Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Refleksi kematian Yesus
Yesus dilecehkan, disiksa dan disalib dengan kawalan pasukan tentara Romawi
dan sorakan penduduk yang semuanya telah menghakimi Yesus tanpa keadilan sama
sekali. Tidak ada seorang penjahat besar pun pernah mengalami peristiwa kejam
seperti itu pada saat dirinya akan dihukum mati. Kepada seorang penjahat yang
akan dihukum mati biasanya masih diberikan kesempatan untuk mengajukan
permintaan terakhir yang akan dipenuhi oleh pihak penjara. Yesus sama sekali
tidak mendapatkan hak untuk mati sebagai manusia. Yesus telah dihina dan
disiksa sebelum hukuman mati dijatuhkan. Hukuman mati itu pun berupa penyaliban
yang kejam karena tidak segera membuat-Nya meninggal.
Ketika disalib, sebilah paku sepanjang 15 hingga
20 cm dengan bagian ujung yang tajam sepanjang 6 cm ditancapkan pada kedua pergelangan
tangan (bukan telapak tangan) Yesus. Tusukan paku ini telah menyebabkan
putusnya tendon (urat-urat) yang berjalan dari tangan ke bahu. Putusnya tendon
ini membuat Yesus tidak bisa bernafas dengan otot-otot bahunya sehingga dia
harus menggunakan otot-otot punggungnya untuk membantu-Nya bernafas dengan
menopangkan berat badannya pada kedua belah kakinya. Sebilah paku yang
ditancapkan kepada kedua kaki yang disatukan membuat Yesus tidak bisa menopangkan
berat badannya dengan baik sehingga Dia harus berganti-ganti posisi untuk tetap
bisa bernafas. Peristiwa ini berlangsung selama 3 jam sebelum kematian terjadi.
Dan perlu diingat bahwa sebelumnya Yesus juga sudah mengalami kelelahan karena
harus memanggul salib seberat hampir 30 kilogram dan berjalan sepanjang 2
kilometer di bawah siksaan tentara Romawi serta lemparan batu dari orang-orang
yang menyaksikan tanpa mendapat kesempatan untuk minum. Karena itu, ketika
lambungnya ditusuk dengan tombak sudah tidak ada setetes pun darah yang
mengalir. Yesus telah kehabisan 3,5 liter darah! Hanya cairan di dalam rongga
tubuhnya yang masih tersisa dan mengalir keluar lewat luka tusukan tersebut.
Mendengar
kisah penderitaan yang luar biasa ini, seorang teman Muslim mengatakan kepada
saya, “Di situlah letak perbedaan iman
kita. Kitab suci saya mengajarkan bahwa Yesus tidak disiksa sedemikian rupa
karena telah diselamatkan Allah pada saat-saat terakhir dengan mengangkat-Nya
langsung ke surga. Karena Allah begitu mahakuasa dan Allah tidak akan
membiarkan diri-Nya dilecehkan oleh umat-Nya sendiri.” Saya tidak ingin
berdebat tentang iman kepercayaan kami tetapi bersedia berdiskusi dengan dia
asalkan tidak menggunakan emosi tetapi akal sehat. Iman saya memang mengajarkan
bahwa Allah melakukan semua itu untuk menebus dosa umat-Nya yang telah
melanggar perjanjian antara manusia dan Allah lewat ketidakpatuhan Adam dan
Hawa. Tubuh dan darah Yesus diperlukan sebagai lambang perjanjian baru yang
dibuat antara Allah dan umat-Nya. Dan, saya juga mengatakan kepada teman saya
bahwa rencana Allah sungguh mahatinggi dan di luar nalar manusia. Dalam Injil Yesaya 55:8-9, Allah mengatakan, "Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah dan jalanmu
bukanlah jalan-Ku. Seperti tingginya langit dari bumi demikianlah
tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."
Namun terlepas dari iman kepercayaan ini, menurut
logika saya, ada lima hal penting yang telah diajarkan kepada kita lewat
peristiwa penyaliban. Yesus telah mengajarkan kepada umat manusia untuk:
- Memimpin
dengan cara melayani. Lihat teladan yang diberikan Yesus dengan
membasuh kaki para murid-Nya (Injil Yohanes 13:5-14). Jika kepemimpinan
dengan kuasa tidakakan langgeng (karena orang yang dipimpin tidak akan
patuh lagi setelah kekuasaan hilang), maka kepemimpinan dengan cara
melayani bersifat abadi dan hal ini terbukti dengan bertahannya agama
Kristen kendati Yesus sudah meninggalkan umat-Nya. Kita harus ingat
bahwa para pengikut Kristus dalam masa gereja perdana selama 300 tahun
mengalami kesengsaraan di bawah penindasan kerajaan Romawi. - Mengampuni
orang yang berbuat dosa tetapi tidak mentolerir dosanya. Yesus berkata
dalam Injil Yohanes 8:11, kepada wanita yang berdosa, "Aku tidak
menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi."
Kalimat Aku tidak menghukum engkau dan pergilah
berarti Yesus mengampuni wanita itu tetapi kalimat jangan berbuat dosa lagi
menunjukkan bahwa Yesus tidak bisa mentolerir dosanya. Kita harus
meneladani Yesus dengan berfokus kepada kesalahan bukan orangnya ketika
menghadapi orang-orang yang menyakiti hati kita atau berbuat kesalahan
kepada kita. - Tidak boleh bersikap sombong dan
menghakimi orang lain baik dalam bentuk kata-kata maupun perbuatan. Dalam
Injil Matius 26:51-52, Yesus memberikan teladan dengan menyembuhkan
telinga pasukan yang menangkapnya di taman Getsemani ketika salah seorang
murid-Nya memotong telinga orang itu dengan pedangnya. Dalam kisah
tersebut, Yesus berkata, “Barangsiapa
menggunakan pedang akan binasa oleh pedang." Begitu pula dalam Injil Matius 7:1, Yesus juga berkata,
“Jangan kamu menghakimi supaya kamu
tidak dihakimi.” - Tidak boleh menaruh dendam di dalam
hati kita tetapi sebaliknya kita harus mengasihi musuh sekalipun. Peristiwa
seperti perperangan yang tidak pernah berhenti antara orang-orang
Palestina dan Yahudi, terorisme yang terjadi ketika para pembajak
menabrakkan pesawat ke gedung WTC, penyerbuan tentara Amerika ke Irak dan
seterusnya terjadi karena kedua pihak menggunakan ayat “Mata ganti mata, gigi ganti gigi" seperti tercantum dalam kitab Taurat/Perjanjian Lama (Keluaran
21:24, Imamat 24:20, Ulangan 19:21). Sebaliknya dalam Matius 5:38-39 yang
bagi orang-orang bukan Kristen merupakan ayat kontroversial, Yesus
mengajarkan untuk tidak membalas kejahatan. Pelajaran ini bisa dipahami
karena dari pengalaman kita selama ini, dendam bukan hanya menghasilkan permusuhan
turun-temurun yang membuat hilangnya kedamaian di muka bumi, tetapi juga
merugikan jiwa dan kesehatan orang yang menyimpan dendam. - Tidak hanya memiliki orientasi kepada
kehidupan jasmani (kekayaan, kekuasaan dll.) tetapi juga berorientasi
kepada kehidupan spiritual secara seimbang. Pengetahuan membuktikan bahwa di
samping kemampuan intelektual, kemampuan emosional dan spiritual juga sangat
penting bagi keberhasilan seseorang dalam menyelenggarakan kehidupan dan
pekerjaannya.
Demikianlah
semua ini hanya merupakan renungan pribadi yang terbuka terhadap koreksi. Tuhan
memberkati... (andryhart).
andryhart
- andryhart's blog
- 10450 reads
telapak atau pergelangan tangan?
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
Dipaku di pergelangan tangan?
andryhartSecara medis telapak tangan terdiri dari tulang-tulang kecil (carpal dan metacarpal) yang tidak bisa menahan berat badan jika pakunya ditancapkan dibagian tersebut. Sedangkan pergelangan tangan terdiri dari dua buah tulang yang cukup besar yaitu radius dan ulna sehingga bisa menahan berat badan. Saya memang belum menemukan sumber yang pasti karena ada buku yang menyebutkan telapak tangan dan ada lagi yang mengatakan pergelangan tangan. Dalam injil hanya disebut tangan dan kaki.
Pertimbangan medis lainnya adalah tendon, pembuluh saraf dan pembuluh darah besar yang ada di bagian tersebut. Yesus tidak akan meninggal karena kehilangan darah jika dipaku di telapak tangan. Tetapi paku di pergelangan tangan akan membuat darah cepat hilang karena robekan arteri dan vena radialis (Ingat orang bunuh diri akan memotong nadi di pergelangan tangan dan bukan menyayat telapak tangannya).
Sumber tentang panjang paku dll. saya ambil dari presentasi the death of Jesus yang disebarluaskan lewat e-mail.
andryhartCarpal tunnel syndrome
andryhartandryhartTidak alkitabiah ?
Menirukan penyaliban YESUS dengan benar-benar dipaku tangannya, apakah alkitabiah ? Atau justru "satanism in catolic" ?
Yesus itu kan bukan manusia dan juga bukan malaikat. Lalu kita manusia mau MENYAMAI Yesus ? Kan jadinya seperti iblis dong ?
Inilah ajaran Katolik dan Islam itu selalu menterjemahkan ajaran Yesus hanya ke dimensi materi. Padahal Yesus sebenarnya selalu cenderung ke dimensi roh segala penjelasan & perumpamaanNya.
Peragaan yang berlebihan
Saya juga tidak setuju dengan peragaan yang berlebihan seperti penyaliban yang benar-benar dilakukan dengan menancapkan paku pada tangan dan kaki. Ketidaksetujuan ini sama seperti ketidaksetujuan saya terhadap bahasa roh yang berlebihan.
Akan tetapi, saya juga tidak akan menghakimi peragaan itu sebagai karya setan. Karya setan atau bukan lebih ditentukan oleh buahnya. Jika hanya menghasilkan konflik, mungkin jawabannya ya, itu karya setan. Tetapi jika mereka yang melakukan peragaan itu ingin mengenang kematian Yesus [bukan menyamai Yesus lho!] agar emosinya tersentuh dan imannya pada penebusan dosa oleh penderitaan dan kematian Yesus semakin teguh, saya tidak berhak menghakiminya dengan mengatakan karya setan. Setan tentunya tidak akan senang jika ada manusia yang semakin teguh imannya kepada Allah. Yesus memang roh Allah tetapi dia pernah menjadi manusia dan ini menghasilkan memori yang indah di dalam pikiran serta hati manusia yang percaya pada-Nya.
andryhartandryhartberapa lama bertahan dengan nadi bocor?
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
Yesus yg menyerahkan nyawanya... bukan maut menjemputNya
Meninggal karena perdarahan?
Trims. Komentar anda cukup kritis dan menggunakan logika. Ketika membaca kitab suci, saya bukan saja memakai iman untuk menerima Injil seperti Yesus mati di kayu salib tetapi kemudian bangkit dari alam maut untuk mengalahkan kematian, tetapi juga logika seperti persoalan berapa lama Yesus akan meninggal dunia dan apakah benar kematian-Nya karena perdarahan? Apakah Yesus tidak mati karena berhentinya pernapasan atau jantung?
Jika menggunakan logika, tentunya kita mengandalkan pengetahuan, pengalaman dan indera kita bukan? Dalam pelajaran tentang mengatasi kegawatan di RS, para dokter diajarkan tentang prioritas penanganannya yang dinamakan ABC yaitu airway, breathing dan circulation. Jika seseorang mengalami gangguan airway dan breathing, maka dia akan meninggal dalam hitungan menit. Karena itu, jika ada kurban kecelakaan yang tulang kepalanya pecah sekaligus mengalami gangguan pernapasan, maka tindakan yang harus dilakukan dahulu adalah melapangkan dan meresusitasi pernapasan dahulu sebagai prioritas pertama.
Gangguan circulation atau peredaran darah akan menimbulkan kematian dalam hitungan jam dan merupakan prioritas kedua yang harus segera ditangani. Perdarahan hebat akan terjadi jika ada pembuluh nadi yang robek (bukan pembuluh darah balik). Jika anda pernah bekerja di IGD, anda akan menyaksikan bagaimana darah muncrat seperti pancuran ketika pembuluh nadi sobek. Jika Yesus meninggal dalam 3 jam setelah disalib [apakah ada landasan injil-Nya untuk waktu 3 jam ini?], maka menurut logika saya kemungkinan besar Dia meninggal karena perdarahan (yang bukan hanya karena dipaku pada pergelangan tangan tetapi mungkin pula dari sobekan pada kulit kepala [karena dipasang mahkota duri] serta cambukan yang bertubi-tubi) dan keadaan dehidrasi (tubuh-Nya sudah lemah karena penyiksaan dan tidak dibiarkan minum). Hal lain yang membuktikan bahwa Yesus meninggal karena perdarahan adalah cairan tubuh yang keluar saat bagian samping perut-Nya ditombak.
andryhartandryhartdr. Andryhart Benar-Benar Akurat
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
tiang salib sudah dipersiapkan atau tiang pohon ara ?
Apabila Kristus disalib di pohon Ara, maka itu berarti di bukit tengkorak harus penuh dengan pohon itu.
Tidak mungkinkah satu pohon dipakai bergantian? khan kalau sudah mati, lalu diturunkan untuk dimakamkan?!
Menurut saya, teori penyaliban Kristus di pohon Ara dan ada tempat duduk di salib adalah teori yang tidak masuk akal sama sekali.
itu menurut anda, menurut pembuat film, justru itu yang masuk akal, bukan cerita yang kebanyakan beredar dewasa ini.
@ACC: kalo menurut saya, sewaktu mereka memaku mungkin tidak kena ke nadiNya.. tapi kira kira saja lho"
menurut saya juga tidak kena nadinya, kalau kena nadi, darah itu muncrat-muncrat deras sekali, gak sampai 1 jam darah sudah habis, apalagi tangan kanan dan kiri dilukai semua, jelas lebih cepat....
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
gkmin.net -salatiga-jawa tengah
Khas GKmin, Asal Ngejeblak
Gkmin, Gkmin, khas anda, asal kutip dan asal jawab tanpa pertimbangan matang. Dalam bahasa Betawi, itu namanya asal ngejeblak.
Tidak mungkinkah satu pohon dipakai bergantian? khan kalau sudah mati, lalu diturunkan untuk dimakamkan?!
Alkitab mencatat, ketika disalib Kristus disalibkan bersama dua orang penjahat lainnya. Itu berarti minimal harus ada tiga pohon ara dengan anatomi istimewa agar sesuai dengan tuntutan tiang salib profesor pujaan anda, ada tempat duduknya. Ketiga pohon itu harus digundulin, agar masyarakat dapat menonton dengan leluasa. Ketiga pohon itu juga harus berdekatan agar ketiganya bisa ngobro dengan nyaman dengan penonton yang banyak sekalil.
Karena pohon ara tidak bisa dibaringkan, maka hal pertama yang harus dilakukan tentara adalah memasang tiang palang dulu. Bagaimana melakukannya? Harus ada tangga atau tentaranya naik ke atas pohon. Langkah kedua adalah menaikan Kristus dan kedua penjahat itu ke atas pohon untuk dipaku di sana. Dengan apa tubuh Yesus dinaikkan? Berapa orang yang melakukannya? alat bantu apa yang harus digunakan? Bukankah kisah salib seperti di dalam Film Jesus yang paling masuk akal?
Tentang paku di pergelangan tangan hal itu selain dikuatkan oleh perhitungan berat badan dan ilmu kedokteran juga dikuatkan oleh temuan arkeologi berupa jasad orang yang mati disalib dan masih lengkap dengan pakunya.
Nah, Gkmin, silahkan memikirkannya pelan-pelan. Bila perlu, tanya bapa anda. Bukankah anda juga bisa minta tolong anda yang suka mimpi dan mendengar untuk bertanya kepada bapa mereka?
menurut saya juga tidak kena nadinya, kalau kena nadi, darah itu muncrat-muncrat deras sekali, gak sampai 1 jam darah sudah habis, apalagi tangan kanan dan kiri dilukai semua, jelas lebih cepat....
GKmin, anda kembali asal ngejeblak. Sebaiknya sebelum ngejeblak anda baca dulu penjelasan dari dr. Andryhart. Baca pelan-pelan, baca berkali-kali supaya anda mengerti. Bila tidak mengerti tanyalah kepada bapamu. Namun bila tujuan anda hanya mencari perhatian tanpa peduli diejek, ya itu lain pesoalannya.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Lambung Yesus
Yohanes 19 19:34 tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Lambung sebenarnya terletak di belakang ulu hati. Jadi menusuknya harus di tengah agar kena lambung. Jika ditusuk di bawah tulang rusuk kiri yang sering disebut awam dengan istilah lambung (bagian samping depan seperti istilah lambung kapal), maka yang kena adalah limpa. Bila di kanan, yang kena hati. Limpa merupakan organ getah bening untuk memelihara pertahanan tubuh sekaligus tempat menyimpan darah. Karena yang keluar hanya air dan darah, Yesus benar-benar sudah meninggal karena kehabisan darah pada saat ditusuk bagian samping kiri perut-Nya. Jika Dia masih hidup, darah yang muncrat keluar harus berupa darah segar (tidak ada air). Prajurit Romawi tentunya berpengalaman dalam membunuh orang dengan tombaknya sehingga memilih samping kiri (limpa) atau kanan (hati).
Kalau pembuluh darah nadi yang robek itu batang nadi besar perut (aorta abdominalis), darah bisa muncrat sampai kena plafon (pemandangan ini sangat mengerikan bagi awam) dan dengan cepat orangnya akan meninggal jika batang nadi itu tidak dijepit dengan klem. Jika yang robek pembuluh nadi tangan, darah muncrat tetapi tidak sederas puncratan dari batang nadi yang robek dan orangnya baru meninggal beberapa jam kemudian. Kalau manusia biasa, siksaan yang begitu hebat saja seperti terlihat dalam film The Passion of Jesus Christ sudah membuat manusia itu mati lebih awal. Namun, Yesus merupakan manusia spiritual sehingga Dia bisa bertahan lebih lama. Jadi, logika medis mendukung bahwa Yesus benar-benar meninggal di kayu salib (bukan seperti cerita Da Vinci Code yang mengatakan Yesus tidak meninggal tetapi kembali menjadi manusia biasa dan menikah).
Namun apa yang saya renungkan selama ini sebetulnya jawaban atas pertanyaan mengapa pasukan Romawi yang bukan beragama Yahudi memperlakukan Yesus seperti penjahat berbahaya? Bahkan orang yang sungguh-sungguh jahat seperti penyamun di kanan kiri Yesus tidak mengalami siksaan terlebih dahulu sebelum dihukum mati. Jawaban atas pertanyaan ini kembali kepada iman dan bukan logika lagi. Siksaan yang luar biasa itu terjadi karena Yesus dengan ketaatan yang luar biasa kepada Bapa-Nya di surga harus menebus dosa manusia yang begitu dahsyat. Kita bukan hanya harus menangis terharu jika mengenangkan peristiwa ini, tetapi meringankan beban salib Yesus dengan selalu bertobat, memelihara kasih dan melaksanakan seluruh ajaran-Nya tidak peduli dari gereja mana kita berasal. Dalam Matius 11:29-30, Yesus mengatakan: Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."
andryhartandryhart@ semuanya