Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Catatan Kerja 1 - Pegang Pasport Erat-Erat
"Kalo tuh pala ndak nempel sama leher, pasti udah ketinggalan", begitu rangkum ibu saya terhadap sifat saya yang pelupa. Sering kali sih tidak begitu serius, justru memaksa saya untuk menggunakan good habit. Contoh: kalo ngunci mobil, jangan dicetek dari dalem terus gebruk pintunya, tapi kunci pake kunci mobil dari depan, jadi nggak mungkin ketinggalan di dalam mobil (harap maklum, mobil nggak pake remot).
Kalo sedang travel, saya juga harus selalu awas untuk memasukkan paspor kedalam dompetnya, terus langsung masukin ke dalam tas. Kalo konci mobil ketinggalan, that's bad. Tapi kalo paspor yang ketinggalan di negeri orang, nah ini lain cerita. Saya bukan orang yang suka panik, cool2 aja gitu. Tapi ketika mengetahui paspor saya hilang entah kemana, jantung rasanya mao copot. Bagaimana tidak, apa tadi ketinggalan di taksi? Ketinggalan di airport? Belum lagi konsekuensinya.
Berpisah dengan rekan kerja di ferry terminal, saya langsung balik ke Tan Son Nhat International Airport. Berhubung mau cepat, saya langsung mengiyakan tawaran ojek. Di atas ojek pun saya tidak berhenti-hentinya berdoa berharapa paspor saya ditemukan. Belum lagi skenario yang berputar2 di kepala, nanti harus urus ke konsulat Indonesia buat paspor hilang, terus konsulat sono buat ngurus visa, terus ke imigrasi lokal buat ngurus visa lagi, aduuuuuh, udah mana harus kerja keesokan hari lagi. Walau saya tahu Tuhan begitu besar untuk mengurusi masalah sepele seperti ini, tapi saya bersyukur pada saat yang bersamaan karena saya juga tahu kalau Dia peduli dengan masalah sepele ini.
Pendek cerita, setelah masuk dan menemukan petugas penjaga X-ray machine, hati saya pun langsung super senang bak terjamah roh kudus dan mujizat2nya. Bagaimana tidak, saya melihat jaket saya yang ternyata ketinggalan juga (baru ngeh ketinggalan jaket juga). Diiringi mata yang berbinar-binar penuh kegembiraan, petugas tersebut mengambilkan jaket saya, tapi...
"Lho, paspor saya ndak ada yang mas?" (kurang lebih begitu kalo mao diterjemahken)
"Nggak ada" kata si petugas
Waduh, mau menangis tapi nanti dikira maen sinetron, saya pun bersikap se-cool mungkin sambil berputar otak langkah selanjutnya...
[duh, ngantuk, cerita berlanjut nanti yak]
---o0o---
Lanjutan Cerita (Updated 23 Des 2010):
Lalu saya mencoba menelpon konsulat Indonesia, yang mana batre HP saya sudah hampir habis. "Duh celaka, sepertinya hari ini gue sedang dicobai habis2an nih" pikir saya. Baru saja hampir menekan tombol '1' untuk bahasa Indonesia, petugas X-ray yang tadi mencoel saya lalu menyuruh saya ke Lost and Found. "Napeh nggak dari tadi mas" pikir saya. Setelah bertanya ke 'Lost and Found', mereka bilang passport saya juga tidak ada di situ. "Astaga, berkali-kali bak terjamah Roh Kudus, dan berkali-kali dikecewakan kembali nih" pikir saya lagi.
Akhirnya petugas di Lost and Found menanyakan maskapai penerbangan saya. "Oooo, Singapore Airline mah yang di situ counternya" katanya. Setelah disuruh ke Lost and Found yang lain lagi ("buset, kenapa nggak cuman satu aja sih?"), akhirnya passport saya ada di situ. Bak terjamah Roh Kudus (lagi), saya sampai menyembah-nyembah petugas counter yang ada. Akhirnya saya bisa melanjutkan perjalanan lagi.
Di atas ferry, saya tak henti-hentinya berdoa terima kasih. Passport pun sekarang dipegang erat-erat.
- Rusdy's blog
- Login to post comments
- 3654 reads
He he he
neon man ber cahaya seperti terang Nya