Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sejujurnya, aku muak dengan perayaan Natal
aku harus mengatakan ini, meskipun mungkin banyak tak suka
bahwa aku, bukan saja enggan mengucapkan selamat merayakan natal
tapi aku sangat muak dengan perayaan natal
muakku sudah menggunung
karena dari tahun kupendam dalam dada
izinkanlah hari ini aku letupkan
karena aku mau jujur
perayaan natal
sudah sangat menyiksaku
aku muak dengan perayaan natal di mal dan pusat perbelanjaan
pohon cemara raksasa yang sebenarnya tak bermakna apa-apa
apalagi hiasan orang-orangan salju dan pria gendut berjanggut putih
belum lagi gelantungan tanda diskon upto 90% dalam rangka natal
dan bujukan merayakan malam natal dengan makan bersama di restoran mahal
serta katalog belanja menampilkan orang-orang tersenyum mengenakan yang serba baru di hari natal
aku muak dengan perayaan natal di gereja
anggaran hampir dua ratus juta untuk semua kemeriahan dan makan-makan selama musim natal
hiasannya juga tak beda dengan yang ada di mal
plus lagu-lagu “frosty the snowman”, “jinggle bell rocks” dan “I’ll be home for christmas”
serta anak-anak dan remaja yang berlenggak-lenggok bagaikan audisi popstar di televisi
hampir semua jemaat berdandan habis-habisan, serba baru, serba mengilap, serba ngejreng
aku muak dengan baliho dan spanduk perayaan natal yang mengumbar kata-kata “damai, sejahtera, solidaritas, sukacita, keselamatan”
itulah puncak muakku terhadap perayaan natal
kebohongan itu nyalang di depan mataku
dua sempalan gereja dari jemaat yang sama melantunkan “damai sejahtera turun ke bumi” dengan syahdu di acara puncak perayaan natal
padahal tak ada damai di antara kedua jemaat, apalagi para pendeta, yang bertikai karena rebutan tampuk kepemimpinan dan aset gereja
dua anggota paduan suara mengumandangkan suara terindah mereka ketika melantunkan “Gloria in Excelsis Deo” dalam perayaan natal jemaat
tapi, tak akan ada tegur sapa di antara keduanya yang sudah bermusuhan tahunan - tidak juga di malam natal nanti
sepasang suami istri mesra menebar tawa di kerumunan kerabat karena perayaan natal adalah kesempatan bertemu dengan keluarga besar
sementara di hari-hari lain masing-masing bertemu dengan pria dan wanita idaman lainnya
puluhan orang murah hati turun dari mobilnya yang mewah untuk membagikan nasi bungkus dan paket sembako bagi orang-orang tak mampu dalam rangka berbagi di hari natal
dan besok tangan yang sama akan mencuri hak-hak orang banyak dan telinga mereka menuli terhadap saudaranya sendiri yang minta bantuan
aku muak dengan perayaan natal
karena telah mengaburkan makna natal yang sesungguhnya
yaitu Allah telah datang ke dunia
mengesahkan rekonsiliasi manusia dengan Penciptanya
agar manusia beroleh kembali hidup kekalnya
dan kembali pula ke sifat ilahiNya
aku muak dengan perayaan natal
tapi tak pernah berhenti mensyukuri natal
karena natal adalah penanda bagiku
bahwa pintu Rumah telah dibukakan
saat aku nanti tiba di sana
by : guestx 23.12.13
------- XXX -------
- guestx's blog
- Login to post comments
- 5490 reads
Hai guestx ... guestx
Wah ... wah ... luapan hati yang sangat jujur. Tak apa sih ...
Memang, sekarang ini makna Natal sudah "digeser" sedikit demi sedikit (lama-lama banyak digeser) oleh beberapa orang. Natal penuh dengan kebahagiaan ... yang sekarang ini sebenarnya justru hanya mengumbar kebahagiaan semu. Menurutku, Natal itu sendiri tidak salah ... yang salah adalah orang-orang yang "belum" menemukan makna Natal yang sejati, lalu mengekspresikannya dengan cara yang salah.
Mereka menganggap Natal itu kebahagiaan karena ada hadiah, santa claus, kemeriahan, dll.. Padahal, kalau kita mau merenungkan sejenak saja ... kita itu tidak layak untuk merayakan Natal, hari kelahiran Yesus Kristus -- yang menjadi penebus hidup kita. Siapa kita? Hanya orang berdosa yang beroleh belas kasihan Allah.
Menurutku, Natal jangan dijadikan "korban" kemuakkan hati/mata Anda dengan pemandangan "tema Natal" yang menyebalkan (penuh asesoris dan gelak tawa dunia), tetapi marilah kita datang kepada Tuhan dengan penuh ucapan syukur dan membawa beban-beban hati kita -- terutama untuk mereka yang belum mengenal kasih Allah dan mengetahui makna Natal yang sejati dalam hidup mereka.
Semangat ya pren!!
God's will be done
@tian... tak bisa tak muak
Gw tdk muak dgn natal, gw muak dengan perayaannya.
Tahun ini rasa muak gw bertambah, karena "terpaksa" menghadiri banyak perayaan natal yang dibuat meriah dengan acara door prize dan "persembahan" dari calon legislator yang mau maju di pileg 2014. Perayaan natal yang semakin meriah mencuri makna natal yang sesungguhnya. Jika tren ini berlanjut, perayaan natal di gereja tak beda dengan pesta halloween di mal, untuk lucu-lucuan dan bagi-bagi hadiah.
Perayaan natal tak memerlukan kristus, tak perlu dikaitkan dengan "karya keselamatan Allah melalui kelahiran, kematiann dan kebangkitanNya"; maka, tak mengherankan natal bisa dirayakan sangat meriah di lingkungan bukan Kristen.
Anehnya, semakin banyak orang yang menyebut diri kristen mulai merayakan natal sama seperti cara orang bukan kristen merayakannya. Itulah membuat gw muak.
------- XXX -------
it's party time
Jika tren ini berlanjut, perayaan natal di gereja tak beda dengan pesta halloween di mal, untuk lucu-lucuan dan bagi-bagi hadiah.
di antara sodara2 dari pihak bini gue yang Buddhist, hal itu sudah terjadi... mereka merayakan natal, bahkan pasang phon natal segede gaban di rumah mereka... pas gue tanya apa arti natal, kebanyakan jawabnya yah "it's party time" :)
hahaha....mirip hari Minggu
siapa tak suka hari Minggu ? tak harus Kristen 'kan ?
jangankan hari minggu, malam Minggu saja banyak yang suka
yang penting dapat libur dan bersenang-senang
------- XXX -------
Xmas
Saat kristen, para pengikut paulus berpesta merayakan kelahiran Allahnya, sang juruselamat, para atheis mengusung philantropi dan charity bagi yang miskin, sakit, lemah, dan tertindas,serta bumi kita, ajaran Jesus si (kelahiran) Nazaret.
Selamat natal 2013 ce bagi yang merayakannya dan Tahun baru 2014 ce
No man is a man who does not make the world better
@manguns, who cares ? it's party time!
kelakuan para kristen membuat sakit mata adalah karena mereka menyandang atribut indah "kasih, pengampunan,...." dan teramat sering membanggakan hal tersebut sebagai kelebihan atau kebaikan agama mereka.
padahal, semua sama saja. yang kristen, yang agama A~Z, yang ikut New Religion Movement, yang ikut Religion Without God, yang agnostik, yang atheis... gak ada beda.... sama-sama berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan aktualisasi diri sendiri.
adapun perilaku filantrofi adalah baik. ada yang kristen melakukannya, ada yang atheis melakukannya juga. yang atheis tak lebih baik daripada yang kristen dalam hal ini. yang menjadi ironi adalah : yang atheis melakukannya sebagai pilihan (karena itu baik), yang kristen enggan melakukannya meskipun sudah diperintahkan oleh Sang Jungjungan mereka. lha ngapain jadi kristen, kalau gak mau patuh sama Sang Tuan ?
perayaan natal memuakkan, karena secara gerejawi perayaan dibuat untuk "mengingat kelahiran Yesus alias Allah yang diam di antara manusia", padahal ujung-ujungnya yang memenuhi benak kebanyakan para kristen yang merayakannya adalah : bagaimana menikmati musim natal sepuas-puasnya, tak beda jika yang akan dirayakan adalah kelahiran Elvis Presley atau Bob Marley.
kasih, pengampunan, keselamatan, damai sejahtera, perdamaian, kepedulian, ... tinggallah jadi kata-kata mutiara di lembar acara natal atau spanduk natal yang akan diinjak-injak setelah acara usai. who cares ? it's party time !
------- XXX -------