Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
terimakasih karena masih ada waktu untuk tidak menipu
Tuhan terkasih, ( kupanggil begitu setelah aku mengambil komitmen untuk mengasihiMU)
Senang rasanya saat ini bisa bicara denganMu melalui tulisan. Iya, aku memutuskan untuk merenung sejenak dan disinilah aku sekarang, aku mendapatkan suatu kesadaran yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Aku berpikir, kadang aku begitu cerewet padaMU, apa-apa yang kupikirkan, kulihat, kurasakan, begitu saja kuucapkan tanpa mempertimbangkan Engkau bisa terima atau tidak, seperti Engkau tidak punya hati yang bisa saja tidak setuju atau tidak suka dengan ucapanku. Sering aku ‘berdoa’ hanya untuk melepaskan uneg-uneg saja tanpa memberi kesempatan padaMu untuk bicara, kalau aku sudah merasa cukup aku berhenti seolah-olah Engkau gudang yang tidak pernah penuh untuk menampung kata-kataku.
Aku meminta ini dan itu, bahkan menyuruhMu berjaga-jaga terhadap hidupku, maksudku, untuk keselamatan, ketentraman, kenyamanan jiwa ragaku, orang-orang yang berarti buatku, masa depanku, dan tentu saja semua benda-benda yang kumiliki, soalnya aku tidak mau kehilangan sedikit pun dari semua itu, karena akan membuat susah dan itu tidak menyenangkan bukan?
Parahnya lagi, terkadang aku bersikap sepertinya Engkau adalah penjaga yang harus bertanggung jawab untuk keamanan dan keselamatan semua yang kupunya, bila terjadi ketidakberesan, aku menyesali Engkau, menghujaniMu dengan banyak pertanyaan dan pernyataan kecewa, “Mengapa terjadi Tuhan? Mengapa Engkau ijinkan? Apa Kau telah lalai Tuhan?” Oh aku benar-benar miskin terhadap pemahaman ya?
Tuhan, seandainya saat ini Engkau dekat-dekat denganku, kita berbicara sejenak dan Engkau mau mengingat-ingat, pernahkah aku bertanya, “Apakah Engkau tidak lelah melihat kelakuanku? Apakah Engkau pernah bersedih melihat cara hidupku atau muak mendengar kata-kataku? Apakah hatiMu bersedih ketika diam-diam aku berbuat dosa.
Aku memang tidak mencuri, apalagi membunuh orang, tapi aku sering menyimpan kemarahan dan menjadikan itu dendam, aku sering membicarakan kekurangan orang lain, aku tidak mau ditegur, aku ahli membungkus ketidakjujuran dengan kata-kata yang manis, aku juga tidak memberi tempat pada orang-orang yang kira-kira tidak memberikan suatu kontribusi bagiku.
Pernahkah aku bertanya, apakah hatimu senang dengan pelayananku? Aku tidak pernah mau mengakui kalau aku menjadi “HambaMU” bukan karena panggilan yang murni, hal itu kukatakan sekarang karena kusadari aku tidak pernah perduli apakah dengan pelayananku jiwa-jiwa dimenangkan dengan sungguh-sungguh atau tidak, aku telah menjadikannya sebagai karir, ya karir! Seperti pengusaha, dokter, pengacara dan lain-lain.
Aku tidak pernah meluangkan waktu untuk minta pendapatMu tentang kebaktian-kebaktian yang kami adakan selama ini. Konser-konser rohani, lagu-lagu yang kami jual berbentuk kaset, cd dan lain-lain, benar-benar menyenangkan hatiMu atau tidak, benarkah kami sungguh-sungguh perduli dengan jiwa-jiwa yang hilang? Jangan-jangan hatiMu justru kesepian memandang kesibukan kami menghitung laba rugi yang kami peroleh dari semuanya itu.
Apakah Engkau tahu (Pasti Engkau tahu) aku bisa merangkai kata-kata menjadi ‘doa’ dan ‘pujian’ yang indah, mempesonakan banyak orang, dan Engkau pasti tahu, terkadang aku bisa merasakan rohku yang semakin kerdil terisak-isak karena terhimpit dan terpaksa hidup diantara ambisi, ketidakjujuranku dan kekeringan akan cinta terhadapMu yang sebenarnya tidak kumiliki, bahkan kadang2 aku tidak tahu apa yang kubicarakan, aku hanya ingin bicara saja untuk memenuhi keinginan hatiku, pengakuan, jiwaku bingung.
Apakah ini arti kehidupanku, Apakah aku benar-benar mencintaiMu walau hanya sedikit saja? Adakah aku punya iman kepadaMU, kesadaran ini membuatku merasa kesepian karena kalau jujur ternyata Engkau jauh dari hidupku, walau setiap saat yang kuucapkan adalah namaMu dan namaMu. Seandainya aku bisa merendahkan hatiku dan meletakkannya ditanganMu dan belajar mencintaiMu, seandainya aku bisa mengerti sedikit saja tentang hikmadMu...seandainya...
Dan semoga kesadaran ini belum terlambat...dan kini aku sudah kehabisan kata-kata, tapi aku merasa hatiku menjadi lega, dan sepertinya ada kehangatan dan damai disana, ternyata benar, kadang-kadang berdiam diri dan mendengarkan lebih baik dari pada berbicara dan terus berbicara.
terimakasih karena masih ada waktu untuk tidak menipu kali ini
Salam sayang (keputusanku)
- Benia Herawati's blog
- Login to post comments
- 3520 reads
@Bernia
Roh Kuduslah yang berkata - kata di dalam hatimu....
GBU
GBU
Amin...terimakasih:)
Iya..roh kudus akan membantu kita memahami hal2 yg sulit dipahami:)
Benia : lagi musim
berarti memang sekarang ini, selain krisi global yang sudah berlalu,..krisis kepercayaan kepada instansi tertentu...juga banyak yang merasakan krisis iman,..
Menurutku pointnya sama,..kita sedang mengalami krisis, hanya kemasannya saja yang berbeda....
semoga keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang tepat buat hidup kita dihadapan Tuhan...
Peace - smile
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
up and down, begitulah... hee..:)
iya betul..jadi sah2 aja ya kita berkarya dgn kondisi apapun? yang penting tujuan akhirnya mah tetep happy ending... bukankah segitu banyak cerita2 ttg penderitaan di Alkitab tapi akhirnya Happy Ending juga?:)