Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
RINDUKU PADA NYALANG MATAMU
masih tersisa derap langkah kakimu
di atas lantai kayu rumah ini
masih bergaung nyaring lengkingmu
ketika tangan tua ini menyerikan pahamu
ah anak muda anakku lanang
betapa hati ini selalu tertegun
bila terbaca di sudut-sudut koran
ada narkoba terselip dalam tas sekolah
anggur merah tertumpah di ranjang anak dara
dan berita belati di perut terkoyak
terletup tanya di dada tua
adakah engkau anakku lanang
terselip di berita nista ?
masih ingatkah derap langkah kakimu
di atas lantai kayu rumah ini ?
masih ingatkah tamparan tangan tua ini
menera kasih di paha kecilmu ?
ah anak muda anakku lanang
betapa hati ini selalu tertegun
bila mereka yang datang dari kota
membawa berita tentang kaummu
yang merubah sekolah menjadi medan laga
yang membuang nista dalam gereja
yang menukar nyawa dengan nikmat sesaat
menggeletar tanya di hati tua
adakah engkau anakku sayang
berdiri di antara mereka ?
ah anakku lanang anakku sayang
betapa rinduku melihat matamu nyalang
seperti dulu ketika kau marah disebut banci
hanya karena kau tak mau diajak mencuri
ingin aku melihat kau kembali
membawa ilmu untuk desa kecil ini
dan membawa nyalang matamu tetap
hingga dapat kucungkil bongkah-bongkah bangga :
- anakku tak berubah di kota sana
PS : Salam untuk Joli.
- Purnomo's blog
- 4594 reads
Jauh Lebih Bagus Dari Puisi Uria
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Purnomo Pinter Berpuisi
Syallom,
Hehehe... saya bingung mau manggil apa. Pak Pur? Iya lho, Anda punya karunia membuat puisi. Saya tunggu puisi-puisi berikutnya.
Hai Hai jauh lebih suka yang ini mungkin karena berkaitan dengan :
Pak Pur temennya Joli?
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Uria Uria VS Film 300
Nona Puput, saya tidak menyatakan puisi mana yang saya sukai, namun saya menilai kualitasnya. Secara kualitas, puisi ini jauh lebih bagus dibandingkan puisi Uria uria.
Apabila kamu tanya kenapa hal itu bisa terjadi, maka ini hanya pendapat saya, mungkin itu yang sebenarnya terjadi mungkin pula ada alasan lain.
Ketika menulis puisi seorang penulis harus benar-benar memahami apa yang ditulisnya dengan baik. KEtika menulis puisi ini, PEMAHAMAN Purnomo atas masalah yang ditulisnya sangat baik kecuali kedua kalimat ini pada bait pertama:
ketika tangan tua ini menyerikan pahamu
lalu pada bait ketiga:
masih ingatkah tamparan tangan tua ini
menera kasih di paha kecilmu?
Kedua kalimat tersebut, bukan cara seorang lelaki menghajar anaknya, namun itu adalah cara seorang ibu, seorang wanita. Dengan keberadaan kedua kalimat tersebut maka muncul pertanyaan, "SIAPAKAH Purnomo itu? Apakah dia seorang wanita? Atau dia seorang lelaki yang merindukan ayahnya?"
Mengenai tulisan Uria-uria Purnomo menulis:
derap kaki kuda gemuruh roda kereta
tinggalkan kota tersayang istri tercinta
berkepul debu gemuruh makin jauh
dihantar senyum puas sang baginda di atas menara
terpadam gelisah hati seorang perempuan istri perwira
Puput manies, bila kamu sudah membaca buku Pesona Alkitab tulisan Dede Wijaya, maka kamu akan memahami ketika saya menyatakan bahwa Purnomo tidak memahami thema yang dia tulis.
tergenggam erat surat perintah raja mulia
tersemat kata mati seorang perwira
tertulis atas nafsu hitam gelegak dosa
Dalam bait tersebut di atas kembali nampak betapa purnomo tidak memahami thema yang ditulisnya. Bila boleh berprasangka, maka saya akan berprasangka bahwa purnomo menulis puisi Uria-uria dengan meminjam JIWA dari Film BENHUR atau yang lebih parah lagi, dia menuliskannya sambil membayangkan film 300. Nampaknya dia memang menulisnya dalam kenangan Film 300.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Hai purnomo...
salam kenal Purnomo :) .. Biasanya kalau baca puisi di pasar klewer selalu tak lewati karena tidak mudeng :) karena dibawah ada ps untuk joli.. ya coba dimudeng-2-in dengan baca beberapa kali...
Membaca Puisi purnomo jadi teringat Papa, Mama, Nenek, Om, Tante.. ku.. mungkin itu rasa yang dirasai mereka ketika melepaskan anak2nya .. ada rasa was-was. berharap-harap cemas, bermimpi neraka atau sorga yang didapat. nanti... dan mau tidak mau harus beriman... dan menyerahkan anak2 .. ke yang MAHA KUASA...
Terus terang saya menjadi berhasil seperti ini bukan karena aku menjaga kelakuanku bersih ketika masa mudaku...
karena didikan papaku yang cerdas dan bijak meski sering aku boong padanya.. (ketika SMP dolan kemah ke kali kuning dengan mengutus sopir unt pura2 jadi guru supaya boleh camping). papaku adalah pada yang paling pintar sedunia bagiku meski bukan suami yg baik bagi mamaku..
Karena doa2 mamaku lah aku bisa berhasil lulus S1 (mamaku tiap malam doa tumpang tangan untukku meski aku pura2 tidur) mama selalu menginginkan anaknya berhasil di sekolah, aku lulus telat karena keasikan kerja.. mamaku adalah mama yang paling baik sedunia bagiku meski bukan istri yang baik bagi papaku..
Nenek, om, tante.. yang meneladani bagaimana hidup bahagia keluarga dalam Tuhan, setiap hari mendoakan aku meski aku sering bilang ke gereja padahal pacaran..
Aku berhasil karena Tuhan menyertai dan memilihku, karena papa, mama,nenek, tante, om yang berdoa untuk ku...
Itulah seringkali ketika aku berkunjung ke panti wreda selalu share bagaimana kuasa doa mereka, bagaimana nenek, tante, omku dipakai Tuhan untuk membuat aku tahu rasa bahagia di dalam Tuhan..
Nggak tahu apakah nyambung dengan puisimu purnomo?
Thanks untuk membuat selalu ingat keluarga yang diijinkan Tuhan untuk mendidikku..
Sekarang tugasku ganti untuk beriman dan mendoakan Clair supaya tetap di dalam dan melekat kepada Sang Khalik..
Puput, Hai-Hai itu kanibal ya?
ha ha ha ha ...
Ha ha ha ... maaf pur, nampaknya saya dengan mudah terprovokasi oleh puput. Awalnya tidak terpikir sama sekali untuk mengalisa puisi kamu lho. Hanya ingin memuji puisi kamu yang kedua. Maaf bila kamu menganggap itu pisau jagal.
Anda benar, puisi memang egois. apa yang dilakukan oleh seorang penulis puisi dan seorang pelukis sama sama egoisnya. Seorang puitis memapatkan sebuah kisah dalam beberapa baris kalimat sedangkan seorang pelukis memapatkan sebuah film dalam selembar kanvas.
Terima kasih untuk nasehatnya pur!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak