Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Si Kecil Bimo
Malam Natal di sebuah panti asuhan di pinggiran kota. Bu Sinta baru saja selesai menceritakan kisah Natal kepada anak-anak panti yang berkerumun di hadapannya. Sejenak ia menghela nafas. Ditatapnya satu per satu anak-anak itu. Wajah-wajah mereka terlihat penuh dengan kegembiraan.
“Nah anak-anak, setelah kalian mendengar cerita dari ibu, ada tugas yang harus kalian selesaikan,” kata Bu Sinta sambil meraih beberapa lembar kertas yang sudah dipersiapkannya sejak tadi. “Kalian ibu minta membuat sebuah hiasan natal dari kertas ini. Terserah kalian mau membuat apa tapi ibu berharap, apa yang kalian buat adalah persembahan terbaik untuk Tuhan…” tambah Bu Sinta sambil membagikan lembaran-lembaran kertas itu.
Anak-anak itu langsung saja berhamburan maju ke depan. Mereka dengan tidak sabar mengambil kertas dari tangan Ibu Sinta. Setelah mendapatkannya, mereka segera tenggelam dalam kesibukannya masing-masing.
Beberapa menit berlalu. Si kecil Bimo masih termangu. Ia belum tahu mau membuat apa. Tiba-tiba, kertas yang dipegangnya disobeknya menjadi dua bagian yang sama besar.
Bu Sinta yang memperhatikan Bimo sejak tadi keheranan. Didekatinya anak itu. “Bimo, kamu membuat apa?” tanya Bu Sinta penuh kasih.
Bimo menghentikan pekerjaannya. Ditatapnya Bu Sinta sebelum menjawab, “Bimo mau menggambar bayi, Bu.”
“Kenapa kertas itu harus kamu sobek menjadi dua bagian?” Bu Sinta bertanya lagi. Ia kelihatan belum puas dengan jawaban Bimo.
“Iya Bu, saya mau menggambar dua bayi. Satu bayi Yesus dan satunya Bimo. Saya ingin menemani Yesus di palungan. Pasti Ia kedinginan sendirian terbaring di sana,” jawab Bimo polos.
Bu Sinta tertegun. Ia tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu. Tiba-tiba bayangan kejadian lima tahun lalu berkelebat kembali di pelupuk matanya yang mulai basah.
Saat itu hujan turun deras sekali. Bu Sinta sedang menata ember-ember di ruang tengah panti untuk menampung air hujan yang jatuh akibat atap yang bocor ketika tangis bayi terdengar keras. Bu Sinta berbegas mencari asal tangisan itu. Dan ketika membuka pintu depan, ia kaget bukan kepalang. Seorang bayi mungil yang hanya terbungkus kain selendang yang tidak begitu tebal tergeletak begitu saja di lantai tanah. Wajah bayi itu terlihat mulai membiru akibat kedinginan. Bergegas Bu Sinta membawa bayi itu ke dalam dan segera memberikan perawatan agar bayi itu dapat tertolong. Bayi itu adalah si kecil Bimo.
- cahyadi's blog
- Login to post comments
- 4390 reads
Boleh saya copy paste ?
hello Pak...
saya berkesan sekali dgn tulisan si Bimo kecil ini,
boleh saya copy paste ke milis dan blog saya ? tentu saja saya akan menuliskan asal copy paste ini dari sabdaspace tulisan bp.
terima kasih
Rudy
balioffice.wordpress.com
silakan...
Silakan saja mas... saya malah terima kasih sekali...
Memang..
Semoga semakin banyak orang-orang seperti bu Shinta di luar sana....
Dari dulu wanita kalau namanya Shinta biasanya orangnya memang baik hati, cantik, walaupun agak cerewet dan sedikit hitam...
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)