Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Soli Deo Gloria?
Beberapa weekend lalu saya berkesempatan melihat Oprah Show yang membahas tentang film The Pursuit of Happyness. Sudah pernah lihat filmnya? Kisah nyata yang diangkat ke layar lebar tentang seorang ayah Black American bernama Chris Gardner dan anaknya laki-lakinya. Buat yang belum tahu kisahnya, ini ada sedikit ringkasannya yang saya dapatkan dari Internet:
In 1981, Chris Gardner was a struggling salesman in little needed medical bone density scanners while his wife toiled in double shifts to support the family including their young son, Christopher. In the face of this difficult life, Chris has the desperate inspiration to try for a stockbroker internship where one in twenty has a chance of a lucrative full time career. Even when his wife leaves him because of this choice, Chris clings to this dream with his son even when the odds become more daunting by the day. Together, father and son struggle through homelessness, jail time, tax seizure and the overall punishing despair in a quest that would make Gardner a respected millionaire. Written by Kenneth Chisholm (kchishol@rogers.com)
Yang menarik buat saya adalah satu saat mengharukan waktu Oprah menghadirkan mantan karyawan wanita Chris Gardner yang ingin berterima kasih padanya. Berkat program beasiswa yang didapatnya, mantan karyawati ini berhasil menaikkan tingkat kehidupan ekonominya ke kondisi yang lebih daripada yang pernah diharapkan. Kedua bola mata Chris terus mengalirkan airmata dengan ekspresi mengharukan yang tidak bisa saya tebak apa kira-kira perasaan yang berkecamuk di sana saat menerima pujian itu.
Saya jadi teringat diri sendiri saat juga menerima berbagai pujian. Mulai dari yang melambungkan diri ini hingga ke bulan dan menghasilkan bulatan sempurna bertajuk benjol akibat terpentok di sana, sampai yang berhasil menjadikan wajah bulat nan ceria ini bagaikan kepiting rebus tak bersaus tiram. Satu pertanyaan yang menohok hati saya adalah, "Apakah kamu mengingat siapa sebenarnya yang dipuji?"
Iya, siapa sebenarnya yang mereka puji? Saya... ataukah keindahan Tuhan yang dijinkanNya terpancar lewat saya di saat-saat itu?
"Yours, O LORD, is the greatness and the power and the glory and the victory and the majesty, indeed everything that is in the heavens and the earth; Yours is the dominion, O LORD, and You exalt Yourself as head over all."
1 Chronicles 29:11 NASB
Uugh... Tuhan, Engkau tahu betul bukan kalau diriku sendirilah yang sesungguhnya aku puji dan puja senantiasa? Engkau tahu betul bahwa setiap kukatakan "Soli Deo Gloria" sesungguhnya yang kukatakan adalah "Soli daku Gloria"?
Saya teringat betapa seringkali saya juga begitu mendambakan pujian dengan mengatasnamakan agar nama Tuhan yang dimuliakan. Padahal sesungguhnya saya mungkin tidak tahu dengan pasti apakah Tuhan juga merasa dimuliakan melalui apa yang saya lakukan sehingga menuai pujian tersebut. Tapi tetap saja saya dambakan pujian tersebut karena begitu melambungkan hati ini.
"Do not claim honor in the presence of the king, and do not stand in the place of great men; for it is better that it be said to you, 'Come up here,' than for you to be placed lower in the presence of the prince, whom your eyes have seen."
Proverbs 25:6-7 NASB
Soli Deo Gloria. Soli Deo Gloria. Soli Deo Gloria.
Terima kasih Tuhan telah mengingatkan hati ini yang begitu lemah terhadap pujian-pujian yang diberikan. Sesungguhnya keindahanMu-lah yang mereka lihat disana. Dan sudah seharusnyalah aku menerima pujian-pujian itu dengan penuh syukur dan sukacita, bukan karena isi pujian itu tetapi karena telah Engkau ijinkan terpancar lewatku disana. Di sisi lain, jangan biarkan aku tidak menghargai pujian-pujian untukMu lewatku itu. Seringkali aku pun tidak menghargai pujian yang disampaikan orang. Ajar aku menerimanya dengan suatu tulusnya kerendahan hati. Dan kiranya Kau pegang aku erat kala si bebal ini mulai melambung ke langit ke-10 dibuai ilusi keindahan dirinya sendiri. Jejakkan kakiku kembali ke bumi Tuhan yang Maha Baik, kokohkan kembali pijakanku di atas batu karangMu. Karena bagiMu-lah sesungguhnya segala hormat dan kemuliaan yang dilihat setiap jiwa.
Soli Deo Gloria!
- xaris's blog
- 6750 reads
kerendahan hati
Kita juga sama =)
Salam kenal juga Josh, komentar kamu betul sekali. Apalagi kalau kita berada di komunitas dimana para pendeta, pelayan, majelis, aktivis juga jemaat yang saling berlomba-lomba belajar firman Tuhan dan dengan luar biasa mampu saling mengajar, sangat sulit belajar yang namanya rendah hati.
Dulu saya cenderung menyalahkan para pemimpin di komunitas saya kenapa mereka bergelar hamba tapi bermental boss biarpun selalu bilang mereka hamba. Sekarang saya bisa melihat bahwa sangat mungkin saya sendiri pun punya andil mendukung kondisi yang memungkinkan mereka jadi begitu. Saya ternyata ngga beda dengan mereka, cuma beda gelar aja =D
Aduh keselek nieh!!!!!!
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Olala Erick...!
Engga epektip yah
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
DICARI...
BIG GBU!
Tolong mereka
KETEMU jos :-)
Si Robin...
Tentang kontribusi...
BIG GBU!
Karena merasa
Wah Jos yang saya alami justru kalo udah kontribusi kita jadi cenderung makin menuntut, karena merasa saya udah bantu tapi ini kok ngga berubah-berubah, malah makin parah. Makanya saya bilang, bekerja sambil berserah. Makanya juga saya bilang, gampang banget kita bicara =D
Foto itu jarak jauh, banyak semu-nya. Dibuat di studio, berarti banyak koreksinya. Dibuat waktu hati sedang gembira, jadi mau tua apa muda pasti keliatan enak dipandang =p. Thanks for the compliment, hebat si tukang foto =D
seru euy....
Balik soal pelayan
Kita semua juga disebut hamba Tuhan, seorang pelayan, a minister. Jadi komentar kamu di atas itu buat kita semua juga. Ada quote dari John Owen nih, "A minister may fill his pews, his communion roll, the mouths of the public, but what that minister is on his knees in secret before God Almighty, that he is and no more." Semoga kita semua inget terus kata-kata Oom John Owen ini =)
Soli Deo Gloria!