Dia Bukan Pencuri

*** di gereja A ***

"Tidak bisa seperti ini terus. Setelah dibina, lantas orangnya pergi ke gereja lain. Kita mendirikan pos, lantas pos itu berdiri sendiri, dan akhirnya menjadi sinode sendiri menjadi gereja besar, kita tetap seperti ini."

"Mendirikan pos kan bagian dari usaha PI gereja kita. Gereja harus berbuah. Kita kan mendirikan pos dengan harapan lebih banyak lagi gereja dapat berdiri, dan dapat melayani lebih banyak orang."

"Iyah betul, tapi tidak begini caranya. Sekarang di tempat kita sendiri kita kekurangan pelayan untuk melayani. Kita terus menerus melakukan pembinaan. Setelah dibina, orang itu malah pergi meninggalkan gereja kita. Mau sampai kapan seperti ini?"

*** di gereja B ***

"Gua pengen liat, berapa lama orang ini bertahan. Paling lama juga 3 bulan nih."

"Maksud loe?"

"Iya, loe perhatiin deh. Hampir setiap orang yang baru dibaptis di gereja kita, paling lama bertahan 3 bulan, bis itu pindah deh ke gereja lain."

"O ya?"

"Iya. Ga ngerti kenapa. Tapi hampir selalu seperti itu."

***di gereja C***

"Pak, sepertinya kita harus memperluas tempat kebaktian kita. Sekarang kalo kebaktian sudah sangat berdesakan. Tempat kita tidak dapat lagi menampung lebih banyak orang."

"Iya yah, betul juga."

"Kalo begitu mari kita bergumul untuk tempat kebaktian yang lebih luas."

******

Percakapan seperti ini kerap terjadi. Perpindahan keanggotaan jemaat bukan hal yang baru. Jemaat berpindah sesuai keinginan mereka. Sudah bukan jamannya lagi setia kepada satu gereja. Gereja yang tidak dapat memberikan nilai jual yang menarik akan kehilangan anggotanya satu demi satu. Demikian persepsi orang pada umumnya. Sehingga sekarang gereja\ menjadi sebuah komoditi. Persaingan terjadi. Untuk mendapat domba sebanyak-banyaknya, banyak hal yang dilakukan. Apakah memang seperti itu? Maybe. Maybe yes, maybe no. Tergantung dari persepsi masing-masing orang. Tapi marilah kita menengok dari sisi lain.

Matius
25:14. "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.

Ayat ini kerap diajarkan untuk pribadi. Setiap pribadi memiliki talenta, ada yang pintar menggambar, ada yang pandai berbicara, dan seterusnya. Bila ditarik lebih jauh lagi, ayat ini juga mungkin sekali berbicara mengenai gereja.

Ada gereja yang memiliki budaya yang baik sekali. Sekali menyentuh ruang kebaktian, mulut jemaat semuanya terkunci dan tertutup, tidak ada lagi gosip-gosip, dan tidak ada lagi obrolan yang tidak penting. Semuanya dengan kekhusyukan mempersiapkan diri untuk kebaktian. Ada juga gereja yang begitu baik dalam pengajaran. Visinya adalah mendidik jemaat dalam kebenaran Firman Tuhan. Tidak ada kotbah yang sekedar menyenangkan jemaat. Yang ada kotbah yang alkitabiah dan membangun jemaat. Ada juga gereja yang berfokus pada puji-pujian. Buat mereka puji-pujian adalah nafas persekutuan.

Begitu banyak jenis gereja. Dan begitu bervariasi. Dari cerita di atas, tampak ada gereja yang Tuhan percayakan menjadi sebagai salesman. Gereja ini begitu lihai merekrut anggota baru. Akan tetapi, setelah orang menjadi percaya dan dibaptis,lantas mereka pergi meninggalkan gereja tersebut.

Ada gereja yang pandai membina. Banyak jenis pembinaan yang diadakan gereja ini. Dan gereja ini membuat banyak anak-anak Tuhan bertumbuh. Akan tetapi setelah jemaatnya bertumbuh, jemaatnya pindah ke gereja lain.

Bila kenyataannya seperti yang diceritakan di atas, bahwa setelah 3 bulan jemaat bersangkutan meninggalkan gerejanya, dan pindah ke gereja lain, atau setelah dibina, lantas mendirikan sinode sendiri. Mungkin hal ini berarti, bagian gereja ini telah selesai sampai di sini. Selanjutnya Tuhan menyerahkan jemaat ini ke dalam naungan gereja lain.

Gereja yang kuat di pembinaan mungkin tidak kuat di penginjilan. Dan gereja yang kuat di penginjilan mungkin tidak kuat di pembinaan. Masing-masing gereja memiliki bagiannya sendiri. Tapi adakah gereja (read:orang-orang di gereja itu) yang tidak sakit hati ketika orang-orang yang dengan susah payah diinjilinya, susah payah dibinanya, pergi meninggalkan gereja itu dan berdiam di gereja lain? Saya yang menabur mengapa orang lain yang menuai?

Besar kemungkinan pasti sakit hati. Pantaskah? Tidak.

Orang-orang mengatakan gereja mencuri domba. Tapi saya pikir, istilah yang lebih tepat adalah, Tuan pemilik domba, menitipkan dombanya ke tempat lain.

Ada gereja yang dipercayakan banyak jemaat. Ada yang sedikit. Ada gereja yang dipercayakan lima talenta, ada yang dua, dan ada yang satu. Baiklah masing-masing bekerja dengan giat, sampai Tuannya datang kembali.

"..belajar untuk  menyimak, menyimak untuk belajar"

*belajar menulis*