Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Bersama Sahabat
Hal ini baru aku ketahui, ketika aku mencoba belajar tentangnya. Sepanjang usiaku hingga kini, ada beberapa orang yang pernah menjadi sahabatku. Mereka telah memberikan nilai-nilai sangat berarti dalam hidupku.
Sahabat pertamaku sewaktu kecil adalah seorang gadis cilik, manis, aktif, namun sangat pendiam ketika bersama dengan teman-teman lain, namanya Memey. Kami berteman sejak kami duduk di bangku Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Umum.
Banyak cerita yang telah tercatat dalam persahabatan kami, namun ada sebuah cerita yang akan terus aku ingat sampai aku tidak lagi mampu untuk mengingatnya.
Pertemuan pertama pun akhirnya tiba, sesuai kesepakatan kami pergi dan pulang barsama.Pertemuan kedua juga begitu.Sampai pada pertemuan ketiga, aku ternyata harus mulai belajar untuk menunggu.Aku menunggunya sampai waktu yang tidak mungkin lagi bagiku untukmengikuti latihan, namunMemey tidak datang-datang juga.Aku sempat merasa kesal,bersyukur bahwa waktu itu cuaca mendung sehingga tidak turut membakar emosiku.Pertemuan ketiga aku absen karena menunggu.
Keesokan harinya, akupun telah siap dengan pertanyaanku padanya.Aku sengaja berangkat pagi-pagi, dan menunggunya di dalam kelas.Tak berapa lama iapun muncul di depan pintu kelas, serambi tersenyum dan langsung meminta maaf karena sudah menyadari lebih dulu kesalahannyasebelum aku bertanya padanya. Memey memberi alasan bahwa ia ketiduran, jadi supaya tidak terlambat ia harus melewati jalan pintas. Memey berharap dapat bertemu denganku di tempat latihan.Tentu saja aku bisa memaafkannya, karena alasannya terlihat masuk akal.(Waktu itu kami tidak punya handphone atau telepon rumah sehingga kesulitan dalam berkomunikasi jarak jauh.)
Hari-hari berjalan seperti biasa persahabatan kami tetap diwarnai dengan kebersamaan, sampai-sampai teman-teman di kelas, ibu kantin dan beberapa guru sering bertanya heran, bila hanya melihat aku atau Memey berjalan sendiri di sekitar sekolah. Ya, kami pun merasa belum lengkap kalau salah satu dari kami tidak ada.
Pertemuan teater terus berjalan seperti biasanya.Namun untuk waktu berikutnya ternyataaku harus kembali belajar menunggu.Jam 3 sore, di teras rumah beratapkan seng tanpa pepohonan, bukan waktu dan tempat yang cukup nyaman untuk menahan emosi, karena cuaca panas menyengat, tanpa awan yang menahan sengatan matahari. Memey tidak muncul-muncul juga untuk menjemputku, sedang aku pun tidak ingin memutuskan berangkat sendiri, takut kalau nanti dia masih dalam perjalanan.Aku menunggu sampai memutuskan untuk tidak berangkat, karena waktu sudah tidak memungkinkan.Setengah jam lebih menunggu, membuat otak dalam kepalaku serasa meleleh, karena emosi dan kepanasan karena terik matahari.
Dengan wajah memelas dan cemas melihat emosiku, Memey menjawab “aku sakit perut, tapi sembuh sebelum waktu pertemuan”, “karena takut terlambat aku lewat jalan pintas”. “sorry, jangan marah ya “ katanya minta maaf.
Latihan berikutnya, kami kembali sepakatuntuk berangkat barsama, dan aku mengingatkan dia, bahwa aku akan menunggunya, jadi jangan lewat jalan pintas sekalipun waktunya sudah kepepet. Ia menyetujui kesepakatan itu.
Sesampai di tempat latihan, aku tidak langsung menegurnya, karena waktu itu kami sama-sama sudah terlambat.Aku segera mengambil tempat untuk mendengarkan arahan dan kemudian kami pun memulai latihan.Dengan terpaksa aku harus mengekspresikan peran komedi, dengan wajah berat, karena masih menahan emosi.Sekilas ketika pandangan kami bertemu, aku bisa melihat wajahnya, tampak gelisah.
Lama ia tidak menjawab, mungkin memikirkan kata-kata yang tepat. “aku harus menjaga adikku, ketika mama ke pasar” akhirnya ia menjawab.
“bagaimana dengan kesepakatan kita” kataku lagi, masih dengan nada datar.
Aku tak lagi ingin bertanya. Kami pulang bersama, tanpa berkata-kata, hanya kalimat perpisahan ketika akhirnya kami tiba di depan rumahku.
Esoknya, iya menyambutku di gerbang sekolah dengan senyum khasnya.Aku pun mencoba untuk membalas senyumnya, emosiku yang tadinya masih tersisa akhirnya mulai reda, aku dapat kembali tersenyum ketika iya menyambutku.Kami mulai berbicara seperti biasa tanpa mengungkit masalah kemarin, karena sebenarnya aku sedang mencoba untuk mengerti masalahnya.
Seperti dugaanku, ia belum juga muncul, dan aku memutuskan untuk berangkat sendiri. Berjalan agak tergesa-gesa di atas trotoar kecil membuatku sedikit berkeringat.Tapi karena takut terlambat aku tetap saja berjalan cepat tidak perduli keringat yang mulai bercucuran.
Keluar dari simpang jalan, aku dapat melihat jelas, di seberang jalan Memey berjalan bersama dua orang teman-taman yang lain, menuju ke tempat latihan. Entah, apa yang aku rasakan, aku tidak merasa emosi seperti kemarin,hanya saja dalam hati, aku merasa bahwa Memey benar-benar tidak dapat dipercaya. Kesimpulan itu keluar begitu saja dari kepalaku.
“berangkat bertiga ya?” tanyaku datar, ketika ia mendekatiku.
“iya” katanya, dengan pelan, mungkin menyadari kesalahannya.
“waktu pulang sekolah, mereka memintaku untuk menunggu mereka supaya bisa berangkat sama-sama, jadi karena mereka datangnya terlambat, aku memutuskan untuk tidak melewati rumahmu”, “maaf ya”, katanya dengan nada pelan, berharap aku dapat kembali menerima alasannya kali ini.
“ooooooh…” kataku, dengan nada yang berpura-pura untuk mengerti.
Kejadian berturut-turut itu membuatku tidak lagi ingin mempercayainya.Sehingga kami tidak pernah lagi berangkat bersama ketika latihan.Selalu saja ada alasanku, ketikaia mengajakku berangkat latihan.Ia pasti mengerti mengapa akuselalu membuat alasan untuk menghindari ajakannya, tapi sepertinya Memey tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap sikapku. Ada saja ulahnya yang menurutku tidak menyenangkan, dan ini membuat aku terpancing untuk mengkambinghitamkan Memey ketika ada masalah.Kejadian-kejadian yang kami alami, membuat persahabatan kami menjadi renggang sampai kami naik kelas tiga SMU.
Selama setahun kami tidak berbicara satu sama lain, apabila tidak ada yang terlalu penting untuk dibahas. Alasan beda kelas dapat dengan mudah aku katakan, ketika ada teman-teman dan yang lainnya bertanya tentang kebersamaan kami yang tidak lagi terlihat.
Sampai akhirnya kami akan melaksanakan perpisahan sekolah.Ada perasaan dalam hatiku, takut untuk kehilangan dia, meski selama setahun kami tidak lagi bersama, hanya saja aku terlalu egois untuk mengungkapkan itu padanya.
Acara perpisahan sekolah diwarnai dengan hiruk pikuk siswa-siswi kelas 3 yang saling memuji, karena hari itu kami diwajibkan mengenakan pakaian adat masing-masing. Aku sendiri, harus mengenakan pakaian adat dayak, yang penuh dengan hiasan manik-manik dengan motif burung enggang. Ya, aku merasa ada suasana yang sangat berbeda hari ini di sekolah. Perasaan senang, terharu bercampur sedih, mengingat aku tidak akan pernah lagi berkumpul dengan teman-teman sekelasku.
Di sudut sekolah aku melihat Memey duduk sendiri dengan busana adat Toraja, ia terlihat manis, hanya saja wajahnya sendu seperti ada sesuatu yang ia pikirkan.Aku tidak ingin memikirkannya, sekalipun aku sangat ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Masih dengan sikap cuek, aku berjalan melewatinya ketika bermaksud ingin menemui seorang teman yang berada tidak jauh dari tempat duduknya. Namun tiba-tiba tanpa dugaanku Memey menarik tanganku, dan membawaku berjalan menuju halaman belakang sekolah. Sedikit heran dengan maksudnya, aku hanya mengikuti langkahnya dengan terburu-buru.
“maafkan aku” katanya, dengan terisak-isak.
Akupun langsung memeluknya, “aku sebenarnya sudah memaafkanmu dari dulu” kataku terharu dalam isakku.Aku merasa tenang bisa dapat memeluknya dan menerimanya kembali menjadi sahabatku.
Tentu saja kalimat yang baru terucap mengundang pertanyaan untuk aku, tapi waktunya tidak tepat jika aku bertanya sekarang. “tentu!, aku selalu ingin tahu apa yang menjadi kisahmu”, kataku sambil tersenyum dan menatap matanya, untuk memastikan keseriusanku.
"yuk, kita gabung dengan teman-teman lain" ajakku kemudian, mengingat acara sebentar lagi akan dimulai.
***
***
Ketika dalam kebersamaan kita dapat menikmati semuanya dengan tertawa, menangis, kecewa bahkan sakit hati bersama. Dan ketika perpisahan datang, kita akan benar-benar menyadari bertapa tertawa, menangis, kecewa bahkan sakit hati adalah hal penting yang pernah dilewati dalam kebersamaan.
Dan semua yang penting ini, tidak akan pernah kita nikmati dan kita pelajari tanpa ada kebersamaan. Bersama sahabat kita dapat belajar dan melakukan banyak hal yang tidak dapat kita lakukan sendiri.
I can do what you can’t do
Together we can do great things… (mother Teresa)
SELESAI
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
- ely's blog
- Login to post comments
- 6661 reads
3m1, sahabat
Dear 3m1.
Dan semua yang penting ini, tidak akan pernah kita nikmati dan kita pelajari tanpa ada kebersamaan. Bersama sahabat kita dapat belajar dan melakukan banyak hal yang tidak dapat kita lakukan sendiri.
I can do what you can’t do
Together we can do great things… (mother Teresa)
@mba ik, lahir baru
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
3m1 : Pslam 73:24-25
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
Reply to comment | SABDA Space - Komunitas Blogger Kristen
Feel free to visit my blog; Pld Repair Manual
@Smile, thx
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...