang yang mengendarai motor / mobil, ketika asyik makan, dengan tanpa merasa bersalah, membuang sampah / bungkusnya dengan sembarangan. Begitupun dengan yang berjalan kaki, bungkus plastik, rokok, dsb, dengan seenaknya main lempar ke jalan. Ya mungkin masih tertolong dengan adanya petugas kebersihan, tapi kalau tidak? Sampah bakal ada dimana-mana, jalan, sungai, ih .. kemproh (jorok) sekali.
Satu lagi yang saya setuju, MENANAM POHON disekitar rumah kita. Satu tayangan televisi pernah menyiarkan didaerah tertentu, salah satu prasyarat pernikahan (entah catatan sipil atau departemen agama saya lupa) adalah dengan memberikan satu benih atau bibit pohon yang diwajibkan untuk ditanam. Mmm .. ide yang bagus. Yuk sebagai penghuni bumi kita cintai bumi ini dengan menjaga kelestariannya dan kebersihannya.
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Memang harus dari yang kecil