Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Oleh-oleh dari Solo Batik Carnival
Malaysia boleh saja mengklaim bahwa batik adalah milik mereka, tapi Solo telah berhasil menampilkan sebuah karnaval batik bertaraf internasional. Dengan menggandeng penyelenggara Jember Fashion Carnival, hari Minggu (13/4) pemerintah kota Solo menyelenggarakan “Solo Batik Carnival”.
Sesuai dengan namanya, karnaval ini memang mengusung batik sebagai tema utama. Di tangan desain muda yang progresif, batik telah mengalami metamorphosa yang menakjubkan. Batik yang selama ini dicitrakan elegan, formal dan kaku, hari itu benar-benar mengalami perubahan drastis. Semua peserta tampil secara seronok. Warna-warna batik yang cenderung kalem, dikombinasikan dengan warna-warna yang cerah seperti merah, kuning dan hijau. Selain itu, peserta karnaval juga mengenakan aksesoris yang sangat mencolok. Entah itu pada baju, maupun pada tutup kepala.
Menurut publikasi dari panitia, acara ini dimulai pukul 14.00. Bersama dengan Kirana, istri dan dua anak tetangga, kami berangkat dari Klaten pukul 13.00. Ketika hampir sampai di Purwosari, arus jalan dialihkan ke kiri melewati Manahan. Beberapa ruas jalan sudah ditutup oleh polisi. Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil tempat di simpang empat depan alun-alun Mangkunegaran.
Sampai setengah empat sore belum kelihatan tanda-tanda kedatangan peserta karnaval. Anak-anak sudah mulai tidak sabar. Saya juga mulai gelisah. Jika nanti kesorean, maka cahaya matahari sudah redup. Ini tentu menyulitkan untuk pengambilan gambar. Saya berencana merekamnya dengan kamera video untuk diunggah ke situs www.beoscope.com.
Maka saya putuskan untuk menyongsong rombongan karnaval. Rute perjalanan karnaval adalah berangkat dari Solo Point Centre menuju ke arah timur dan berakhir di depan balaikota. Setelah berjalan 1 km, saya melihat rombongan empat mobil pemadam kebakaran yang berjalan beriringan sambil membunyikan sirine. Di belakangnya, ada dua mobil tangki air. “Wah, sudah mulai nih,” batin saya girang. Maka saya pun mulai menyiapkan kamera video. Ternyata saya kecele. Mobil-mobil itu hanya bertugas menyirami aspal di jalan Slamet Riyadi, supaya tidak berdebu.
Saya pun terus berjalan ke arah Barat. Tak berapa lama, terlihat rombongan kereta-kereta berkuda. Tampaknya, kereta itu berasal dari kraton kasunanan Surakarta.
“Objek yang bagus,” batin saya bersorak. Saya segera beraksi merekam kereta-kereta bersejarah. Akan tetapi ketika melihat isi penumpang, dalam hati saya merasa kecewa. Sebagian besar penumpang ternyata berpakaian seadanya. Walaupun mereka berpakaian batik, tapi desainnya hanya seadanya. Padahal untuk karnaval, tentu membutuhkan tampilan yang luar biasa [Oh, ya…ada Marie Elka Pangestu, di dalam kereta paling depan].
Rombongan kereta ini berhenti untuk menunggu rombongan di belakangnya yang tertinggal jauh. Karena tak sabar, saya berjalan melewati rombongan kereta berkuda ini. Ketika sampai pada kereta terakhir, tiba-tiba penonton yang ada di pinggir jalan, berteriak histeris. Ada apa gerangan? Saya jadi penasaran. Rupanya ada gadis cantik berbaju merah muda keluar dari mobil, lalu buru-buru naik kereta paling belakang.
“Titi Kamal, itu Titi Kamal,” teriak penonton histeris. Saya baru ngeh, ternyata yang di depan saya adalah bintang film “Mendadak Dangdut” dan si pelantun lagu “Jablay”. Buru-buru saya mengarahkan kamera kepada Titi Kamal. Tangan kiri kemudian merogoh kamera digital. Maka jadilah saya “pendekar dua kamera”. Tangan kanan kamera video, tangan kiri memegang kamera digital.
Puas mengambil gambar Titi Kamal, saya meneruskan perjalanan terus barat. Dari kejauhan terlihat seorang pria kurus menunggang kuda sendirian. Sementara orang-orang berjalan di belakangnya. Setelah didekati ternyata si penunggang kuda itu adalah Joko Widodo, walikota Solo. Agak serong di belakangnya, ada seorang pria berkumis yang berjalan. Dia adalah pak Rudi, wakil walikota. Meskipun disediakan kuda juga, tapi dia memilih berjalan kaki. Di belakang mereka, ada sejumlah orang berpakaian prajurit.
Setelah rombongan Walikota berlalu, ada jeda yang cukup lama dengan rombongan peserta karnaval batik yang sesungguhnya. Jeda ini hampir mencapai bilangan seperempat jam. Beberapa penonton terlihat mulai pulang. Saya pun jadi bimbang, apakah akan menunggu peserta utama atau pulang. Istri saya sudah menelepon dan memberitahu bahwa anak-anak sudah bosan dan minta pulang [ternyata rombongan paling depan bahkan belum sampai di tempat istri saya menunggu].
Saya hampir saja memutuskan untuk pulang saja, ketika peserta utama mulai terlihat. Semangat saya muncul kembali. Saya sambar kamera video dan kamera digital, kemudian merangsek ke tengah jalan. Dalam hal ini saya salut kepada panitia karnaval ini. Mereka cukup kooperatif dengan para fotografer dan videografer yang ingin mengabadikan peristiwa budaya ini. Sepanjang jalan, saya melihat ada puluhan orang yang menjinjing kamera. Mulai dari kamera saku, kamera HP, kamera digital, sampai dengan kamera untuk profesional.
Memang tak rugi menunggu lebih dari jam. Peserta karnaval tampil secara aktraktif dan cukup meriah. Sungguh sebuah tontonan yang fantastis.
Meski begitu, ada beberapa catatan yang mungkin berguna untuk evaluasi panitia. Bagi fotografer dan kameraperson, arah perjalanan karnaval yang dari barat ke timur ini sungguh tidak menguntungkan. Karena diselenggarakan pada sore hari, ketika matahari ada di sebelah barat, maka para fotografer dan kameraperson ini harus menentang matahari jika ingin mengambil wajah peserta karnaval. Akibatnya, gambar yang dihasilkan memiliki efek siluet. Hanya bayangan saja, sementara wajah peserta tidak kelihatan. Hal ini dapat disiasati dengan menggunakan lampu kilat atau menggunakan reflector sebagai cahaya pengisi. Namun hal ini menghasilkan gambar yang tidak alami dan juga merepotkan si perekam gambar. Alangkah baiknya jika arah perjalanan dibalik saja dari arah timur menuju barat.
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- 7700 reads
Titi Kamal
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Titi kamal itu yang pake
titi kamal itu
Walah terpesona ini ga pernah nonton tv, ya..makanya jangan di pasar klewer terus...titi kamal aja ga tau..
itu loh yang lagi nutup idung....he..he..
Bung wawan, aku dah liat filmnya iya ya lebih banyak gambar itemnya, batiknya malah ga jelas terlihat...sayang sekali....
tapi seru ya...
Lovepeace..uenak..
Lovepeace..uenak..
Titi Kamal emang cantik
~ Johann Wolfgang von Goethe
------------
Communicating good news in good ways
Titi Kamal Oi
Hai bilang "Orang aslinya jelas tidak secantik fotonya"
Wuah, padahal tadi mau ikutan komentar "cuanthik sekhali yah", jadi kuciwa nih :)
Liputannya OK sekali Pak Pur! Boleh sering-sering nih, ikut meramaikan (mempublikasikan) budaya Indonesia!
Gimana Mau Cantik?
Rusdy, menurut cerita pak wawan acara itu mulai jam 14.00, nah minimal si Titi Kamal mulai nongkrong satu jam sebelumnya. Secantik-cantiknya Titi Kamal, kalau nongkrong di delman tanpa AC dan melambai terus pasti terpengaruh oleh cuaca siang yang gerah di Solo. Itu alasan saya bilang aslinya pasti tidak secantik fotonya. Minimal baunya bedalah.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Titi Kamal bau kuda (?)
Mungkin koh Hai-Hai. Dia 'kan lebih dari satu jam berada di belakang kuda yang menarik beban kereta dan penumpangnya. Kudanya pasti keringatan dan arah anginnya pasti ke belakang. Pantas saja orang yang ada di foto itu menutup hidungnya. Barangkali dia sudah bau kuda 8-))
"If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul"
~ Johann Wolfgang von Goethe
------------
Communicating good news in good ways
NYesel Deh ...
Wa .. aku malah gak liat karnavalnya, padahal jauh-jauh hari dah dipromosiin .. Hari itu juga sempat denger2 ada pameran batik, gue pikir pameran apaan .. ternyata ada Titi Kamal to .. duh .. nyesel ..
Nb:
Kata temene kakakku, Titi Kamal itu jelek ... Jeleknya itu karena gak mau sama dia ..
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*