Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tips Memotret Karnaval
Kalau Anda senang melihat pawai atau karnaval dari pinggir jalan, maka Anda harus rela berdesak-desakan dengan sesama penonton. Anda harus mengeluarkan tenaga dan menebalkan urat malu supaya mendapat tempat yang strategis untuk menonton. Tubuh yang tinggi atau keterampilan memanjat merupakan keuntungan di sini. Dari ketinggian Anda bisa menyaksikan tontonan itu.
- Carilah informasi even-even karnaval. Mintalah kalender wisata setahun yang dibuat oleh Dinas Pariwisata setempat. Anda bisa juga mencari tahu di koran atau agenda acara di internet.
- Siapkan kamera Anda. Jika Anda hanya memiliki kamera saku digital, itu sudah cukup. Pindahkan gambar-gambar di kamera pada komputer, kemudian hapus gambar pada kamera untuk mengosongkan memori. Jangan lupa setrum baterai sampai kapasitas maksimal.
- Siapkan peralatan "tempur Anda":
- Payung kecil
- Kartu memori dan baterai cadangan
- Ponsel dengan baterai penuh untuk berkomunikasi dengan penjemput Anda.
- Air minum
- Aksesoris kamera: lampu kilat, filter dan tripod kecil.
- Kenakan pakaian yang nyaman: Sandal gunung atau sepatu sport, topi, kaos berkerah lengan panjang dan celana sebatas lutut.
- Pahami lokasi acara supaya Anda bisa memarkirkan kendaraan sedekat mungkin dengan lokasi. Datanglah lebih awal supaya Anda bisa melakukan persiapan lebih baik. Jika datang terlambat maka Anda berjalan lebih jauh karena polisi pasti sudah menutup jalan menuju lokasi.
- Amati lingkungan sekitar dan lihatlah arah sinar matahari. Ini untuk mengantisipasi kemungkinan backlight. Pada Solo Batik Carnival 2009, arak-arakan berjalan ke arah Timur. Padahal acara diselenggarakan pada sore hari ketika matahari bergulir ke Barat. Akibatnya, kamera foto sering harus menantang sinar matahari. Jika hal ini tak terhindarkan, maka Anda perlu menyiapkan lampu kilat untuk menyaingi intensitas sinar matahari.
- Meski punya keleluasaan, tetap hargailah penonton lain. Usahakan jangan menghalangi pandangan penonton dengan terlalu lama berdiri di satu tempat. Anda juga harus memegang prinsip "empan papan" atau bisa menempatkan diri dengan tepat. Ada kalanya, kita harus menahan diri untuk tidak memotret sembarangan. Misalnya, pada saat pertunjukan berlangsung, kita sebaiknya tidak nyelonong berjalan ke tengah-tengah arena untuk memotret.
- Hargai sesama fotografer. Usahakan jangan sampai badan Anda menghalangi kamera yang ada di belakang Anda, terutama kamera video.
- Jangan lupa merekam ekspresi penonton. Penonton adalah bagian dari karnaval juga. Kalau kita jeli, kita bisa mendapatkan wajah penonton yang ekspresif saat menyaksikan pertunjukan.
- Bersikap P.D. (Percaya Diri) dan sedikit cuek. Kalau Anda hanya memegang kamera saku digital, biasanya akan minder melihat perlengkapan kamera yang dibawa fotografer lain. Dalam hal ini, sebaiknya bersikap cuek saja. Mereka punya perlengkapan kamera canggih karena memang itulah profesinya. Mereka harus mencari uang dari memotret. Entah sebagai fotografer koran, peserta lomba memotret atau penjual jasa memotret. Mereka dituntut menghasilkan karya terbaik. Sementara kita memotret hanya demi kesenangan saja. Jadi dibikin enjoy saja. Bukankah itu yang kita cari ketika memutuskan untuk menonton karnaval?
***
Tawon-tawon mengerubungi gula
Semua orang boleh bergembira
Keris:Warisan Pusaka Dunia
Andong
Rambu-rambu
Membonceng
Siluet
Kuda
Kusir
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 8324 reads
Saya Suka Foto Karnaval
Saya tidak suka menonton karnaval atau pawai, karena tidak tahan menunggunya. Saya termasuk orang yang tidak rela berdesak-desakkan, apalagi saya seringkali lupa membawa air minum.
Tetapi saya senang melihat foto-foto karnaval. Jadi, terima kasih atas foto-fotonya. Saya bisa ikut menikmati karnaval dengan cara ini.
Ngomong-ngomong, mengapa cerita tikus itu tidak ada di SS?
Bangkai Tikus
Ngomong-ngomong, mengapa cerita tikus itu tidak ada di SS?
Ha..ha..ha,,, cerita itu mungkin menjijikkan bagi sebagian orang. Jadi tidak diposting di sini. Apa nggak geger pasar ini jika ada orang buang "bangkai tikus" di sini?
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
@Mas Pur bagus...
Sayang bagian kelompok punakawannya itu gak ada photonya maksud saya dari depan, saya pingin lihat, terkahir liat jaman di TVRI masih si ATENG yang jadi salah satu punkawannya.
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
@purnawan: Sipp..
Sipp... Tips yang bermanfaat mas...
Untuk poin no.3 dan 10, saya mau berbagi sedikit. Membawa peralatan yang terlalu banyak juga sangat menyiksa diri.
Sebuah kamera bisa berbobot hampir sekilo, tanpa baterai dan lensa. Tambah baterai, lampu kilat, dan sebuah lensa yang beratnya aduhai pula, total "barbel" kita bisa mencapai antara 2-3 kilo (!). Jangan ditanya lagi kalau masih harus bawa ini dan itu sendirian... Ampunnnnn... Satu lensa zoom yang rentangnya agak panjang (walau kuat lensanya biasanya agak rendah) adalah lebih baik, daripada bawa barang seabrek-abrek ujung-ujungnya kabotan beban, dan malah jadi ngos-ngosan kehabisan nafas. Apalagi saya baca artikelnya di FB lumayan jauh itu kirabnya. Nggak kebayang kalau harus jalan sejauh itu sambil angkat beban, hehe..
Dulu yang menjadi "kacung" alm. bapak saya untuk membawa ini dan itu adalah saya. Nah, "kacung" saya yang sekarang ini orangnya tukang ngantuk mas, jadi malah saya yang kerepotan kalau mengajak dia, harus menggotong semuanya ntar...
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
@ Kang Ebed:Setuju
Setuju, kang Ebed. Kalau kita membawa semua peralatan fotografi memang bawaan kita akan mbendoyot alias terlalu berat. Tapi bagi kaum muda yang tenaganya masih kuat, hal kelihatan mentereng dan gaya 'kan? Dengan ransel yang berat di punggung, sambil menenteng kamera besar dan lensa yang panjang. Wuiiiih....kelihatan gagah.
Akan tetapi setelah usia cukup berumur dan tubuh mulai melemah, maka kita pun mulai realistis. Seperti yang saya lakukan, peralatan fotografi yang saya bawa cukup ringkas dan bisa masuk ke dalam saku celana. Apalagi dengan kemajuan tegnologi digital sekarang. Ratusan frame hasil jepretan ternyata dapat disimpan dalam sebuah keping kartu memori yang ukurannya tidak lebih besar daripada karet penghapus pensil.
Itu sebabnya, bawaan saya adalah kamera digital video, kamera digital foto, kartu memory cadangan dan baterai alkaline. Semuanya bisa masuk kantong celana. Kemudian ada tas kecil di pinggang yang berisi payung lipat kecil (kalau hujan) dan sebotol kecil air minum (kebutuhan untuk perjalanan kaki sejauh 1-3 km). Kalau membawa kamera video, tripod kecil sangat dibutuhkan supaya hasil gambar tidak goyang. Tripod juga bermanfaat jika harus berkerumun dan berdesakan dengan sesama fotografer. Kalau tubuh tidak jangkung, seperti saya, maka kita tinggal pasang kamera pada tripod, atur kamera pada mode record atau timer pada kamera foto, lalu pegangi kaki tripod sehingga kita bisa menempatkan kamera lebih tinggi daripada orang lain.
Intinya: Jangan sampai bawaan kita terlalu berat sehingga kita tidak fun lagi dalam mengabadikan karnaval. Tapi juga jangan terlalu minimalis sehingga hasil foto jadi pas-pasan. Sebaiknya memang membawa asisten, tapi kalau sekadar hobi, lebih luwes kalau berangkat sendiri. Isteri saya kadang ikut, tapi dia lebih senang menunggu di satu tempat saja.
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
@ pak wawan
saya tu sebenarnya suka moto pak, tapi ya itu.. fotonya belum punya hehehehe
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
Kamera Murah
Harga kamera saku digital sekarang ini sudah murah, kok. Rata-rata di bawah Rp. 1 jeti. Kebanyakan HP juga berkamera. Tapi kalau mau yg mau serius memang harus beli kamera untuk profesional.
Kalau pintar memanfaatkan peluang, kamera digital bisamenghasilkan uang. Lumayan bisa untuk beli garam dapur.
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
Jadi Inget
Setiap manusia dihakimi oleh perkataannya sendiri
@ pinokio
"Om pur saya lahir di Jogja..tapi sejak SD tinggal di magelang.Liat fotonya om pur jadi inget Sri Sultan.he.he.he.
Aku bangga sbg warga asli jogja.Masih punya Sultan yg punya reputasi baik sebagai pemimpin Jogja.
Setiap manusia dihakimi oleh perkataannya sendiri"
Aku tunggu beberapa waktu, mau liahat apakah hidung mu bertambah panjang?
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
@mas wawan...
tidak lupa latihan fisik (angkat beban) agar terbiasa lari2, memanjat,dll mencari posisi yang pas....
latihan nafas biar gak ngos-ngosan takut kamera jadi blur karna gak fokus (yang ini cuma nebak, alias gak mudeng soal foto memfoto :))
btw bagus informasinya...:)
Salam...
Salam...
@ Crom Betul sekali,
@ Crom
Betul sekali, kebugaran fisik sangat berpengaruh dalam aktifitas memotret ini. Kalau tangan nggak prima, bisa gemetaran dan hasilnya akan blur. Belum lagi kalau harus panjat-memanjat untuk mendapatkan sudut pemotretan yang ciamik. Kemudian kadang harus berdiri cukup lama untuk menunggu momen yang pas.
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Wawan
------------
Communicating good news in good ways
@bapak purnawan, agar TIDAK SALAH mengerti...