Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
SAYA TIDAK SUKA BUKU ITU
Saya harap anda tidak sekedar ikut menumpang membaca, tetapi juga membeli buku ini karena semua royalti dari penjualan buku ini akan diserahkan untuk membantu gereja-gereja di Klaten yang menjadi korban gempa bumi. 4 gereja roboh, 13 gereja rusak berat dan 21 gereja rusak ringan.
Tanpa mengurangi rasa hormat, SAYA TIDAK SUKA BUKU ITU. Buku karangan Purnawan Kristanto. Bukan karena pengarangnya salah satu blogger SABDAspace – Komunitas Blogger Kristen, juga bukan karena 100 renungannya, apalagi karena 16 cara mati ketawa ala penyintas gempa. Saya tidak suka buku Purnawan Kristanto itu karena harganya terlalu MURAH, Rp. 25.000,- (Dua puluh lima ribu rupiah). Saya tidak tahu, siapa yang demikian tega menentukan harga jual buku yang tidak masuk akal itu. Saya tetap membeli buku itu walau sangat tersinggung dengan harganya agar dapat membuktikan kepada anda bahwa buku itu dijual kelewat murah. Apabila boleh ditawar, maka saya pasti akan menawar untuk membelinya dengan harga 2 kali lipatnya.
Dengan asumsi royalti bagi penulis adalah 10% dari harga jual, maka setiap buku yang terjual akan akan menghasilkan royalti Rp. 2.500,- (Dua ribu lima ratus). Semua royalti akan digunakan untuk menolong korban gempa bumi Yogyakarta. Anda diberi kesempatan untuk berbuat baik dengan harga dua ribu lima ratus rupiah. Sungguh kelewat murah.
Tidak satu molekul pun di alam semesta ini berada di luar wilayah kekuasaan Tuhan. Dia juga maha tahu. Tidak seekor burung pun yang jatuh tanpa sepengetahuan Tuhan. Bahkan Tuhan pun tahu jumlah rambut kita. Ia berkuasa sepanjang masa. Jika Tuhan itu baik dan berkuasa, mengapa hal jahat masih saja terjadi? Benarkah musibah terjadi semata-mata karena dosa manusia? Lalu bagaimana kita menyikapi berbagai penderitaan yang kita alami?
Sekali lagi, tanpa mengurangi rasa hormat, SAYA TIDAK SUKA Tuhan Yesus Tidak Tidur. Buku karangan Purnawan Kristanto. Karena sejak bab 1, “Ketika Bumi Berguncang” penulisnya sudah ngeledek pembacanya. Ketika gempa bumi melanda Yogyakarta, sebagian besar pembaca mendengarnya dari radio dan menontonnya di televisi seolah itu adalah kisah dari antah brantah, namun inilah kisah yang tertulis dalam buku Tuhan Yesus Tidak Tidur.
“Gempa bumi!” batin saya. Saya segera melompat dari tempat tidur dan meraih bayi kami. Namun, ternyata ia sudah lebih dulu digendong mamanya. Dengan perasaan yang takut dan kaki gemetar, kami menghambur keluar rumah.”
Lebih lanjut Purnawan Kristanto menulis:
Darah saya tersirap melihat kedasyatan kekuatan alam ini. Hampir semua bangunan di wilayah ini telah runtuh. Jumlah korban jiwa sangat banyak. Itu belum termasuk korban terluka. Begitu banyaknya korban terluka sehingga rumah sakit umum tidak bisa menampung lagi. Akibatnya, mereka terpaksa dibawa ke rumah sakit jiwa.
Seorang warga berkisah, waktu gempa terjadi ia sudah ada di sawah. Ketika melihat ke arah perkampungan, ia menyaksikan rumah-rumah yang roboh secara bergelombang. “Seperti ada ular yang bergerak di bawah tanah,” katanya memberi kiasan.
Saudara-saudara, bukankah Purnawan Kristanto sedang mengejek kita karena yang ditulisnya berbeda dengan yang kita lihat di televisi? Bukankah Televisi menyiarkan, setelah gempa melanda Yogyakarta, rakyatnya bersuka cita karena dapat bertemu, bersalaman dan berfoto dengan artis dan aktor pujaan mereka. Gempa yogyakarta membuat impian bertemu orang top sambil di liput media untuk disiarkan ke seluruh Indonesia bahkan mungkin seluruh dunia, menjadi kenyataan.
Aisyah namanya. Saat gempa terjadi, bayi yang masih merah ini masih berusia lima hari. Guncangan di pagi hari itu merobohkan rumah orang tuanya. Ibu bayi ini meninggal karena tertimpa runtuhan tembok. Sedangkan Slamet, bapaknya mengalami retak di tulang selangkangan. Bayi Aisyah sendiri sempat terkubur dalam puing-puing rumah. Neneknyalah yang dengan sekuat tenaga mengorek-ngorek timbunan reruntuhan sampai akhirnya bisa menyelamatkan cucunya itu.
Pak Slamet sempat dirawat di rumah sakit, tetapi dipulangkan karena tidak mampu membayar biaya. Sedangkan bayi Aisyah yang masih lemah ini dirawat di tenda darurat yang serba memprihatinkan, dengan sanitasi yang buruk.
Saudara, setelah Aisyah berhasil diselamatkan oleh neneknya dan dirawat di tenda darurat tanpa menyadari bahwa ibunya TELAH MATI, di Jakarta beredar SMS di antara orang Kristen yang isinya kurang lebih begini, “ PUJI TUHAN, setelah didoakan, akhirnya pusat alam gaib Indonesia hancur berantakan karena Tuhan menyatakan kuasaNya. Inilah kesempatan bagi kita untuk memberitakan Injil.”
Salah seorang teman saya bahkan bersaksi lewat telepon tentang penglihatan yang dia peroleh dari Tuhan. Dia menyatakan bahwa bencana Yogyakarta, bahkan bencana Tsunami di Aceh tidak seberapa. Akan terjadi lagi bencana yang lebih besar di mana korbannya lebih dari 500.000 jiwa. Itulah cara Tuhan melampiaskan kemarahanNya karena bangsa ini menolak Injil. Selain teman itu, masih banyak SMS lain yang beredar saat itu di kalangan orang Kristen.
Buku Tuhan Yesus Tidak Tidur, benar-benar menyajikan informasi yang mengejek angggapan kita akan gempa Yogyakarta selama ini. Itu sebabnya saya merasa senang karena buku itu juga menyajikan kisah-kisah di luar kisah bencana gempa Yogyakarta. Namun, untuk terakhir kalinya, tanpa mengurangi rasa hormat, SAYA TIDAK SUKA BUKU ITU, Tuhan Yesus Tidak Tidur, karangan Purnawan Kristanto, karena kisah-kisah lainnya. Berikut ini salah satu kisahnya.
Mas Mono, seperti pemuda lain di desanya, ingin mengejar mimpi hidup sukses ke kota. Ia mendapat pekerjaan sebagai tukang las. Namun naas, teman kerjanya melakukan keteledoran. Temannya menyenggol batang besi yang menyebabkan kabel listrik bertegangan sangat tinggi menggeliat dan menyetrum tubuh mas Mono. Akibatnya, selain mengalami luka bakar tingkat tinggi, mas Mono juga harus merelakan kedua lengannya diamputasi, di batas pergelangan tangannya.
Mimpi sukses itu pupus sudah. Dengan hati hancur, mas Mono pulang ke desanya. Sedih, bingung, putus asa, marah, ingin berontak. Perasaan itu berkecamuk dalam dirinya. Selama setahun mas Mono dirundung duka. Setiap kali mendapat perkunjungan dari anggota gereja, mas Mono lebih suka mengurung diri dalam kamar. Namun malam harinya, mas Mono keluar rumah. Ia tidur di kuburan desanya!
Hingga suatu ketika, mas Mono menghilang. Tentu saja keluarganya kebingungan mencarinya. Dua minggu kemudian, ia muncul lagi. “Kemana saja kamu?” tanya kakak perempuannya. “Ke Bali, mbak,” jawab Mono santai.
Sejak saat itu, mas Mono mulai berubah. Ia mulai belajar naik sepeda. Sebelumnya ia memang sudah bisa mengendarai sepeda. Namun dengan lengan yang buntung dan kaki yang pincang, ia harus menyesuaikan diri lagi.
Saudara-saudara, tolong saya, apa hebatnya kisah mas Mono? Tidak ada kuasa sama sekali! Tidak ada mujizat sama sekali! Coba anda bayangkan bila mas Mono bersaksi di atas mimbar dengan tampang desa dan logat Jawa medoknya,
“Saudara-saudara karena kelalaian teman, maka saya kehilangan kedua telapak tangan saya sementara kaki saya menjadi pincang. Karena kejadian itu, setelah putus asa selama setahun, saya bangkit lagi dan mulai belajar naik sepeda.”
Oh my God! Sipincang tanpa telapak tangan bersaksi di mimbar-mimbar gereja tentang usahanya belajar naik sepeda? Di mana KUASA Tuhan? Di mana MUJIZAT Tuhan?
Saudara-saudara terkasih, tolong jangan beli buku itu. SAYA TIDAK SUKA BUKU Tuhan Yesus Tidak Tidur, karangan Purnawan Kristanto karena tidak ada MUJIZAT di dalam buku itu. Tidak ada KUASA dalam buku itu. Tidak ada SUARA TUHAN yang berbicara langsung kepada manusia di dalam buku itu. Itu bukan buku tentang para PEMENANG, itu hanya buku yang menceritakan tentang orang-orang yang BERTAHAN hingga akhir pertandingan.
TOLONG, jangan beli buku itu. SAYA TIDAK SUKA BUKU ITU! Sekali anda membelinya, mustahil anda tidak membacanya, sekali anda membacanya, maka percayalah, anda tidak akan mampu bermimpi lagi bahwa:
Bila berdoa dan yakin bahwa Tuhan akan menjadikan anda orang baik, maka anda akan terbangun di pagi hari sebagai orang baik.
Bila berdoa dan yakin bahwa Tuhan akan menjadikan anda orang pinter, maka anda akan terbangun di pagi hari sebagai orang jenius.
Bila berdoa dan yakin bahwa Tuhan akan menjadikan anda orang kaya, maka anda akan terbangun di pagi hari dan menemukan harta berlimpah.
Karena Tuhan Yesus Tidak Tidur, karangan Purnawan Kristanto hanya mengajarkan anda untuk menjadi orang Kristen seperti yang diajarkan Alkitab. Karena Tuhan Yesus tidak tidur maka maka kita tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri terjadi karena Dia menganggapnya baik untuk terjadi dan akan membawa kita lebih dekat lagi kepada
Gempa Yogyakarta dengan kekuatan 5,9 skala richter memang bukan gempa paling dasyat di dunia, namun gempa itu telah memporak-porandakan ribuan rumah dan membuat ribuan manusia kehilangan harta dan orang-orang yang dicintainya. Mereka tidak putus asa karena mereka tahu, Tuhan Yesus Tidak tidur. Karena Tuhan Yesus tidak tidur maka mereka tahu bahwa yang terjadi hanya ujian biasa yang terjadi pada manusia. Melalui ujian itu Allah sedang menyiapkan jalan agar manusia mampu melaluinya dan memahami maknanya.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
- hai hai's blog
- 6796 reads
Ikutan dong...
Ngilangin Monas?
Ha ha ha ... ketemuan dan makan-makannya boleh, namun ngilangin monas? Nggak janji ah, takut roh teritorialnya tidak mengizinkan.
Gimana kalau saya tunjukan ilmu membedakan roh saja? Terakhir kali saya dapat melakukannya dengan baik di depan puluhan teman-teman. Saat itu saya dengan tepat membedakan mana yang Roh Ana dan Roh Ani, padahal saya sudah lama nggak ketemu keduanya lho!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Setuju Xaris...
Iya ni Ko hai-hai...
Aku setuju dengan Xaris... he he he
Wah, Ko... kamu tu ya... ck ck ck...
"I can do all things through Christ who strengthen me"
Lagi.. lagi... Hai-hai Kambuh!!
COME HELP CHANGE THE WORLD!
Sebenarnya pak Purnawan bukan penulis asing buatku, aku punya dua buku tulisannya tentang permainan. Sejak melihatnya jualan di pasar Klewer aku sudah menunggu, kapan dia menerbitkan bukunya lagi. Tulisannya khas seorang jurnalis, informatif namun selalu menyisakan ruang bagi pembacanya untuk menarik kesimpulan sendiri. Ibarat kotbah, gaya tulisan demikian adalah gaya kotbah para pendeta dari GKI (Gereja Kristen Indonesia), GKJ (Gereja Kristen Jawa) dan pastor di Gereja Katolik. Ibarat pelukis, tulisan pak Purnawan adalah aliran naturalisme.
Keistimewaan tulisan pak Purnawan adalah gaya bahasanya yang sederhana dan tunggal makna, artinya para pembacanya tidak diberinya kesempatan untuk menafsirkan kalimat bahkan kata yang ditulisnya. Ibarat musik, maka tulisan Pak Purnawan adalah jazz fusion, terasa enteng dan enak ketika didengar begitu saja, namun ketika disimak lebih mendalam, wow … para jazzer pasti tahu apa maksudku. Keistimewaan lainnya adalah kesederhanaan thema yang ditulisnya. Di antara para blogger Sabdaspace saat ini, menurut saya hanya pak John Adisubrata yang dapat menandingi semua keistimewaan tulisan pak Purnawan. Pak Purnawan, mungkin tanpa disadarinya sangat terpengaruh oleh musik gending-gending jawa, sedangkan Pak john, mungkin terpengaruh oleh bakat kartunisnya. Dari keduanya muncul tulisan-tulisan yang selalu menyisakan ruang bagi para pembacanya untuk menarik kesimpulan.
Itulah informasi tambahan mengenai tulisan Pak Purnawan. Jangan berharap saya mengutip terlalu banyak tulisannya, bisa-bisa anda tidak jadi membelinya nanti dan saya dituduh plagiat.
Nosid, kamu salah, saya tidak sedang mempromosikan buku pak Purnawan sama sekali. Saya hanya menuliskan unek-unek saya. Semoga pak Purnawan cukup berbesar hati dan tidak menuduh saya sedang menghakiminya. Kalaupun dia marah, apa boleh buat, pembeli itu raja kan?
Nosid, maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, saya nggak mau menjadi presiden Republik Indonesia. Saya tidak punya kemampuan untuk hal itu. Namun saya melihat, nampaknya ada salah satu teman saya, seorang wanita yang nampaknya cocok untuk posisi itu. Mungkin dua atau tiga kali pemilu lagi saya akan membujuknya untuk ikut kontes. Saat ini saya sedang membantunya untuk menggerakan Indonesia, kami menamakan gerakan itu INDONESIA BERGERAK. Nati saya akan tulis mengenai hal itu.
Nosid, saya bukan jenius, silahkan tanyakan itu kepada teman-teman sekolah atau teman-teman kuliah saya. Saya hanya seorang ADIDAS, anak desa ingin dasyat.
COME HELP CHANGE THE WORLD! Seperti yang saya tulis, itu adalah visi almarhum DR. Bill Bright, saya menyatakan OK lalu melupakannya. Tahun 2003 yang lalu saya mendengar kabar beliau kembali ke seberang langit biru. Untuk mengetahui siapakah DR. Bill Bright itu, silahkan klik di sini.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Sumpah, saya deg-degan
------------
Communicating good news in good ways
Saya Juga Deg-Degan
Wah, saya juga deg degan pak, jangan-jangan pak Pur ngomel nich bukunya dikomentarin. Setelah baca saya senang. Buku anda bagus pak Pur, hanya harganya kemurahan.
OK, silahkan pak, suatu kehormatan bagi saya bila Bapak memasang tulisan ini di blog Bapak.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
ooh jurus anti marketing tohh
promosi dengan cara berbeda
100 Kisah Indah dan 16 Mati Ketawa Ala Penyintas
Josh, di dalam buku tersebut memang genap 100 kisah indah dan 16 mati ketawa ala penyintas. Namun yaitu, seperti yang saya kutip. Semua kisah-kisah itu hanya akan mengajarkan para pembacanya untuk menjadi Orang Kristen seperti yang diajarkan Alkitab.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
apa salahnya?
apa salahnya jadi org kristen sprt yg diajarkan Alkitab?
emang harusnya kita jadi org seperti apa?
Penasaran
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Hai hai hanya Adidas, Anak Desa Ingin Dasyat
Hallo puput manies, apa khabar? Nampaknya minggu ini kamu ngilang dari pasar Klewer?
Nona, saya hanya Adidas, anak desa ingin dasyat. Salah satu hoby saya adalah membaca. Rumah saya penuh dengan buku, kantor saya penuh denan buku dan mobil saya juga penuh dengan buku. Mungkin karena sering berlatih, maka saya membaca cukup cepat, sekitar 400 - 500 kata permenit. Di samping itu, saya jadi mudah memahami walaupun sulit untuk mengingatnya. Itu sebabnya saya menulis, untuk membantu saya mengingat apa yang saya dapatkan dan saya pikirkan.
Saya orang malas yang berusaha untuk bertanggungjawab. Ketika bekerja saya selalu berpikir, bagaimana pekerjaan itu bisa lebih mudah dikerjakan, bisa lebih cepat dikerjakan dan lebih mengasykan. Terus terang, teknologi komputer sangat membantu dalam hal ini.
Kantor saya dekat rumah, itu menyebabkan saya dapat bekerja sambil dekat dengan anak dan tidak menghabiskan banyak waktu di jalan.
Di luar semua itu, saya beruntung punya istri yang bijaksana. Mungkin dia tidak memahami sepenuhnya kegiatan saya, namun dia yakin saya sedang melakukan sesuatu yang berguna. Dia tahu setiap tulisan saya adalah surat wasiat yang akan saya tinggalkan baginya dan bagi anak kami bila saya mati hari ini.
Mungkin ini anugerah terbesar saya puput manies, saya bisa nonton sambil baca, bahkan sambil nulis dan ngobrol dengan istri atau anak saya. Kelemahan saya adalah, apa yang dikatakan oleh teman-teman, otak saya isinya hanya prosesor, tidak ada hardisk-nya. Mungkin kamu tidak percaya, namun ketika tetangga saya di ujung gang mencat pagar rumahnya, saya muter dua kali baru menemukan rumah saya, hal itu juga sering terjadi ketika hari hujan.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
makan sambil tidur
Happy Lee
Tidur Sambil Berdiri
Saya punya teman, dia seorang polisi. Dia bisa tidur sambil berdiri. Kemampuan itu dipelajari ketika dia mendapat tugas jaga pos. Ketika jaga pos dia harus berdiri berjam-jam, tugas itu sangat membosankan dan menyiksa. Makan sambil tidur sebenarnya bukan pekerjaan susah, bayi dan anak kecil memiliki kemampuan itu, yang jadi masalah adalah siapa yang mau menyuapi?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Cuma Ikan Yang Bisa
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Saya Bukan Ikan, Makanya Nggak Bisa
Puput manies, karena saya bukan ikan, maka saya tidak bisa makan, minum, mandi dan tidur sambil berenang. Walaupun bisa telentang dan ngambang di atas air tanpa menggerakkan tangan dan kaki, namun saya tidak bisa melakukannya sambil membaca.
Melenyapkan monas seperti cerita saya itu mudah, kamu juga bisa melakukannya dengan mudah kalau tahu rahasianya. Mari kita tunggu teman-teman membongkar teknik yang saya gunakan. Kalau waktunya tiba, saya akan ajarkan ilmu mencabut roh, artinya kamu bisa membaca pikiran orang lain. Ilmu ini pernah digunakan oleh David Copperfield untuk membaca pikiran para pemirsa televisi. Bahkan, bila kamu membeli VCD-nya, dia tetap dapat membaca pikiran kamu dengan tepat. Sayang, belum ada pengkotbah yang menuduh David copperfield membaca pikiran pemirsanya dengan ilmu mencabut roh, kalau ada, pasti saya akan bilang dia membual.
Membaca 400-500 kata permenit itu termasuk lambat. Saya yakin Xaris dapat membaca jauh lebih cepat dari saya, karena di tempat dia mengajar teknik membaca cepat diajarkan. Umumnya, ketika membaca orang mengeja. Ketika kamu membaca, coba pegang tenggorokan kamu, nah, kamu akan merasakan kalau kamu mengeja. Ketika melihat gambar orang tidak mengeja, artinya ketika melihat gambar meja, maka kamu langsung menafsirkannya meja begitu melihatnya. Orang membaca dengan mengeja karena ketika kecil diajarkan membaca dengan mengeja. P-u, p-u, t = puput. Ketika membaca kata “puput,” umumnya orang mengejanya, hal itu yang menyebabkan orang lambat membaca. Itu sebabnya saat ini, anak-anak kecil tidak pernah diajarkan untuk mengeja lagi, langsung baca puput.
Saya punya banyak buku, saya membelinya. Istri saya sering ngeledek, sebenarnya saya orang bodoh, kalau saya tidak kelihatan bodoh itu karena rajin belajar, “Mana ada orang yang belajar sampe tua tiap hari? Mana ada orang yang punya buku sebanyak kamu?” Dia sering ngeledek.
Waktu kecil tubuh saya krempeng, rambut saya sangat halus dan kemerahan, keluarga saya miskin sejak kelas 1 SD saya dan adik saya harus jualan setiap pulang sekolah. Kami tidak dapat uang jajan, nggak punya sepeda mini, nggak punya TV, nggak punya radio. Waktu SD, walau nilai-nilai saya selalu paling tinggi, namun ngak pernah jadi juara kelas. Walau sepanjang tahun nggak pernah bolos sekolah minggu namun hadiah Natal yang saya terima jangka dan penggaris lagi, jangka dan penggaris lagi. Setelah kuliah saya baru tahu kebenarannya. Hal itu terjadi karena hadiah naik kelas dan hadiah Natal itu walaupun diberikan oleh guru sekolah dan guru sekolah minggu, namun dibeli oleh orang tua. Saya tumbuh sebagai anak minder.
Waktu SMP apalagi SMA saya ingin jadi pemuda top, jago olahraga, pinter, dikagumi teman-teman lelaki dan disukai teman-teman wanita. Apa yang bisa saya banggakan? Tidak ada! Tubuh krempeng saya? Rambut saya yang sangat halus dan kemerahan? Bakat olahraga saya sangat parah. Di luar semua itu, saya miskin!
Akhir kelas tiga SMP, Tuhan panggil saya untuk menjadi orang Kristen, maka sayapun jadi orang Kristen. Namun ketika saya ikut persekutuan dan sel group, saya mulai berharap karena para pengkotbah dan para kakak mengajarkan bahwa sebagai orang Kristen saya adalah anak raja dan berhak untuk menikmati kehidupan sebagai anak raja. Saya percaya semua omong kosong itu, saya yakin (beriman) atas semua omong kosong itu, saya berdoa minta segala omong kosong itu, saya mengklaim semua omong kosong itu dan yang paling parah saya menunggu semua omong kosong itu menjadi kenyataan. Kecian dech gua!!!
Saya menunggu, suatu hari saya akan bangun tidur dengan rambut tebal dan hitam, tubuh kekar seperti pendekar, pinter dan sakti dalam olahraga, orang tua kaya-raya dan memberi uang berlimpah, dihormati oleh teman-teman lelaki dan disenangi teman-teman wanita, tidak merasa minder terhadap siapapun dan sembuh dari kecanduan masturbasi. Tapi semua itu tidak pernah terjadi, semua itu hanya omong kosong, semua itu hanya tai sapi (bull shit). Awalnya saya marah luar biasa sama Tuhan, namun kemudian saya belajar Alkitab dan ternyata tidak ada janji-janji demikian di sana.
Saya beruntung, Tuhan mempertemukan saya dengan seorang penginjil wanita yang lalu menjadi ibu rohani saya dan memperkenalkan saya dengan seorang penginjil lainnya yang lalu saya hormati sebagai ayah angkat saya. Ayah angkat saya itulah yang mengajarkan bahwa saya hanya punya satu talenta dan saya boleh menguburnya atau mengusahakannya. Satu talenta itu adalah MAU BELAJAR DAN MAU DIAJAR. Training make difference! Exercise make perfect! Itulah yang selalu diajarkan oleh ibu rohani saya.
Motivasi saya untuk jadi ADIDAS, anak desa ingin dasyat? Ya untuk DASYAT puput manies. Saya ingin dihormati oleh semua lelaki dan disenangi oleh semua wanita! Dan saya mau itu semua terjadi tanpa harus melanggar 10 Perintah Allah.
Ketika menatap Langit (Tuhan) dia tidak takut, ketika menatap sesama dia tidak tunduk, ketika menatap ke bawah dia tidak merasa diri hebat!
Itulah ajaran yang saya terima dari nenek saya dan para sesepuh saya, itulah yang saya kejar.
Sejak anak saya lahir 7 September 2001, saya hanya memelihara si unyil dan si tutut, keduanya sudah mati karena sakit, unyil kena stroke dan tutut kena kanker payudara. Saat ini saya hanya memelihara si unyil II, anak Tutut. Kalaupun melatih anjing, itu karena mengajar teman untuk melatih anjingnya.
Puput manies, ketika ngobrol dengan seseorang sebenarnya pikiran kamu bebas mengembara. Ketika nonton TV, pikiran kamu bebas mengembara. Ketika jalan-jalan di mall, ketika nyetir pikiran kamu bebas mengembara. Nah, dari pada mengembara nggak karu-karuan, saya melatih pikiran saya untuk memikirkan sesuatu. Tadi saya, istri dan anak menghadiri pesta ulang tahun anak teman jam 12.00, dari sana kami pergi menghadiri pertemuan dengan teman-teman pecinta alam saya, lalu pulang, mandi dan ganti baju lalu pergi menghadiri resepsi nikah saudara istri saya. Pulang sampai rumah jam 22.36.
Saya nonton berita tentang bapak Soeharto sambil ngobrol dengan beberapa teman yang telepon ngobrol tentang kematian Soeharto, sementara sms-an sama raissa tentang ayat Alkitab I Samuel 28:15-20 dan ngetik jawaban komentar buat kamu dan happy lee.
Sebenarnya, saya sudah baca komentar kamu dan happy lee sebelum berangkat ke pesta ulang tahun anak teman. Selama dalam perjalanan saya memikirkan komentar kamu dan mikir bagaimana menjawabannya juga selama pesta, selama ketemu teman-teman selama pesta kawin. Begitu sampai rumah, saya tinggal ngetik konsep yang ada di pikiranku.
Saya lalu membaca buku yang ditulis oleh Kendrick Sumolang (nanti saya akan tulis pandangan saya tentang buku itu) sambil nonton TV. Sementara saya mengistirahatkan mata saya, saya berpikir apa yang akan saya tulis untuk menjawab komentar kamu yang ini. Setelah matang, saya berhenti membaca lalu ngetik sambil tetap nonton TV. Nah, sekarang ngetiknya sudah selesai. Baca sekali lalu copy ke pasa Klewer.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Hai Hai Seperti Pendekar Ajaa..
Hai hai ketahuan …
Saya suka membaca, awalnya untuk membuktikan kepada Papa bahwa saya bisa baca dan keputusannya untuk menurunkan saya dari kelas dua ke kelas satu dengan alasan saya tidak bisa membaca itu salah. Saya akan cerita suatu saat nanti.
Akhirnya saya kecanduan membaca. Saya membaca semua tulisan yang saya temui. Cerita silat, komik silat, Alkitab, koran, majalah, pokoknya semua tulisan yang saya temu, saya baca. Jadi kalau mau ngobrol soal cerita silat dan komik, hayo aja dech!
Ngobrol sama istri? Ha ha ha … kamu boleh tanya billy joe, dia kenal saya dan dia juga kenal istri saya dengan baik. Istri saya cerita dan saya tidak memandangnya sama sekali. Kalau kamu melihat, maka kamu akan pikir saya cuek abis. Tiba-tiba istri saya bertanya dan saya langsung menjawabnya. Sebuah jawaban yang awalnya nampak ngawur, tapi ketika disimak, ternyata akurat. Tentu saja tidak selalu begitu, maksudku, aku dan istri sering diskusi dengan serius dan saya konsentrasi penuh pada apa yang dikatakannya.
Puput manies, saya selalu bertanya, sebenarnya berapa talenta yang Tuhan berikan kepada saya? Saya selalu terobsesi untuk melipat gandakan talenta yang Tuhan berikan, karena takut waktu ditagih, ternyata saya menguburnya.
Prinsip hidup saya sederhana, nona, “Tidak perlu jadi pemenang, asal dapat bertahan hingga akhir pertandingan!”
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak