Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pekewuh
Wah, aku pekewuh karo pak anu…(Red : Mungkin terlalu banyak kebaikan yang sudah diterima dari seseorang kepada kita, jadinya kita malu apabila bertemu atau ingin mengungkapkan sesuatu kepada pak anu).Begitulah kemungkinan gambaran rasa pekewuh dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dalam setiap keadaan, pekewuh terkadang memang menjadi alasan yang kuat, yang tanpa disadari justru malah menjadi bumerang dalam melayani Tuhan.Contoh yang paling sederhana saja dapat kita lihat dalam perkumpulan doa misalnya, ayo pimpin doa, nah mulailah, lempar sana, lempar sini, bapak saja, ooo ibu saja, jangan saya, saya masih …
Saya nggak enak sama…. Dan masih banyak alasan lain yang mewarnai sikap pekewuh kita.Dan tidak jarang hal ini tiba-tiba menjadi satu budaya dalam kehidupan kita.
Mengapa menjadi budaya? Karena sering kita lakukan, berakar kuat dalam pembentukan pola pikir kita, menjadi suatu kebiasaan, sehingga terbentuklah yang namanya budaya pekewuh.
Kita akan merasa lega, ketika kita terbebas dari penunjukan dan itu artinya kita bangga dengan rasa pekewuh itu.
Kalau kembali dipikirkan, tidak semestinya harus demikian.Kita pekewuh terhadap orang, kita pekewuh karena kebaikannya, bukankah Tuhan Yesus super baik dalam hidup kita, bahkan dalam kondisi terpepetpun Dia memberikan yang terbaik, memberikan kecukupan kepada hidup kita, memberikan jodoh yang terbaik, yang sepadan, memberikan makanan yang dapat kita makan dengan cukup, standart kesehatan yang cukup untuk tubuh kita dalam menjalani rutinitas hidup sehari-hari, Dia menyembuhkan segala luka kita, jasmani maupun rohani, bahkan lebih sering Tuhan kita paksa untuk memenuhi kebutuhan kita, dan tidak jarang pemaksaan itu berakhir dengan “keberhasilan”.Luar biasa, Dia tidak pernah marah, meskipun kita ngotot, kita kekeh dengan pendirian kita, ini saja Tuhan, aku pilih ini, ini jalan hidupku, Tuhan tolong berkati jalanku, ya mungkin kita merasa sering begitu.
Pekewuh kah kita terhadap Tuhan ?
KebaikanNya yang tiada tara dalam hidup kita, sudah selayak dan sepantasnyalah kita pekewuh.Dengan pekewuh kepada Tuhan, kita berani untuk memberikan pelayanan, kita berani untuk memimpin persekutuan, kita berani tampil untuk kemuliaan Tuhan, kita berani mewartakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita, kita berani bersaksi, dan masih banyak hal yang positif yang dapat kita lakukan, dan membuat kita bersemangat dalam menjalani hidup ini.
- kikis istianta's blog
- Login to post comments
- 3865 reads
Pekewuh
hutang budi dan gotong royong
".... ...."
@miyabi Kasta
@pb: longgar
".... ...."
Pekewuh=sungkan?
Pakewuh=sungkan?
"Pekewuh dalam bahasa Jawa, kalau di bahasa Indonesiakan artinya hampir sama dengan malu.Malu bukan dari kata sifat, namun malu karena keadaan."
Dari uraian berikutnya aku usul bagusan "pekewuh" tidak diterjemahkan dengan "malu" tetapi "sungkan".
Ewuh Pekewuh itu REPOT...
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
pekewuh