"Hihhhh! Menjijikkan sekali kata-katanya itu? Tidak bisakah dia mencari kata-kata rohani lain yang artinya tidak menjilat dan mencari hormat manusia seperti itu?" bisikku pada Susi partnerku sambil memperhatikan seorang 'hamba Tuhan' yang memberikan sambutan di suatu acara beberapa hari yang lalu
"Ahhhh... ini hanya akan menjadi acara yang membosankan dan tanpa arti" kata Susi menimpali omonganku
"Yah, mungkin begitu... tapi aku harap tidak! Tuhan,...aku minta hari ini tidak berlalu begitu saja. Aku minta ada seseorang yang entah pengunjung, entah penjaga stand buku, entah siapapun... bisa aku ajak berbicara tentang Tuhan dan panggilanNya. Aku berharap hari ini akan menjadi hari luar biasa..." kataku lagi sambil menengadah ke atas
Beberapa jam kemudian aku lewati dengan kebosanan. Mengamati setiap orang yang datang, melayani pertanyaan-pertanyaan orang, memastikan semua beres dan berjalan sempurna... ah.. aku tak tahan.
Aku melangkah ke dalam ruangan pameran, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang, melihat para penjaga stand yang berbicara dengan sabar, dan akhirnya mendatangi stand buku-buku rohani.
"Ini buku bagus lho mbak.." kata mas penjualnya
"Mungkin... tapi tidak tepat bagi saya" jawabku to the point
Akhirnya kuraih dan kubayar 2 buku Mengejar Kekudusan Jerry Bridges dan The lotus and The Cross-nya Ravi Zacharias.
Setelah itu, aku berpindah tempat ke stand buku yang lebih besar. 2 Orang sahabat tiba-tiba sudah menempel di belakangku dan merayu untuk dibelikan buku, segera kuraih lagi 2 buku Berapi-api bagi Tuhan Billy Joe Daugherty dan menyerahkannya kepada mereka.
"Kubelikan ini aja buat kalian... bagus, ringan, dan tepat! Dah dibaca sono..." kataku
"Mau cari yang mana lagi?" sapa mas penjualnya dengan ramah
"Tunggu... sepertinya yang ini bagus... ini cetakan versi baru ya? Yang dulu saya punya kayaknya nggak seperti ini?" jawabku sambil meraih salah satu buku Rick Joyner
"Iya.. itu bicara tentang panggilan Tuhan..." kata mas penjual lagi
"Mbak, kayaknya ini buku bagus lho mbak..." kata Prima sahabatku sambil menunjuk salah satu buku Ulf Ekman
"Ya... itu penulis keren.. aku suka bukunya... nanti aku mo beli yang itu..." jawabku
"Mbak.. kok nggak pulang-pulang sih? Dari tadi saya lihat ada terus di sini?" kata mas penjual itu
"Lho, mas'e pengen saya cepetan pergi yah..?" tanyaku kepada mas penjual itu sambil mendongakkan kepala memandang langsung ke wajahnya
Hemmmm... aku terkaget sendiri! Aku seperti pernah mengenal wajah seperti itu, atau mungkin mirip? Garis wajah yang tegas dan khas dimiliki salah satu suku di Indonesia, badan tegap, senyum ramah. Ternyata... memang hanya mirip...
"Hai... kenalkan saya Iik. Saya panitia lokal untuk acara ini... saya akan disini terus sampai nanti malam..." kataku sambil mengulurkan tangan penuh percaya diri
"Ehm... saya Yoel... dari Jakarta"
"Jadi kamu pelayanan di sini atau bekerja di situ?" tanya Yoel sambil menunjuk satu spanduk besar yang terpasang di situ
"Pelayanan? Nggak.. aku kerja kok... yah sambil ngerjain ini itu... salah satunya ya ini" jawabku
"Seneng ya bisa pelayanan..."
"Eh, maksudnya? Pelayanan apa? Yang bagaimana? Biasa wae... justru seringkali pelayanan itu bisa menjadi hal berbahaya, karena kita bisa terjebak dalam rutinitas tapi bukan lagi berasal dari hati.. dan ketaatan"
"Itu dia yang terjadi di hidup saya... dulu saya aktif sekali di pelayanan. Saya melakukan ini dan itu... bersemangat, berapi-api, bergairah sekali... tapi itu dulu... tetapi lama kelamaan saya terjebak dengan rutinitas dan agamawi... dan akhirnya malah melarikan diri dari sana... hemmmm" cerita Yoel panjang lebar
"Itu bisa terjadi pada siapa saja kok... itulah kenapa kita ... "
Dan pembicaraan kami berlanjut dengan seru. Aku tak peduli pada wajah-wajah yang memandangku aneh.. karena berbicara penuh semangat di stand buku, demikian juga Yoel. Matanya tertuju kepadaku saat dengan bersemangat dan berbinar-binar aku memberikan kesaksian tentang penginjilan, pertobatan kelahiran kembali, dan kesungguhan hati pada panggilan Tuhan.
Ahhhh... aku selalu menyukai pembicaraan seperti ini lebih daripada semua pertemuan agamawi dan kalimat basa basi rohani yang memuakkan.
Hingga akhirnya, ...
"Aku ingin sekali kembali seperti dulu... tapi..."
"Kembalilah kepada panggilan Tuhan, bukan kepada pelayanannya... hanya itu satu pesanku, mungkin kamu pernah mendengar dari teman-temanmu, tapi aku orang yang sama sekali tidak kamu kenal... dan aku percaya tidak kebetulan Tuhan mempertemukan kita"
...
...
Sayangnya pembicaraan kami terjadi hanya di hari pertama, karena di hari kedua ternyata aku tak sanggup lagi bertugas di sana ... dan harus menyerah karena lowbatt beraaaaatttt yang tak tertahankan...
Sebelum kami berpisah, aku hanya bertukar no telepon sambil berkata, "Suatu hari mungkin kita bisa bertemu lagi..."
"Ya... thanks" hanya itu jawabnya
Ya. Suatu hari! Meski itu sederhana, dan 'sepertinya' tidak menghasilkan hal yang terlihat 'hebat' dan luar biasa.
Tetapi aku telah belajar dari 'suatu hari kemaren' itu, waktu Tuhan mengabulkan permohonanku untuk bebicara kepada 'satu orang' yang dengan tulus aku berharap bisa kembali menemukan panggilannya dalam Tuhan.
Sederhana!
Besok, lusa, dan setiap hari... aku akan bertemu 'suatu hari' yang lain lagi... yang akan membawaku kepada 'orang-orang' berikutnya lagi...
'Suatu hari' itu yang akan menjadi potongan sejarah berharga bagi orang-orang yang dikasihiNya, yang DIA inginkan kembali kepadaNya... kepada anugerahNya yang mulia dan luar biasa...
Dan... selalu aku akan melakukannya di 'suatu hari' itu kepada 'seseorang'... karena aku tak pernah bisa menahan untuk mengatakannya...
Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup (Yeremia 20:9)
...........................................................
for my friend Yoel*
aku berharap kamu bisa sungguh-sungguh kembali pada panggilanNya yang luar biasa sahabat...
*Bukan nama sebenarnya
@IIK bersyukurlah...
Jika kehendak Tuhan sesuai dengan doamu.
Not a reason but a purpose right?
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
@sandman, saya belajar dari anda..
Yups! untuk itu saya belajar dari anda..
Sederhana.. tapi berharga!
passion for Christ, compassion for the lost