Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Catatan Relawan 7 Nopember
Selama 4 malam belakangan ini suara gemuruh seakan menjadi musik pengiring tidur kami. Sebenarnya pada siang hari aktivitas Merapi pun tetap ada namun tersaingi oleh deru kendaraan dan hingar-bingar manusia sehingga tak terdeteksi oleh telinga. Pukul 4:30, saya bangun untuk kemungkinan adanya evakuasi menyusul gemuruh Merapi yang semakin meningkat. Bersama Agus Permadi, saya mengelilingi kota Klaten, namun nampaknya tidak ada pergerakan pengungsi yang siginifikan.
****
Usai melayani ibadah remaja, saya menuju ke tempat pengungsian di Jongrangan. Di sana ada salah satu jemaat yang meminjamkan rumah besarnya untuk menampung pengungsi. Para pengungsi ini berasal dari dusun Mijenan, desa Sukorini, kecamatan Manisrenggo, Klaten. Sebagian besar di antara mereka adalah anggota jemaat GKJ Karangnongko. Untuk itulah, kami menyiapkan ibadah hari Minggu. Dengan dilayani oleh bpk Lazarus dan diiringi koh Yoyok, ada sekitar 40 orang yang mengikuti ibadah itu.
Siang hari, kami mengadakan koordinasi dengan GKJ Klaten dan GKJ Gondangwinangun. Kami mengubah strategi tanggap bencana. Semula mendukung logistik untuk dapur umum di tempat pengungsian. Akan tetapi ketika pemerintah menaikkan radius aman menjadi 20 km, pengungsi menjadi kocar-kacir. Dapur umum pun ikut bubar. Karakter situasi pengungsian di Merapi ini memang khas. Situasi di setiap pengungsian berubah-ubah secara dinamis. Bisa jadi di satu saat ada tempat pengungsian, namun secara mendadak, tempat itu bisa ditinggalkan. Karena itu, kami memutuskan untuk membuka dapur umum dan menyuplai makanan siap santap kepada para pengungsi.
Untuk mengurangi kejenuhan pengungsi, Guru Sekolah Minggu GKI Klaten menggelar berbagai permainan yang diikuti oleh anak-anak di pengungsian .
Malamnya, kami memutar film boneka dan Laskar Pelangi di tempat pengungsian Jongrangan menggunakan fasilitas LCD projector. Pukul 20.10 datang kiriman bantuan dari GKI Gatot Subroto, Purwokerto. Dengan dikomandi oleh Pdt, Adon Syukmana, mereka menurunkan bantuan berupa::
* beras 360 kg
* selimut 200 pcs
* susu dancow 6 dus
* susu bayi 1karton 48 dus
* bubur bayi 4 karton
* sabun 1 karton (144 pcs)
* pembalut wanita 65 kantong
* pakaian dalam anak 10 lusin
* pakaian dalam perempuan 6 lusin
* pakaiann dalam pria 25 lusin
* 1 karton susu kental manis
* 100 pcs masker
* 1 karung pakaian anak+prmpn
Kami menurunkan beras dan selimut di pos GKI Klaten, selanjutnya mengantarkan rombongan ke tempat pengungsian di SMP Kristen 2 Klaten dan di Jongrangan untuk dibagikan secara langsung.
Hari Minggu itu, kami sudah menyalurkan 5000 nasi bungkus. Jika seyiap bungkus dihargai Rp. 3000,- maka setidaknya kami sudah menyalurkan Rp. 15 juta per hari. Angka itu sangat besar untuk ukuran gereja kecil seperti GKi Klaten. Darimana uang itu didapatkan? Tentu saja dari ratusan orang yang digerakkan oleh Allah untuk mengulurkan bantuan kepada pengungsi. Ini adalah benar-benar mukjizat!
Pengungsi di Jonggrangan
Pengungsi di GOR Gelarsena, Munggu 7 Nopember pukul 20:30. Kami tidak terjun ke sini.
Purnawan Kristanto
All About Writing
http://www.purnawankristanto.com/
Ngudarasa Ngalor Ngidul
http://purnawan.web.id/
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 3638 reads