Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Siapakah yang seharusnya berhak mendapatkan keselamatan
beberapa hari yang lalu aku dan ari sibuk chatting bareng..
akhirnya kusetujui permintaannya menulis blog ini. (dasar ari, padahal artikel yang dijanjiinnya nggak jadi-jadi)
dengan sedikit ngantuk-ngantuk, aku ingat apa yang mau kutulis.
bulan puasa ini bagi saudara-saudara kita sangat berarti, saatnya "panen" pahala. Mereka mencoba menahan diri dari amarah, nafsu, dan lain lain. karena mereka tahu kalau mereka menyenangkan Allahnya maka mereka mendapat imbalan "pahala" yang banyak.
Berdasar dari itu, aku termenung sebentar. Begitu beratkah mereka mencari keselamatan? begitu tekunkah mereka menyenangkan Allah? Begitu inginkah mereka mendapatkan kasih Allahnya?
lalu, BAGAIMANA dengan kita, orang merdeka?
saudara-saudara kita sangat menginginkan berkat dan pahala, walaupun mereka tidak tahu keselamatan pada Kristus, mereke mengejarnya, usaha mereka sangat gigih. Tapi malah orangyag tahu akan Kristus adalah keselamatan malah "menginjak" anugrah, bertingkah laku yang tidak menyenangkan Allah malah hanya melakukan segala sesuatu "seenak udel"nya.
saudara-saudara kita berlomba-lomba menyenangkan Allah, kita, jangankan menyenangkan Kristus, mengingatNya setiap pagi saja tidak. Jangankan diingat, kita malah memalingkan muka kita dan mengurusi urusan kita, melakukan segala sesuatu semau kita, melukakan hati Tuhan senantiasa, seperti "menyia-nyiakan keselamatan" Tuhan. jadi, siapakah yang pantas menerima keselamatan? orang yang mencari sekuat tenaga, atau orang yang bermalas-malasan menyenangkan Pencipta?
Setiap pagi saudara kita berdoa, walaupun mereka tidak tahu untuk apa, hanya sekedar menjalankan perintah agama, sebenarnya mereka secara tidak langsung mengucapkan syukur pada Pencipta, sambil meminta keselamatan dan hidup kekal. Mereka percaya bahwa Tuhan yang menjemput mereka masuk surga datangnya saat pagi-pagi buta <diperoleh dari vcd seorang ketua umum FPI yang masuk kristen>.
Bagaimana dengan kita? apakah kita meluangkan waktu kita untuk mengucap syukur pada Pencipta? atau hanya memikirkan masalah kita sendiri?
Masakah kita, sebagai orang merdeka dari dosa, mendapatkan jaminan hidup kekal di surga, berlaku seperti orang terjajah yang "miskin" ucapan syukur, "miskin" pengharapan, dan tidak menghargai anugrah?
sudahkah kita menyapa Pencipta hari ini? Sudahkah kita mendengar apa yang ingin Ia sampaikan? sudahkah kita memfokuskan diri kita pada Pencipta? Sudahkah kita membawa hidup kita kedalam rencanaNya atau kita seakan "mengatur" Dia?
Renungkanlah, bagaimana hidup kita yang mendapatkan keselamatan? apakah "kalah" giat dengan orang yang mengejar keselamatan?
jika ya, berarti siapakah orang yang menurut logika berhak mendapatkan keselamatan?
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." Matius 7 : 7
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-
- Raissa Eka Fedora's blog
- 4669 reads
Merdekanya Raissa
Karena taat ...
Mau bilang persekutuan tidak harus hari minggu? Berarti Anda belum memahami arti dari firman Tuhan:
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." -- Ibrani 10:25
Bisa saja persekutuan di luar hari minggu, namun itu Anda menjauhkan diri dari ibadah bersama jemaat di gereja pada hari minggu. Kalau punya persektuan sendiri di luar hari minggu/di luar gereja, tidak masalah. Namun sebagai ketaatan akan firman Tuhan, persekutuan dengan jemaat gereja juga tidak boleh dijauhkan, bukan?
Yang berhak mendapatkan
GBU