Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sepenggal Kisah Dari Jalanan I
"Mengapa sih kita takut pada matahari..." ... "... jika cinta sudah dibuang... jangan harap keadilan akandatang... ternyata kita mesti berjalan... robohkan setan yang berdiri mengangkang... oo yao yao ya bongkar... oo yao yao ya bongkar... lagu-lagu itu yang mereka terus nyanyikan pada saat itu di bianglala AC 76 atau 57 jurusan ciputat... aku termangu-mangu waktu itu... apa ada kehidupan lain yang mereka punya selain ini...
AWAL PERTEMUAN
Ketika itu siang terik di awal tahun 98, aku menunggu bus seperti biasa di depan jalan Garnisun, Benhill, dengan beberapa pengamen jalanan... aku belum tahu nama-nama mereka saat itu, pokoknya potongannya seram, rambut panjang, baju lusuh dan jeans belel... tapi hei... anak-anak yang ini sepantaran denganku... dan mereka terlihat ramah... nongkrong di warung kopi sambil menghisap rokok dan berdiskusi dengan serunya... tidak sepeti kita disini... debat kusir melulu dan jarang ada yang mau kalah... termasuk saya... hehehe... kami pun berkenalan... ada Oka, Ian Ambon, Raymond, Anto Puisi, dari mereka-mereka inilah akhirnya saya mengenal lebih jauh tentang kehidupan anak jalanan dan dunia preman. Ternyata tidak semua anak2 jalanan itu brengsek, buruk, tukang copet, tukang palak, pemabuk, dan cap negatif lainnya... banyak juga diantara mereka yang masih kuliah, orangtua dari 2 anak, aktivis jalanan, dll.
AWAL MENGAMEN
Waktu itu saya kuliah malam dan pulangnya bertemu dengan mereka lagi... lalu mereka mengajak saya naik bus... dan ikut menyanyi bersama mereka... saya bingung kenapa saya tidak ditagih kenek... akhirnya saya tahu semua pengamen dan orang yang mengaku mengamen itu tidak perlu membayar... asal siap ribut dengan kenek... Sungguh merupakan suatu Karunia Tuhan, saya tidak dipertemukan dengan pengamen jahat... Saudara2 saya itu orang baik dan berkeinginan untuk maju... kalau boleh dibilang merekalah senior-senior dalam dunia perngamenan di ibukota, beberapa diantara mereka sudah mengamen dari kecil... tapi hidup adalah sebuah pilihan... dan syukurlah mereka tetap memilih jalan yang baik... Saya mengamen bertiga, lalu berdua, lalu sendiri... kadang pakai gitar, tapi kalau gitar lagi dipinjam saya pakai suling sunda dan baca puisi... jangan anda bayangkan pengamen yang cuma pakai kecrekan lho ya... itu adik-adik kami... kami sudah skala pementasan dalam sekali ngamen, pernah mendengar pengamen yang bagus sekali? Yah, seperti itulah kami kira-kira.... pendapatan kami memang jauh di atas pengamen rata-rata.... karena harus ada nilai seninya dalam setiap penampilan...
SAAT MENGAMEN
Mulai dari 1998-2004, saya terus ada di jalanan, bergabung dengan sebuah lsm untuk orang hilang, membangun Forum Seniman Jalanan bersama saudara-saudara kami yang lain... Mereka sungguh tidak taat peraturan... jam karet, hidup santai, tidak suka mengikuti perintah, tetapi kalau kerjasama boleh diadu dengan kerjasamanya Tung Desem Waringin... kami lebih hebat! Ketika mengamen, berapa pun hasil yang kami dapat itu harus dibagi rata... itu berlaku secara nasional.... jadi jika anda dapat 10.000 itu berarti 5000-5000 atau 3000-3000-3000 dan 2 gelas aqua kalau orangnya ada 3, tidak boleh ada yang curang dan kami saling menghormati hasil usaha teman kami walaupun dia tidak bisa menyanyi dan hanya tepuk tangan saja.... makan juga begitu... kami makan nasi perang... jadi dari uang hasil tadi saweran untuk beli makanan, nasi bungkus dan itu kami makan beramai-ramai dengan teman-teman lain... sungguh suatu kekeluargaan yang hampir punah dari tingkat RT/RW sekalipun... Selain mengamen kami juga menguasai parkiran dan bisa makan dimana saja dengan harga setengah... nasi padang, ayam-sayur 3000 sementara orang biasa bayar 5000. Kami bergaul akrab dengan pengojek2, tukang jualan sepanjang jalan, tukang asongan, hanya dua musuh kami yaitu : pencopet dan tukang minta2 sumbangan masjid atau sumbangan orasi pura-pura sakit atau baru keluar dari penjara... orang2 seperti itu bisa kami ledek habis-habisan atau kami hajar sampai babak belur kalau dia melawan... ada cerita tentang pencopet... bersyukurlah anda jika ada pengamen baik naik (tidak bertato, terlihat senior,berani, bermain bagus) biasanya copet-copet itu akan menunggu dan tidak akan beraksi sampai pengamen itu selesai... di tulisan lain saya akan menulis trik mengenali copet dan penodong.
KEHIDUPAN JALANAN
Kehidupan Jalanan penuh dengan kekerasan... Forum Senja pun tidak bertahan lama... karena budaya malas itu dan tidak bisa diatur... anggota kami waktu itu sampai 50 orang, dari blok-m sampai kota... agenda utama kami pentas seni jalanan, naik gunung, belajar membaca dan menulis, ikut festival band, main bola lawan anak2 Aston Hotel belakang, buka puasa bareng, aksi sosial membersihkan lingkungan... kami berlima pun sepakat bahwa kami harus mencari kerja untuk kehidupan yang lebih layak... saya menyemangati mereka untuk mencari kerja selain mengamen... Oka sekarang jadi satpam, Anto bekerja di percetakan, Ian main musik di cafe-cafe dengan timnya... ada yang melatih teater... ada yang menjadi pegawai kantoran... ada juga yang menjadi guru... sesekali kami berkumpul di depan pangkalan ojeg plaza sentral, pergi ke gereja Tiberias, atau sekedar makan di McD... Tahun 2005 saya sudah tidak aktif lagi karena pekerjaan saya, karena pengaruh dari jalanan itu sungguh tidak baik bagi kehidupan saya.... apalagi bagi anak2... banyak diantara bocah cilik yang tersesat menjadi pecandu narkoba, korban sodomi, ngelem, pencopet, penjambret, keluar masuk bui.... kalau anak cewe-nya... kalau dia tersesat akhirnya menjadi penyanyi karaoke, wts, dan penghuni panti pijat... atau kawin di bawah umur... Rumah singgah Mahanaim yang ada di Tempat Pembuangan Sampah Bantar Gebang Bekasi sangat baik, saya pernah sekali mengajar bahasa Inggris di sana.
PERANAN PEMERINTAH
Omong kosong. Nol Besar. NATO. Cuek. Banyak anak yang ditangkapi lalu inang pengasuhnya disuruh bayar uang tebusan 20-50 rb, kalau tidak ya mereka tetap jadi tahanan, panti anak jalanan itu kondisinya menyedihkan, bau pesing, dan tidak layak huni seperti layaknya kandang babi yang tidak terurus... Lalu saya berpikir jauh 10 tahun ke depan, karena golongan tua suka korupsi, anak2 itu hidup melarat, lalu ada juga program yang melarang memberi uang sedekah... bullshit!!! Lalu apa peran pemerintah kalau mereka tidak bisa mencari uang??? Sekedar untuk perut mereka sendiri???
Saya merasa kasihan bukan kepada mereka tetapi justru kepada orang-orang yang pelit untuk memberi.... MASYA ALLAH!!! Bahkan yang berjilbab pun memberi ketika Lagu Gereja dinyanyikan....
ada tertulis: Apa yang kau perbuat bagi orang kecil ini, kau sudah memperbuatnya untuk AKU...
tunggu kisah yang selanjutnya....
BIG GBU!
BIG GBU!
- Josua Manurung's blog
- 7197 reads
Bung Josua Kangen Oiii ...
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Anak Kota vs Anak Jalanan
Wah, cerita yang sangat membuka mata saya. Apalagi sebagai anak kota, saya memang tidak pernah tahu apa yang terjadi di jalanan. Terlalu sering saya berpikir terlalu sempit, dan akibatnya pelayanan pun ikut sempit, padahal Tuhan kita adalah Tuhan yang sangat besar!!
Ditunggu cerita selanjutnya!
Setelah membaca tulisan
Setelah membaca tulisan Bung. Saya betul-betul kecewa dengan sikap pemerintah. Ternyata selama ini mereka hanya memandang anak jelanan tidak lebih sebagai komuditi.
Saya salut dengan teman-teman Anda. Mereka bukan hanya orang-orang hebat, tapi juga orang yang diberkati. Seharusnya begitulah gereja. Kekuatan gereja yang sebenarnya bukan terletak di balik gedung dengan segala kegiatan gerejawinya.
Kekuatan gereja yang sejati seharusnya justru tampak ketika jemaat keluar dari gedung gereja, kembali ke kehidupan kesehariannya. Membangun dimana perlu, memberdayakan dan mengusahakan kesejahteraan dimanapun kaki mereka berpijak. Seperti yang sudah dikerjakan teman-teman Anda Bung.
Hebat. GBU all of U
kalau saya tida ada di rumah, cari saya di sini
Gereja Kan Bantu Dengan Syarat
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Anak jalanan di jogja n di NTT?
Dilema Sedekah
Ratih Bela menulis:
"sebenarnya saya sedikit bingung dgn masalah memberi sedekah dijalan saat lampu merah.disatu sisi hati saya kasihan krn apa yg kita beri walau sedikit tapi itu berarti buat mereka.tapi hati saya bilang juga klo kamu buat begitu berarti kamu mendidik mereka utk tetap memilih berada dijln"
Sepertinya memang banyak dari kita memiliki dilema yang sama. Seperti yang sudah diceritakan bung Jos, kebanyakan orang di kalangan Kristen justru kebanyakan mikirnya untuk bagaimana menolong secara efektif, eh, sampe-sampe lupa menolong!
Salah satu alasan untuk tidak memberi uang pada 'anjal' ini (terutama kota-kota besar), karena uang tersebut biasanya berakhir di kepala 'gang', bukan anak-anak yang membutuhkannya. Salah satu lembaga di Jakarta (www.sahabatanak.com), menganjurkan untuk selalu menyediakan makanan kering di mobil anda, karena makanan ini jauh lebih berguna untuk mereka (sayangnya saya tidak dapat menemukan artikel tersebut, sudah di-update dan hilang entah kemana rupanya).
Tapi, kalau memang sedang tidak siap, ya, ikuti hati nurani saja. Toh, memberi cepek-gopek, tidak akan merobek kantong toh?
Catatan: Masalah fakir miskin tidak berhenti di masalah finansial semata, tetapi yang lebih penting lagi, bagaimana mengenal Tuhan pencipta mereka.
Mulailah dari diri sendiri utk bantu anjal
Terima kasih sodara Rusdy.Saya akan amalkan saran sodara dan g usah sibuk2 terlalu lama dalam dilema tetapi ambil langkah aktif mulai sekarang
Pemerintah terlalu sibuk memikirkan msalah2 yg njelimet dan karena itu saya g mau sibuk menyesali ketidaktanggapan mereka terhadap penanganan masalah anjal.Sebagai org kecil saya akan coba lakukan yg saya bisa.Menyediakan roti atau makanan kecil saat bepergian,membuat nasi bungkus dan dibagikan kepada anjal (pernah saya dan teman-teman lakukan saat Natal dan saat syukuran).Saya juga lupa bahwa beberapa rekan mahasiswa UGM jogja pernah mengadakan aksi dibunderan UGM pembagian nasi bungkus dan dimakan bersama di situ juga. Saya telah melupakan langkah2 kecil yg sebenarnya telah kami buat.
Mari kita taruh dalam program Natal...
BIG GBU!