Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Berkelahi Dengan Hantu Perempuan Gunung Merapi
Melalui jalur Kaliurang yang terdapat di Desa Kinahrejo, medan berbatu yang terjal dan juga sangat rapuh harus kami lalui sehari penuh. Rasa penat bertambah lagi ketika harus melintasi kawah mati, karena uap belerang membuat napas semakin sesak.
Akhirnya sampai juga di PASAR BUBRAH atau sering juga disebut PASAR SETAN, kenapa di setiap gunung kok selalu ada pasar Setannya dan disebut pasar bubrah? Ya, karena Setan memang suka yang BUBRAH-BUBRAH, tidak menyukai aturan yang dibuat manusia bila berdasarkan petunjuk-Nya. Akhirnya aku dan Makuru sepakat untuk berkemah dan bermalam di sini, untuk merasakan keanehan yang kerap dibicarakan orang itu. Bukannya sombong, tapi sekedar membuktikan bahwa semua itu adalah sebuah kebenaran dan bukan mitos. Selain itu, tempat ini merupakan lokasi ideal berkemah karena letaknya sudah mendekati puncak.
Kisah pasar setan yang diceritakan oleh Mbah Marijan menunjukan kebenaran. Suara – suara gamelan dan gending Jawa mulai mengalun di telinga kami, keramaian sebuah pasar pun menyusul. Bersamaan dengan itu deru angin semakin besar dan menambah gaduh suasana. Seperti terhenyak dari mimpi buruk, kami langsung terjaga dengan wajah pucat dan keringat dingin. Tanpa sepatah kata, mata kami saling memandang dan berusaha menjawab pertanyaan yang ada dalam hati masing-masing.
Kami keluar dari kemah, tidak nampak sosok apa pun, suara gamelan menghilang. Namun ketika masuk kembali ke dalam kemah suara riuh rendah layaknya sebuah pasar begitu bingar terdengar di telinga.
Makuru keluar kembali, ditatapnya rembulan, tampak pucat yang membuat penerangan agak suram. Ia mempertajam telinganya, desau angin membuatnya merasa tegang. Tiba-tiba telinganya menangkap sesuatu suara : “Klepak-klepak!” Semakin dekat dan menuju ke arahnya.
Spontan Makuru mengelak, dengan reflek tangannya memukul benda yang bersuara itu.
“Plak!” Tangannya menyentuh benda yang lunak. Makuru menarik tangannya, matanya melihat benda yang sempoyongan itu.
Ternyata seekor Kelelawar. Jantungnya hampir copot tadi, mulutnya pun mengeluarkan beribu makian.
“Ada apa?” tanyaku keluar dari tenda.
“Hanya kelelawar!”
“mana?” tanya lagi.
Belum sempat Makuru menjawab, seekor kelelawar kembali terbang ke arahnya, sebuah hembusan dingin menerpa tengkuknya. Bulu roma Makuru berdiri seketika. Dia memalingkan kepala untuk melihat Kelelawar mana yang telah mengganggunya.
Tapi tak ada.
“Rasanya dari tadi tidak ada Kelelawar,” kataku setengh bergumam.
“Apakah kamu tidak melihatnya?”
“Tidak!”
“Hmm, aneh?” jawab Makuru menatap kegelapan yang remang-remang di sekelilingnya.
Tiba-tiba berhembus angin kencang menerpa Makuru dan sebuah cakaran menampar pipinya, begitu cepat. Makuru meringis, pedih sekali cakaran tadi. Sementara aku tak melihat kejadian itu dan masuk ke tenda untuk beristirahat. Kutinggalkan Makuru yang bertingkah aneh itu.
“Saya tidur dulu, kalau kamu mau menunggu yang aneh-aneh silahkan saja!” kataku.
Makuru mengusap pipinya, bekas cakaran itu terasa pedih. Cakaran tadi seperti jari seorang perempuan, ia jadi ingat ceritanya Mas Budi, anak angkat Mbah Maridjan, bahwa akhir-akhir ini banyak pendaki yang diganggu oleh HANTU PEREMPUAN.
Makuru memutuskan untuk berdiri saja di situ, lebih baik adu jiwa dengan hantu itu, siapa tahu bisa menang dan ia berjasa membantu para pendaki agar tidak diganggu oleh hantu itu.
Makuru pun berdiri mematung, memasang segala panca indranya.
Bulan makin redup ketakutan. Suasana sunyi mencekam. Hembusan angin semakin dingin. Tak ada serangan yang datang.
“Hei hantu perempuan, ayo serang aku kembali! Ayo aku sudah siap!” teriak Makuru mengagetkanku. Ah tapi kubiarkan saja, memang begitulah tingkah Makuru, kalau sudah kumat beraninya sering teriak-teriak nggak karuan.
"Syiuuuuttttttt! Dues!!"
Makuru terjungkal.
“Licik kau bangsat!!” umpat Makuru meringis karena punggungnya menghempas ke tanah.
"Plak!"
Makuru terjungkal kembali, sebuah tamparan mengenai pipi sebelahnya. Kini ke dua pipinya kena cakar dan berdarah. Begitu cepat serangan itu sehingga Makuru tak dapat melihat wajah penyerangnya. Namun sosoknya memang perempuan, rambutnya panjang terurai, mengenakan pakaian panjang serba putih.
“Cuih! Siapa kau? Kenapa menggangguku?!” tanya Makuru ketika melihat sosok itu berdiri agak jauh darinya.
Lolongan anjing dari kejauhan terdengar memilukan dan sedetik kemudian ada suara menjawab.
“Kamu pelupa rupanya! Dengar, aku MIA yang kau nodai di kost-kostan dekat kampus! Ketika aku hamil kau mengajakku naik ke Gunung Merapi dan kau mendorongku ke arah jurang. Makuru JAHANAM! Kau kembali ke sini sungguh kebetulan, penantianku yang panjang terkabulkan. Kini saatnya pembalasanku tiba!!”
Makuru cepat mengelak terjangan perempuan itu, dengan cepat ia melepaskan pukulan, namun hanya mengenai tempat kosong. Otaknya berpikir, MIA yang mana? Sudah banyak sekali cewek yang bernama MIA kutiduri di sembarang tempat! Sudah seringkali nama MIA kuajak bermain cinta di kamar kostku. Memang sering aku ML dengan banyak cewek yang terjerat rayuan nafsuku. Sudah banyak cewek yang hamil dan kutinggal pergi, entah berapa cewek yang jadi korban nafsu iblisku dan kubunuh, aku tidak mengingatnya.
“Sekarang matilah kau Makuru BANGSAT JAHANAM!”
Makuru kembali pontang-panting menghindari serangan itu. Toh kakinya kena cakaran MIA, kembali ia terpelanting. Suara gamelan terdengar kembali riuh rendah, seolah mengiringi pertarungan mereka.
Wajah perempuan itu belum terlihat jelas, mukanya tertutup oleh rambutnya yang awut-awutan. Namun bau busuk selalu menyebar bila perempuan itu berkelebat, sangat menyengat menusuk hidung. Rasa mual menggelitik perut Makuru. Bau mayat! Itulah yang dirasakan Makuru.
Makuru semakin nekat, ia cabut belati yang terselip dipinggangnya. Kalau aku memang mau mati di bunuh hantu ini, aku tidak ingin mati konyol, pikirnya.
Perempuan itu kembali menyerangnya, Makuru segera menusukkan belatinya.
"Crep!"
Belati itu tepat menancap ke dada hantu perempuan itu, suaranya melengking keras, namun tangannya telah mencengkeram leher Makuru dengan kuat. Makuru pun tercekik tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, kuku-kuku panjang perempuan itu seakan menjepit lehernya, bahkan menembus sampai ke dalam kerongkongan. Keduanya terjatuh, saling bergulingan hingga terjungkal ke dalam jurang. Teriakan panjang Makuru memecah malam Jumat Kliwon itu, suara gamelan semakin kencang bertalu-talu sepertinya akan mengakhirnya sebuah episode pertarungan yang telah menjadi tumbal sang Gunung yang diam termenung.
Aku masih pulas mendengkur dalam kemah.
Illustrasi : bloggaul.com, wihans.web.id, wonderhot.blogspot.com
Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
- Tante Paku's blog
- Login to post comments
- 11268 reads
TP unik
PB bener
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
TP : MAKURU
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
Smile, hai hai
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat