Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Media dan Pengendalian Diri
Pak Tifatul Sembiring, sang mentri menjadi bulan-bulanan media luar negeri dan dalam negeri hanya karena ocehannya tentang salaman dengan Bu Michelle yang ga bisa diterima oleh banyak follower-nya. Prof Nazaruddin Syamsuddin sang mantan ketua KPU yang juga tersangka korupsi, dihabisi juga karena ocehannya yang menggoblok-goblokkan TKI sewaktu kasus TKI teraniaya mencuat lagi. Jason Manford si penyiar BBC juga harus mengakhiri kariernya hanya gara-gara ketahuan suka chatting tidak senonoh dengan beberapa gadis lewat media twitter dan skype. Melalui fesbuk, tiap hari Pak Petrus Agung menyampaikan renungan-renungannya. Pak Yusak lain lagi, tiap minggu melalui nomer handphone khususnya beliau mengirimkan SMS-SMS yang berawalan PR ke nomer M3 aku. Di twitter, Prof Komaruddin Hidayat, Ulil Absar Abdalla dan Guntur Romli menyampaikan berbagai materi kuliah. Kuliah via twitter ini kemudian dikenal sebagai kultwit. Pendek kata, media menjadikan apa yang kita sampaikan melaluinya bersifat bebas, multitafsir, dan mungkin berbahaya kalau kita ga hati-hati dalam menyampaikannya.
Ngomong-ngomong soal media, malam ini agak pusing, bukan karena kosongnya stok bisolvon injeksi di tempat kerja tapi karena bapak aku main-main dengan media yang namanya SMS. Buat anak muda, ABG, atau yang lagi pacaran SMSan mungkin hal wajib yang kudu dilakukan untuk menjaga keterhubungan dengan komunitas dan pasangannya. Tapi apa yang dilakukan bapak aku main SMSan dengan salah satu teman kerjanya, telah membuat 3 kota membara.
Tapi syukur, media juga yang telah memudahkan aku menghubungi 2 orang pamanku, meminta bantuan mereka untuk meminta penjelasan bapak. Malam ini, sesuai laporan pamanku, bapak sudah mengakui bersalah dan meminta maaf sama ibu aku. Dan sesuai perjanjian, untuk seterusnya, bapak aku ga bakal dibolehin pegang handphone lagi, semua urusan kerjaan harus lewat handphone ibu aku.
Lega sih, tapi dalam hati aku, media itu kan hanya penyampai apa yang ada dalam hati dan otak si penyampai. Jadi kalo hati bapak aku benar-benar udah ga nyantol ama ibuku, lambat laun pasti ada lagi peristiwa-peristiwa macam gini. Dan aku harus bersiap-siap, perlu rumah baru agar bisa menampung ibuku, yang mungkin ga mustahil bakal terusir dari rumah.
Dan aku melihat, media itu baik, kalo yang menggunakannya memiliki hati, otak dan pikiran yang baik. Tapi sebaliknya, media akan amat sangat merusak jika yang menggunakannya juga memiliki hati, otak dan pikiran yang rusak pula.
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
- Anak El-Shadday's blog
- Login to post comments
- 3729 reads
Dalam beberapa kasus website
Dalam beberapa kasus website dapat mendidik, menghibur dan menyenangkan. Sekarang ini mungkin terasa sangat sulit untuk menemukan
website yang bagus dengan isi yang mendidik, dan menyenangkan. Jaman Internet berubah begitu cepat, saya ingat dulu pertama kali belajar membuat blog dan website, didominasi oleh era E/N dengan tulisan - tulisan yang gelap, suram, dan kurang sehat.
Sekarang Facebook begitu mendominan, bahkan atasan saya pun ber wakaka ber haha dan ber hehe hihi ria di Facebook, sesuatu yang saya amati jauh berbeda dengan karakter dan kepribadiannya dalam kehidupan sehari - hari di Kantor.
Begitu pula dengan disini, Freedom of Speech adalah suatu keunggulan, ibaratnya di Mall, tenant bebas berjualan tanpa dikenakan Biaya sewa, Service Charge, maupun Singking Fund, sepanjang yang Anda jual bukan Heroin, Bom rakitan, dan bahan terlarang lainnya :)
penjara ,AES
@AES :(
sedih bila denger cerita beginian :(