Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Segelas Kopi Pahit Pukul Empat Pagi
Ketika pimpinan memberondong saya dengan pertanyaan apakah kami sanggupmenyelesaikan pencetakan laporan untuk seluruh siswa kami yang berjumlah hampir lima ratus orang itu dalam waktu satu malam satu hari, saya diam sejenak untuk mempertimbangkan berbagai faktor. Hal pertama yang terlintas di pikiran saya adalah teman-teman satu tim saya. Saya tahu betapa berdedikasinya teman-teman, dan tak perlu waktu lebih lama lagi untuk mengatakan, "ya."
Ternyata proses pencetakan laporan semester ini lebih menantang dari yang sudah-sudah. Jenis kertas yang digunakan berbeda -- lebih tebal dan bertekstur lebih halus --, selain itu logo dicetak oleh jasa percetakan setempat yang menyanggupi menyelesaikan pesanan kami satu setengah hari menjelang tenggat waktu pembagian laporan. Printer yang digunakan pun baru dan kami harus beradaptasi dengan jenis printer yang baru ini. Terlebih, printer-printer itu awalnya kurang bersahabat dengan kertas sebelum setting-nya disesuaikan untuk jenis kertas tebal. Akibatnya, meski di time schedule pencetakkan untuk sekitar 250 siswa selesai pukul 10 malam, pencetakan baru selesai pukul 4 dini hari. Kami layaknya seperti Bandung Bondowoso yang harus menyelesaikan membangun seribu candi sebelum matahari berkokok
Beban kerja yang menuntut, adaptasi pada perangkat baru, dan tenggat waktu yang mengejar memang menciptakan tekanan alias stres. Stres yang berpeluang mengacaukan ritme kerja dan berbuntut tak selesainya tugas. Beruntung teman-teman saling mendukung satu sama lain. Kesemuanya saling mengkait menciptakan sebuah jaring pengaman yang dapat mendukung satu sama lain ketika stres itu menyerang. Semua dengan cara uniknya mendukung satu sama lain. Rah Seto yang selalu mengeluarkan celethukan-celetukan yang kocak dan terkadang keluar dari konteks, Mas Joko yang dengan sikap santai dan tenangnya membuat yang lain lebih tenang pula, Mbak Maria yang gampang panik sesekali memancing adrenalin kami ketika teriakannya dengan suksus membuat kami deg-degan, Ria yang selalu siap dengan kritikannya yang meyelamatkan kami dari kesalahan fatal, dan Deti yang lembut dan teliti dengan setia menjamin akurasi hasil cetakan kami. Teman-teman benar-benar berhasil mengubah stres itu menjadi sesuatu yang positif. Tak terbayangkan bila kami harus menyelesaikan tugas itu masing-masing 'Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. ' Demikian tertulis di Pengkhotbah 4:9; dan pagi ini saya benar-benar bisa memahami arti dari ayat tersebut. Kita memang tidak bisa mengingkari kebutuhan kita akan kehadiran orang lain dalam hidup kita -- akan hakikat eksistensi kita sebagai homo socius alias makhluk sosial.
Lembur, biarpun membawa stres yang menekan, memiliki sisi lain yang mempererat relasi kami. Biasanya sambil tertawa kami --seluruh anggota tim baik laki-laki maupun perempuan-- akan mengenang bahwa kami pernah 'tidur bersama' dalam satu ruangan dan menikmati segelas kopi pahit pukul empat pagi . Cerita yang menarik untuk dikenang di masa mendatang.
GBU
anita
- clara_anita's blog
- Login to post comments
- 4107 reads
cuma segelas? Pengirim :
cuma segelas?
Pengirim : dennis santoso a.k.a nis
Tanggal : Thu, 18 Dec 2008 07:26:29 +0700
Komentar :
kopinya cuma segelas? jagoan deh lo... dulu hari2 ketika lembur adalah makanan sehari2, gue dan team (sekitar berlima-belas), masing2 rata2 ngabisin 5 gelas gede kopi dan 2 bungkus djie sam soe (kecuali gue yang ga suka rasa rokok).
hari2 yang tragis tapi menyenangkan... sesuatu yang menyatukan kami hingga saat ini walau kami udah tersebar ke segala penjuru.
Judul Komentar :
@nis: kopinya memang satu gelas tapi....
Pengirim :
clara_anita
Tanggal :
Thu, 18 Dec 2008 09:31:59 +0700
Komentar :
Kopi pahitnya memang hanya satu gelas, itupun hanya saya yang memilih kopi tanpa gula. Tidak berani banyak-banyak mengkonsumsi kafein
Tapi selain kopi sudah bergelas-gelas air putih yang diminum.
Lembur yang 'tragis' tetapi menyenangkan dan menantang. Apalagi Desember begini Salatiga sedang dingin-dinginnya. Beruntung lantai kantor berbahan kayu, jadi kami bisa tidur bergantian di lantai kayu yang relatif hangat. Sayangnya tidak bisa dengar musik seperti kak Denis. Pasalnya begitu musik diputar beberapa teman langsung berteriak, "Matikan.... nambah-nambahi stres aja."
GBU
anita
Judul Komentar :
nilai memang bikin lembur...
Pengirim :
pwijayanto
Tanggal :
Thu, 18 Dec 2008 10:37:59 +0700
Komentar :
Bagi saya, pekerjaan paling tidak menyenangkan sebagai pengajar adalah ketika koreksi test dan tugas mahasiswa dan memasukkan-mengolah nilai, tidak menyenangkan karena bukan pekerjaan yang menantang, namun menghabiskan banyak waktu.
saya sering hitung-hitungan waktu menjelang deadline memasukkan nilai, jika jumlah mahasiswa sekian ratus, X sekian menit tiap koreksi satu test mahasiswa, maka akan diperoleh sekian jam kerja nonstop, baru akan selesai, itu diluar ditambah waktu untuk minum, makan, dan lain-lain.
Tapi kalau nilai sudah jadi, tinggal rekap dan mencetak, saya pikir itu bisa dibuatkan program yang tidak terlalu rumit, (misalnya pakai microsoft access), kalau hanya ratusan orang, tidak akan sampai berjam-jam, tinggal tergantung kecepatan printernya, katakanlah printer dengan kecepatan maksimum 20 ppm (pages per minute) -- OK diturunkan sampai hingga 50%-nya saja 10 ppm maka untuk 500 orang cuma perlu 50 menit, turunkan lagi kecepatannya hingga 5 p
pm, maka hanya akan butuh 100 menit.
(dirumah, kalau saya nge-print ratusan lembar, dan perlu puluhan menit, setelah cek tinta dan kertas di printer, bisa ditinggal makan-minum-mandi kok...)
saya tidak tahu yang dikerjakan clara_anita dan kawan-kawannya, tapi saya menduga tidak tersedia program rekap dan pencetakan yang akan "sangat membantu" merekap nilai dan mencetaknya.
Kecuali kalau yang dikerjakan anita dkk, itu MENGINPUT nilai dari manual ke komputer, wah... kalau itu memang lama, butuh ketelitian dan kesabaran.
Tapi kalau misalnya yang nginput nilai itu guru-guru masing-masing (atau wali kelas), asal formatnya sama, khan tinggal digabung, direkap bersama, dan jalankan program. (atau tidak harus digabung, masing-masing kelas direkap sendiri -- tergantung bagaimana kebijakan sekolah) Tidak harus program canggih, namun program yang sederhana dengan sentuhan-sentuhan "manual", itu sudah sangat membantu. --
tapi kalau di "manual" pakai EXCEL, ya.... pasti butuh waktu berjam-jam untuk mencetaknya, karena excel tidak menyediakan menu untuk men-set pencetakan yang langsung membaca database. kecuali dibuatkan makro-nya
saya pernah melihat seorang teman yang bekerja di sebuah kantor merekap laporan penjualan harian dan harus melaporkannya ke kantor atasannya, tiap bulan, per jenis produk, per karyawan, per kelompok karyawan dan lain-lain, dan karena harus merekap berdasarkan macam-macam, tiap hari nonngkrongin komputer untuk memasukkan data harian dan merekapnya dengan EXCEL, kemudian saya tawarkan saya bantu buatkan program pakai acces, sehingga pekerjaannya cukup memasukkan data harian, nanti kalau mau bikin laporan di akhir bulan tinggal pilih menu mau rekap berdasarkan apa. Sambil belajar acces, saya buatkan program sederhana dan itu sangat memperingan pekerjaannya dan meminimalkan error yang terjadi, karena semua rumus-rumus untuk merekap dikerjakan
oleh acces. Masalahnya adalah ketika beberapa bulan kemudian terjadi perubahan-perubahan formula bonus karyawan, maka untuk menyesuaikan dengan yang baru, program itu harus diubah kembali, dan sayangnya saya sudah agak lupa dulu bagaimana membuatnya, jadi harus mempelajari lagi rumus-rumus dan hubungan antar data yang dinput dalam beberapa tabel.
Saya tidak paham banget dengan access, hanya yakin dan tahu bahwa acces dapat membantu menghitung dan mencetak, gitu saja...(tinggal lihat database-nya seperti apa, output (cetak)nya seperti apa (saja), buatkan rumus-rumus untuk membaca database, merekap dan mencetak sesuai dengan kebutuhannya)
hm., saya tertarik pada masalah-masalah kualitas, produktifitas dan efisiensi, maka hal-hal seperti yang diceritakan anita, menarik untuk saya bertanya, apa yang dikerjakan? dengan cara bagaimana? adakah cara yang lebih efisien, sehingga tidak perlu lembur sampai pagi? kalau lembur sampai pagi itu satu-satunya cara, ya sudah
... memang itu rutinitas yang harus dilakukan tiap-tiap menjelang pembagian hasil studi.
Oh ya anita...., saya di kampus ikut menjadi tim siasat (registrasi mahasiswa dengan komputer itu lho..), dan hingga saat ini cukup frustasi karena tiap-tiap kali registrasi, selalu terjadi antrian panjang mahasiswa, dan itu dianggap biasa oleh sebagian orang yang menangani siasat, bahkan mejadi "ritual" tiap awal semester, dan sudah bertahun-tahun selalu begitu, tapi apa daya, saya bukan orang yang punya wewenang untuk mengubah keadaan, dan jika mengusulkan ini dan itu yang cukup "radikal", dijawab oleh beberapa peserta rapat "itu tidak mungkin", "itu sulit" dan sebagainya. Akhirnya ya.. yang terjadi terjadilah.
Kadang kita tampak/dianggap benar-benar bekerja ketika banyak waktu kita gunakan untuk menyelesaikan tugas. Beberapa orang bahkan ada yang menjaga agar pekerjaan tetap tampak sulit sehingga (berkesan) hanya dia/m
ereka saja yang mampu mengerjakannya. (ini pelajaran yang saya dapatkan dan saya ajarkan di kelas manajemen)
salam, www.pwijayanto.net .
Judul Komentar :
Dear
Pengirim :
clara_anita
Tanggal :
Thu, 18 Dec 2008 10:47:15 +0700
Komentar :
Dear Pwijayanto....
Terimakasih atas perhatiannya ya :)
Kami sudah punya database kok; data nilai juga sudah masuk beberapa hari sebelumnya. Yang membuat kami bertahan sampai pagi adalah masalah-masalah teknis yang tak terlalu terkait dengan data Rincinya biarlah tidak perlu dibahas di sini.
Ha.. ha..
membuat pekerjaan tampak sulit...
wah menurut saya itu sangat tidak bijaksana
Kalau bisa dibuat mudah kenapa harus dibuat sulit
GBU
anita
Judul Komentar :
@clara: 1 cawan kopi
Pengirim :
sahabat
Tanggal :
Sat, 20 Dec 2008 09:26:19 +0700
Komentar :
Hello..... gadis yang diberkati, Nita!
"1 cawan kopi sehari mampu meningkatkan konsentrasi kita.
Lebih daripada itu akan menyebabkan stress". Demikian satu artikel dalamsurat kabar yang saya baca beberapa masa yang lalu. kesahihannya, saya tidak tahu. hehehe... Anyway happy to see you smiling again ( dalam gambar tu...)
Tuhan memberkatimu dan seisi keluargamu
sahabat
Judul Komentar :
wekekek
Pengirim :
rahseto
Tanggal :
Sat, 20 Dec 2008 23:11:40 +0700
Komentar :
Walah mbak clara, ga usah nulis itu lagi, membuatku pusing.
kita cari cara lain lagi aza biar ga lembur, mungkin di "borong"-kan ke sarpras atau administrasi.
karena aku yaki kemampuan mereka pasti lebih ciamik daripada kita-kita.
gara2 lembur dan secangkir kopi serta dua pak djarum 76 aku jadi ga ngurusin istriku, kasihan dia tidur sendiri.
hehehehehe
besok jangan lembur lagi, tapi tetap minum kopi dan djarum 76
bravo teman-teman
Judul Komentar :
lembur oh lembur.....
Pengirim :
clara_anita
Tanggal :
Mon, 22 Dec 2008 10:32:15 +0700
Komentar :
wah pak seto...
idealnya sih begitu ya :) Diborongke ke sarpras dan admin ? Ide yang bagus ^_^
Tapi sementara ini Let us do what we can, and try to do the best
GBU
anita
Judul Komentar :
walagadrabah
Pengirim :
rahseto
Tanggal :
Mon, 22 Dec 2008 10:39:04 +0700
Komentar :
miss Anita
ada kalanya pekerjaan itu perlu digolong-golongkan siapa aja yang mengerjakan biar adil en pekerjaan bisa diselesaikan secara optimal
Judul Komentar :
Time schedule sudah
Pengirim :
clara_anita
Tanggal :
Mon, 22 Dec 2008 10:43:40 +0700
Komentar :
Time schedule sudah disusun
Job description sudah dituliskan
Person in Charge sudah ditentukan
Semua sudah diplan
Lalu apa yang salah ketika semuanya jadi terasa berat?
Haven't we tried to give our best within our reach???
Mungkin jawabannya terletak pada hal di luar jangkauan kita...
Tetap semangat ya bro
GBU
Kerja Keras
Wah, banyak pekerja keras di SS ini yah, kalo saya sih disuruh lembur, cuman mau lembur di di pulau kapuk :)
@rusdy: ikut.....
Kalau lembur makan and tidur aku ikuuuuuuuutttttt ^_^
GBU
nita