Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Dosa yang tidak disadari, juga dosa yang tidak disengaja, apa kata Taurat?
Hukum tentang Dosa yang Tidak Disengaja ataupun Dosa yang Tidak Disadari
Membolak-balik kitab Musa, tertarik pada dosa yang tidak disadari dan dosa yang tidak disengaja. Apakah kedua macam dosa ini termasuk dosa yang jika tidak dibereskan dapat menghambat seseorang mencapai keselamatan? Dalam hal undang-undang lalu-lintas, misalnya, sekali sebuah undang-undang disosialisasikan, maka setiap pelanggar dapat dikenakan sangsi, entahkah dia sudah tahu mengenai aturan tersebut ataukah belum. Namun dalam hal dosa yang tidak disengaja dan dosa yang tidak disadari, bagaimana kata Firman Tuhan soal itu,...
Imamat 5:17-19
17 Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri.
18 Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan.
19 Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN."
Bilangan 15:22-29
22 "Apabila kamu dengan tidak sengaja melalaikan salah satu dari segala perintah ini, yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa,
23 yakni dari segala yang diperintahkan TUHAN kepadamu dengan perantaraan Musa, mulai dari hari TUHAN memberikan perintah-perintah-Nya dan seterusnya turun-temurun,
24 dan apabila hal itu diperbuat di luar pengetahuan umat ini, tidak dengan sengaja, maka haruslah segenap umat mengolah seekor lembu jantan muda sebagai korban bakaran menjadi bau yang menyenangkan bagi TUHAN, serta dengan korban sajiannya dan korban curahannya, sesuai dengan peraturan; juga seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa.
25 Maka haruslah imam mengadakan pendamaian bagi segenap umat Israel, sehingga mereka beroleh pengampunan, sebab hal itu terjadi tidak dengan sengaja, dan karena mereka telah membawa persembahan-persembahan mereka sebagai korban api-apian bagi TUHAN, juga korban penghapus dosa mereka di hadapan TUHAN, karena hal yang tidak disengaja itu.
26 Segenap umat Israel akan beroleh pengampunan, juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu, karena hal itu dilakukan oleh seluruh bangsa itu dengan tidak sengaja.
27 Apabila satu orang saja berbuat dosa dengan tidak sengaja, maka haruslah ia mempersembahkan kambing betina berumur setahun sebagai korban penghapus dosa;
28 dan imam haruslah mengadakan pendamaian di hadapan TUHAN bagi orang yang dengan tidak sengaja berbuat dosa itu, sehingga orang itu beroleh pengampunan karena telah diadakan pendamaian baginya.
29 Baik bagi orang Israel asli maupun bagi orang asing yang tinggal di tengah-tengah kamu, satu hukum saja berlaku bagi mereka berkenaan dengan orang yang berbuat dosa dengan tidak sengaja.
Imamat 5:17-19
17 Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri.
18 Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan.
19 Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN."
Keluaran 21:12,13
12 "Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati, pastilah ia dihukum mati.
13 Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari...
Untuk kasus pembunuhan yang tidak sengaja, kemana pembunuh itu harus berlindung dari penuntut darah, semua itu diatur di kitab Bilangan pasal 35. TUHAN menetapkan 6 kota perlindungan bagi pembunuh. Setelah diadili, jika memang ia tidak terbukti melakukan pembunuhan yang disengaja, artinya bahwa ia memang tidak sengaja melakukan pembunuhan itu, maka pembunuh itu harus tetap tinggal di kota perlindungan hingga matinya imam besar, tetapi kalau ia terbukti melakukan pembunuhan yang disengaja, maka ia pasti dibunuh mati.
Namun dari ayat-ayat di atas dapatlah diketahui bahwa walaupun sebuah dosa dilakukan secara tidak sadar ataupun jika dilakukan tanpa sengaja, maka hal itu tetaplah diperhitungkan sebagai sebuah dosa.
Lebih jauh kitab Imamat mengatur cara-cara membereskan dosa-dosa yang tidak disengaja maupun yang tidak disadari, antara lain: pertama-tama ia harus mengakui perbuatan dosanya (Imamat 5:5), kedua, ia harus mempersembahkan korban penebus salah (Imamat 5:6) dan korban bakaran (Imamat 5:7) dst.
Itulah peraturan tentang dosa yang tidak disengaja maupun yang tidak disadari versi Perjanjian Lama.
Tuhan Yesus bersabda bahwa Dia tidak membatalkan hukum Taurat melainkan menggenapinya, maka Dia sendiri yang sudah menjadi korban Penebus Salah, korban Pendamaian, bahkan "Korban Bakaran" melalui Baptisan Api yang sudah dijalani-Nya. Mudah-mudahan semua gereja mulai menyadari hakikat ini. Bahwa bagaimanapun, setiap dosa yang dilakukan, maka dosa itu harus diakui, karena menyembunyikan suatu dosa akan sangat merugikan diri sendiri, karena Tuhan Maha tahu. Lalu percayai bahwa Tuhan Yesus sudah melengkapi semua korban pendamaian, dan dengan iman bersyukur kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan diri-Nya sebagai korban pendamaian, sebagai korban penebus salah, sebagai korban penebus dosa.
Tuhan Yesus memberkati.
- mujizat's blog
- Login to post comments
- 9175 reads
Tidak membunuh = dosa
Ada beberapa pelanggaran taurat yang hukumannya mesti dibunuh. Dan yang membunuh adalah manusia lainnya.
Bagaimana jika kita tidak membunuh orang2 yang melakukan pelanggaran tersebut? Apakah kita juga sebaiknya minta ampun karena tidak melaksanakan eksekusi tersebut, karena itu artinya kita juga turut melanggar Taurat?
@PlainBread perlunya selami pikiran Kristus, saya rasa,...
PlainBread:
Ada beberapa pelanggaran taurat yang hukumannya mesti dibunuh. Dan yang membunuh adalah manusia lainnya.
Bagaimana jika kita tidak membunuh orang2 yang melakukan pelanggaran tersebut? Apakah kita juga sebaiknya minta ampun karena tidak melaksanakan eksekusi tersebut, karena itu artinya kita juga turut melanggar Taurat?
Muji:
Ya, ... itulah masalahnya.
Pernah terbersit dalam pikiran Muji, bagaimana dengan orang2 Israel zaman PL atau saat ini yang masih anut agama Yahudi (baca = Taurat follower) dgn patuh. Banyak pelanggaran yang diganjar hukuman mati: memukul orangtuanya sendiri, mengutuki ortu sendiri dll dan jemaah (umat) yang harus melakukan eksekusi, atau kalau tidak, maka umat dianggap berdosa juga.
Kalau Muji pikir, apakah dengan hukuman mati itu juga menebus semua dosa lainnya juga pada diri si terpidana tersebut? Kalau tidak, berarti dengan sebuah kesalahan saja, seseorang bisa dipastikan masuk neraka pada akhirnya,...
Muji sepertinya pernah baca koment Anda, sdr PlainBread, bahwa orang2 seperti kelompok Al Qaeda dan FPI sepertinya lebih condong penerus Taurat,...
Tetapi yang lebih menarik, tentu saja, adalah pikiran Yesus Kristus. Taruhlah contoh di Yohanes 8 tentang wanita yang ketangkep berzina, yang menurut Taurat hendaklah jemaah merajam wanita pendosa itu, namun kenyataannya Yesus justru menolong wanita malang itu, karena Yesus lah yang kelak akan menanggung hukuman mati pembuat dosa yang setimpal dengan hukuman mati, ketika orang tersebut menggantungkan sepenuhnya keselamatannya pada Yesus. Dalam contoh tersebut, memang hanya Yesus yang terbukti telah menyelamatkan wanita itu.
Paradigma Kristus inilah yang saya rasa PERLU lebih banyak mendapat perhatian, sehingga orang Kristen lebih menyadari Era Anugerah dalam Perjanjian Baru ini. Mengapa Yesus sepertinya melecehkan Taurat, padahal sebenarnya Juru Selamat manusia ini lah yang menggenapi hukuman pembuat dosa, termasuk di antaranya dosa yang ganjarannya setimpal dengan hukuman mati.
Jika kita dianggap berdosa karena tidak lakukan Taurat - dalam hal menghukum terpidana mati - maka kita sudah memiliki penanggung hukuman mati itu: Yesus Kristus. Tentu saja niat kita bukan untuk melanggar Taurat dalam hal itu, namun rasa belas kasihan yang lebih mendorong kita mencegah eksekusi tersebut.
Tuhan Yesus memberkati.
Mujizat
Tani Desa
@Muji Taurat dan Anugerah
Benar Muji. Pelanggaran akan semakin banyak karena jumlah hukumnya yang 600 lebih itu. Dan bukankah Yakobus menulis bahwa pelanggaran satu adalah pelanggaran seluruhnya?
Jadi menurut saya, kalau ada orang melanggar 1 hukum saja yang dilakukan selama 1 menit di 1 hari, sementara ada orang lain yang melanggar 600 lebih hukum yang dilakukan setiap hari seumur hidup, kedua orang tersebut sama2 bersalah.
Iya, saya pernah tentang berkomentar FPI dan taurat. Saya tidak akan segan2 dan bosan2 menghantam pemikiran orang kristen lain mengenai anugerah. Bukan apa2, karena saya menyadari arti anugerah itu. Kita sering terjebak ke dalam "harus ini, harus itu". Padahal tindakan dan perbuatan dan ketaatan kita menurut saya adalah buah.
Kalo pohon/bijinya saja belum ditanam atau belum tumbuh, kenapa orang dituntut untuk memberikan buah?
Kalo iman dan anugerahnya saja tidak/belum dialami seseorang, kenapa orang tersebut dituntut untuk harus ini dan harus itu? Bukankah itu membuat kita kembali tunduk di bawah hukum Taurat?
Terima kasih atas responsnya. Saya tidak/belum merespons alinea kedua pada komentar anda yang berbicara soal menebus dosa dan neraka, karena membuat saya merenung dan menimbulkan pertanyaan2 baru.
@PlainBread biji, benih, pohon, ranting, buah,...
PlainBread:
Kita sering terjebak ke dalam "harus ini, harus itu". Padahal tindakan dan perbuatan dan ketaatan kita menurut saya adalah buah.
Muji:
Genius. Sempurna. Jika buah itu ada, maka perbuatan dan ketaatan otomatis akan dihasilkan tanpa terintimidasi hukuman or kewajiban. Nature nya akan begitu.
PlainBread
Kalo pohon/bijinya saja belum ditanam atau belum tumbuh, kenapa orang dituntut untuk memberikan buah?
Kalo iman dan anugerahnya saja tidak/belum dialami seseorang, kenapa orang tersebut dituntut untuk harus ini dan harus itu? Bukankah itu membuat kita kembali tunduk di bawah hukum Taurat?
Muji:
Fair. In this case, benih = Firman Allah (Lukas 8:11). Benih bisa tumbuh sempurna menjadi pohon bila tertanam di tanah subur, konteksnya adalah untuk orang yang sesudah mendengar Firman lalu menyimpannya di hati (Lukas 8:15) dan mendisiplin diri mengacu Firman untuk arahkan perbuatan. Kegagalan Kristen hasilkan buah, Muji rasa karena memperlakukan Firman sebagai "masuk telinga kiri keluar lewat telinga kanan" atau semacam wacana saja.
Orang sering sebut : buah pertobatan, buah roh dan buah pelayanan. Dan buah-buah itu sebagai hasil keintiman, atau kedekatan dengan Yesus dan Firman, yang Muji rasa lebih diperjelas oleh Yesus bahwa umat-Nya ibarat Ranting dan Dia selaku pokok anggur. Kedekatan / keintiman dengan Yesus dibuktikan dengan mengasihi-Nya, realisasinya adalah melakukan perintah-Nya (Yoh 14:23) yang berarti lakukan perintah Bapa juga.
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)
Jadi, orang yang anggap bahwa buah2 itu dihasilkan dari latihan atau usaha sendiri - Muji setuju sekali dengan Anda - maka orang itu masih anut torah atau kembali ke torah, dan sebenarnya belum sadari makna Anugerah. Yang seperti inilah, Muji rasa, yang lebih mudah jatuh bangun.
Thanks,
Tuhan Yesus memberkati.
Mujizat
Tani Desa
sudah selesai
Muji :
Paradigma Kristus inilah yang saya rasa PERLU lebih banyak mendapat perhatian, sehingga orang Kristen lebih menyadari Era Anugerah dalam Perjanjian Baru ini. Mengapa Yesus sepertinya melecehkan Taurat, padahal sebenarnya Juru Selamat manusia ini lah yang menggenapi hukuman pembuat dosa, termasuk di antaranya dosa yang ganjarannya setimpal dengan hukuman mati.
tony:
saya suka bagian ini pak Muji
Joh 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
sudah lunas, sudah dijamin, sudah tersedia solusi, sudah tersedia....
salam
@Tony Paulo,... Yesaya 53 ayat 1 sering kelewatan,...
tony:
saya suka bagian ini pak Muji
Joh 19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai."Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
sudah lunas, sudah dijamin, sudah tersedia solusi, sudah tersedia....
salam
Muji:
Tepat sekali. Di zaman anugerah ini, semua sarana keselamatan jiwa sudah tersedia dengan melimpah.
Sudah lunas (hutang dosa yaitu hukuman), sudah dijamin (kemenangan lawan iblis n konco-konco nya), sudah tersedia solusi (kelemahan, cacat, kelainan, homosex,...), sudah tersedia ...
Namun sepertinya masih ada bertebaran kerikil-kerikil tajam yang menyebabkan umat belum pahami makna pengorbanan Yesus yang sebenarnya sudah selesaikan semuanya,... dan ada selubung di sana-sini yang menyebabkan umat masih gagal keluar dari jerat torah, sehingga sarana yang melimpah itu dibiarkan teronggok di surga dan baru sedikit yang mengambilnya dengan iman,...
Yesaya 53:1
Tani Desa
rekonsiliasi "spiritual warfare"
Muji :
Namun sepertinya masih ada bertebaran kerikil-kerikil tajam yang menyebabkan umat belum pahami makna pengorbanan Yesus yang sebenarnya sudah selesaikan semuanya,... dan ada selubung di sana-sini yang menyebabkan umat masih gagal keluar dari jerat torah, sehingga sarana yang melimpah itu dibiarkan teronggok di surga dan baru sedikit yang mengambilnya dengan iman,...
tony:
sepakat pak, saya pernah membaca buku karangan Dutch Sheets, mengenai sesuatu dosa dan kekejaman dari masa lalu akan membawa konsekuensi kepada suatu generasi, karena itu dibutuhkan semacam satu rekonsiliasi, dan rekonsiliasi itu ada di arena "spiritual warfare"
kalau pak Muji berkenan saya boleh minta pencerahan dari pak Muji mengenai hal tersebut, rekonsiliasi di arena "spiritual warfare"
terima kasih
salam
@Tony Paulo, rekonsiliasi dan spiritual warfare
tony:
sepakat pak, saya pernah membaca buku karangan Dutch Sheets, mengenai sesuatu dosa dan kekejaman dari masa lalu akan membawa konsekuensi kepada suatu generasi, karena itu dibutuhkan semacam satu rekonsiliasi, dan rekonsiliasi itu ada di arena "spiritual warfare"
kalau pak Muji berkenan saya boleh minta pencerahan dari pak Muji mengenai hal tersebut, rekonsiliasi di arena "spiritual warfare"
terima kasih
Muji:
Menurut hemat Muji, setiap kekejaman walau itu ditujukan kepada sesama atau suatu bangsa/ suku/ ras namun yang pada akhirnya merasakan kepedihan, ke pilu an tetaplah TUHAN. Sama seperti ketika saya mempunyai seorang anak yang - misalnya - diperlakukan dengan tidak semena-mena oleh seseorang, maka saya - selaku ayahnya - akan merasakan juga kepedihan oleh sebab hubungan bathin saya dengan anak,...
Sebuah contoh barangkali adalah kekejaman raja Saul kepada orang-orang Gibeon dimana Saul berniat membinasakan orang2 Gibeon ini sehingga kelompok "orang asing" minoritas ini nyaris tidak mendapat tempat di eks tanahnya sendiri. Dan baru di zaman raja Daud, bertahun-tahun sepeninggal Saul, bangsa Israel merasakan ekses dari "dosa kekejaman masa lalu" raja Israel pertama itu (2 Sam 21:1 dst)
"Bencana alam" berupa kelaparan 3 tahun berturut-turut itulah yang dipakai oleh TUHAN untuk mengingatkan DAUD perlunya pendamaian atau rekonsiliasi bagi bangsa Israel, sehingga "hutang dosa" dapat diselesaikan dengan cukup fair.
Secara umum, "kekejaman masa lalu" bisa terjadi pada nenek moyang keluarga kita, taruhlah misalnya dahulu ada sesuatu yang dirampas oleh nenek / kakek kita dari saudaranya, semisal mengenai pembagian warisan yang nggak adil, maka generasi berikutnya akan dapat mengalami akibat dari dosa masa lalu nenek moyang. Sekedar satu contoh saja. Yang lain, misalnya seorang Kristen (baca = umat Perjanjian Baru) yang keturunan koruptor dimana jalur ke atasnya, terutama si pelaku korupsi tidak pernah bertobat secara sungguh, maka rekonsiliasi perlu dilakukan oleh keturunannya.
Muji sepetinya kurang setuju jika "spiritual walfare" atau peperangan roh dilakukan secara membabi buta, misalnya jika dalam kasus kemiskinan atau musibah kelaparan, dilakukan perang roh dengan memerangi roh miskin atau roh melarat, saya rasa itu tidak tepat.
Namun Muji sangat-sangat setuju jika "spiritual walfare" dilakukan dalam bentuk pemulihan hubungan, yakni rekonsiliasi antara manusia dengan Yang Empunya Firman, yakni melalui pertobatan yang benar, dan - in this case - bukan dengan memerangi roh-roh jahat ,...
Wah, maaf jadi panjang,...
Sedikit lagi,...
Buah pertobatan juga melihat konteksnya, saya rasa. Dosa Zakheus misalnya, adalah dalam hal ketidak adilan semacam korupsi atau nyolong, maka buah pertobatannya dilakukan dengan mengembalikan sebanyak 4 kali lipat dari yang pernah dia rampas, sesuai aturan Taurat.
Di era Perjanjian Baru, saya rasa dapat disederhanakan. Yang dahulu suka mencuri, merampas, memeras, maka reality pertobatan dikerjakan dengan melakukan yang SEBALIKNYA , yaitu dengan memberi, bersedekah dan seterusnya, jadi berubah 180 derajat dari sebelumnya.
Salam,
Tuhan Yesus memberkati.
Mujizat
Tani Desa
@ muji
alo muji.. saya mo tanya nih.. ga ngerti.. haha...
Imamat 5:17-19
17 Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri.
18 Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan.
19 Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN."
saya bingung nih sama ayat ini. ayat 17 jelas, tapi pas 18 n 19 bingung. gimana mungkin orang yang berbuat dosa dan tidak mengetahuinya bisa membawa domba jantan bla bla bla...? kan orang itu ga tau. membawa domba kepada imam itu kan untuk menerima pengampunan. orang yang ga tau mana mungkin merasa salah....? konteksnya gimana sih? maklum lah yah, saya ini agak lemot.. hehe...
-Faith is trusting God, though you see impossibility-
@Teograce, sadar dosa ketika seseorang memberitahu dia,...
Tani Desa
@ muji, masih nanya..
kalo orangnya ga tau itu dosa? *ngeyel ga pertanyaan saya? hehehe...*
ini sih yang pernah saya pikirin beberapa saat lalu, kalo seseorang ga tahu kalo dia buat dosa, n ga ada yang kasih tau dia, gimana?
ada ga yah ayatnya yang seperti itu? heu6...
-Faith is trusting God, though you see impossibility-
@Teograce, pertanyaan yang mudah, tapi jawabannya sulit,...
Teograce:
kalo orangnya ga tau itu dosa? *ngeyel ga pertanyaan saya? hehehe...*
ini sih yang pernah saya pikirin beberapa saat lalu, kalo seseorang ga tahu kalo dia buat dosa, n ga ada yang kasih tau dia, gimana?
ada ga yah ayatnya yang seperti itu? heu6...
Muji:
Wadouh, kali ini Muji belum dapat ayatnya.
Tapi some how, TUHAN itu lebih adil dari POLANTAS. Ha haa,...
Kalau memang seseorang nggak menyadari bahwa dia pernah lakukan dosa? Tapi mungkin ada hati nurani yang memberi sinyal,...
Jika dia Kristen, saya yakin Roh Kudus yang akan mengingatkan. Contohnya adalah kasus kelaparan 3 tahun di Israel zaman Daud (2 Sam 21:1 dst) ketika Daud nggak sadar bahwa ada hutang dosa di keluarga Saul. Ternyata solusinya adalah: Daud bertanya kepada TUHAN, dan TUHAN menjawab dengan memberitahu hutang darah itu.
Muji yakin tidak ada hutang dosa yang tidak diketahui Roh Kudus, dan Roh Penolong ini bisa memberitahu dosa seseorang dengan 1001 macam cara, asalkan dia bersungguh hati bertanya kepada TUHAN. Memang Roh Kudus sepertinya the Silent Partner, namun Dia nggak tidur, tetapi siap memberikan pertolongan kepada siapapun yang mengasihi TUHAN.
Tuhan Yesus memberkati.
Mujizat
Tani Desa
@Oom Muji: permisii..
Oom Muji, tolong minta pencerahannya kalo ada waktu.. apa bedanya 'akibat' dari dosa nenek moyang dengan kutuk keturunan (berkaitan dengan dosa yang gak diketahui/gak disengaja)?
Gw selama ini sering binun karena keduanya sepertinya memiliki makna yang sama tapi cuma beda istilah doang..
Trus gw liat di komentar oom ke teograce tentang 'hutang': Yesus katanya sudah membayar hutang dosa kita di kayu salib jadi 'hutang' apa lagi yang harus kita benahi? Kalo Yesus sudah bayari hutang kita, bukankah yang dibayari itu juga termasuk hutang-hutang yang kita gak tau/gak sengaja buat?
Makasee sblumnya..
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@Hannah, kutuk yang sebagai akibat dosa nenek moyang,...
Hannah:
Oom Muji, ... apa bedanya 'akibat' dari dosa nenek moyang dengan kutuk keturunan (berkaitan dengan dosa yang gak diketahui/gak disengaja)?
Muji:
Shalom dear Hannah,...
Menurut pemahaman Muji, kutuk keturunan lebih dirasakan dalam kehidupan fisik, misalnya: kemiskinan. Dosa nenek moyang, entahkah itu dalam hal pernah lakukan ketidak adilan secara ekonomi dengan sesama maupun dosa lain yg pada hakikatnya telah begitu menyakiti hati Allah, sehingga hal itu "dibalaskan" pada kehidupan fisik anak keturunannya. Jadi pada akhirnya, "akibat dari dosa nenek moyang" dengan "kutuk keturunan" memiliki makna yang sama juga. Tetapi di hari penghakiman, yang melakukan dosa lah yang harus menanggung hukumannya, kecuali jika oleh kemurahan Tuhan, dosa-dosanya juga ikut ditebus oleh jasa Yesus Kristus.
Akan tetapi, jika anak keturunan hidup di bawah kutuk (hidup miskin), mampukah dia menjalani hidup dengan benar di hadapan TUHAN? Maka berdasarkan itulah TUHAN akan mengadili dia kelak. Jika seorang yang hidup di bawah kutuk, kemudian dia percaya kepada Yesus, maka ada dua kemungkinan yang Muji lihat bisa terjadi padanya: pertama, dia dibebaskan dari kutuk keturunan itu sehingga kehidupan fisiknya mulai berubah, misalnya dari miskin menjadi diberkati melimpah; atau kedua, ia tetap hidup di bawah kutuk sehingga hidup susah, namun jika di bawah kondisi ini pun dia tidak lakukan dosa, maka ia seperti seseorang yang direndam dalam baptisan api seumur hidupnya.
Hannah:
Yesus katanya sudah membayar hutang dosa kita di kayu salib jadi 'hutang' apa lagi yang harus kita benahi? Kalo Yesus sudah bayari hutang kita, bukankah yang dibayari itu juga termasuk hutang-hutang yang kita gak tau/gak sengaja buat?
Muji:
Mungkin kita dapat belajar dari Daniel (kitab Daniel pasal 9). Tokoh orang benar ini berdoa kepada TUHAN untuk memintakan ampun buat kesalahan dirinya, bangsanya dan nenek moyangnya, dan langkah Daniel ini sungguh terpuji di hadapan Allah.
Menurut Muji, bagaimanapun kita juga perlu meminta ampun untuk dosa kita yang tidak kita sadari, juga dosa nenek moyang kita dengan mengakui bahwa mungkin saja kita lakukan hal yang ngak kita sadari (merendahkan diri - hal yang sama juga pernah dilakukan Ayub untuk :kemungkinan" dosa anak-anaknya) dan mengakui juga dosa nenek moyang kita sekaligus meminta ampun buat mereka. Alkitabiah, karena kitab Daniel sudah memberi contoh untuk memintakan ampun dosa nenek moyang kita,...
Yesus memang sudah menyediakan Korban Tebusan secara menyeluruh, namun Dia membutuhkan pengakuan dosa kita, termasuk dosa yang mungkin tidak kita sadari ataupun yang tidak kita sengaja.
Sementara aku berbicara dan berdoa dan mengaku dosaku dan dosa bangsaku, bangsa Israel, dan menyampaikan ke hadapan TUHAN, Allahku, permohonanku bagi gunung kudus (Daniel 9:20)
Tuhan Yesus memberkati.
Mujizat
Tani Desa
@Oom Muji: permisi diperpanjang..
Muji: Menurut pemahaman Muji, kutuk keturunan lebih dirasakan dalam kehidupan fisik, misalnya: kemiskinan. Dosa nenek moyang, entahkah itu dalam hal pernah lakukan ketidak adilan secara ekonomi dengan sesama maupun dosa lain yg pada hakikatnya telah begitu menyakiti hati Allah, sehingga hal itu "dibalaskan" pada kehidupan fisik anak keturunannya. Jadi pada akhirnya, "akibat dari dosa nenek moyang" dengan "kutuk keturunan" memiliki makna yang sama juga. Tetapi di hari penghakiman, yang melakukan dosa lah yang harus menanggung hukumannya, kecuali jika oleh kemurahan Tuhan, dosa-dosanya juga ikut ditebus oleh jasa Yesus Kristus.
Hannah: Makasee untuk waktu dan penjelasannya, oom. Kalo akibat dosa nenek moyang ke kehidupan fisik itu contohnya kemiskinan, yang non fisik itu seperti apa, oom?
Maap nanya molo.. gw pengen coba singkronin pemikiran kita sblum gw lanjutin ke penjelasan oom yang berikutnya tentang pembalasan dosa keturunan dllsb.
Muji: Akan tetapi, jika anak keturunan hidup di bawah kutuk (hidup miskin), mampukah dia menjalani hidup dengan benar di hadapan TUHAN? Maka berdasarkan itulah TUHAN akan mengadili dia kelak. Jika seorang yang hidup di bawah kutuk, kemudian dia percaya kepada Yesus, maka ada dua kemungkinan yang Muji lihat bisa terjadi padanya: pertama, dia dibebaskan dari kutuk keturunan itu sehingga kehidupan fisiknya mulai berubah, misalnya dari miskin menjadi diberkati melimpah; atau kedua, ia tetap hidup di bawah kutuk sehingga hidup susah, namun jika di bawah kondisi ini pun dia tidak lakukan dosa, maka ia seperti seseorang yang direndam dalam baptisan api seumur hidupnya.
Hannah: Teori yang oom sebutin di atas cukup menarik.. istilahnya orang bisa aja uda percaya ma Yesus tapi hidupnya tetap menderita akibat dari dosa nenek moyang (istilahnya: baptisan api)? Kalo bole tau, apa ada tokoh dalam Alkitab yang bisa dijadikan dasar atau dikaitkan ke teori ini?
Alasan gw nanya2 adalah karena gw punya kenalan yang hidupnya ruwet banget. Usaha ini itu gak ada yang jalan ampe banyak hutang di sana sini dan dikejar-kejar polisi ampe di-blacklist gak boleh keluar negri. Dia sering didoain dan segala macam tapi tetap aja bisnisnya gak jalan biarpun dia coba usaha segala macam. Pendeta banyak bilang susahnya dia itu karena kutuk keturunan dllsb tapi gw binun aja dasarnya apa dan cara ngebedainnya gimana antara kesalahan nenek moyang VS kesalahan kita ndiri yang salah mengambil keputusan karena kalo mo ngomongin nenek moyang, siapa seh yang punya nenek moyang yang 100% suci? Pasti ada ajalah yang pernah dosa dan jaatin orang. Jadi yah bottom line, gw pengen tau aja batasannya apa dan ngebedainnya gimana.
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@Hannah,... mencari TUHAN first, maka berkat akan mengejar
Shalom,
Hannah:
Kalo akibat dosa nenek moyang ke kehidupan fisik itu contohnya kemiskinan, yang non fisik itu seperti apa, oom?
Maap nanya molo.. gw pengen coba singkronin pemikiran kita sblum gw lanjutin ke penjelasan oom yang berikutnya tentang pembalasan dosa keturunan dllsb.
Muji:
Maksud Muji begini:
Kalau seorang almarhum pada waktu meninggalnya masih menyisakan hutang dosa (seperti kisah dosa raja Saul di atas) maka anak keturunannya bisa menanggung derita fisiknya seperti: usaha gagal terus (sebab ngak ada penyertaan TUHAN oleh sebab dosa yang belum beres itu), dan kelemahan (misal penyakit degeneratif), lahir cacat dan sebagainya (see Mefiboset, keturunan Saul).
Bayi yang terlahir cacat bisa disebabkan pemakaian obat2an tertentu disaat sang ibu mengandung dia, misal kerana bayi itu tidak dikehendaki,... btw itu termasuk dosa juga.
Yang non fisik?
Kalau seorang almarhum pernah lakukan dosa membunuh (dan belum diselesaikan dengan baik hutang dosa ini) maka kelak di hari penghakiman, anak keturunannya tidak akan dihakimi oleh sebab dosa membunuh yang dilakuin moyangnya itu. Moyangnya itulah yang akan menanggung akibat dosa membunuh tersebut. Jadi itu soal akibat yang akan dialami orang di masa pasca kematian fisik.
Dosa Adam mewariskan kutukan fisik: perempuan melahirkan dengan susah payah (mohon jangan pakai argue model persalinan Caesar), anak keturunan Adam cari makan juga dengan berpeluh, tapi Habel tidak akan dihakimi Allah karena dosa Adam memakan buah terlarang,...
Hannah:
Teori yang oom sebutin di atas cukup menarik.. istilahnya orang bisa aja uda percaya ma Yesus tapi hidupnya tetap menderita akibat dari dosa nenek moyang (istilahnya: baptisan api)? Kalo bole tau, apa ada tokoh dalam Alkitab yang bisa dijadikan dasar atau dikaitkan ke teori ini?
Alasan gw nanya2 adalah karena gw punya kenalan yang hidupnya ruwet banget. Usaha ini itu gak ada yang jalan ampe banyak hutang di sana sini dan dikejar-kejar polisi ampe di-blacklist gak boleh keluar negri. Dia sering didoain dan segala macam tapi tetap aja bisnisnya gak jalan biarpun dia coba usaha segala macam. Pendeta banyak bilang susahnya dia itu karena kutuk keturunan dllsb tapi gw binun aja dasarnya apa dan cara ngebedainnya gimana antara kesalahan nenek moyang VS kesalahan kita ndiri yang salah mengambil keputusan karena kalo mo ngomongin nenek moyang, siapa seh yang punya nenek moyang yang 100% suci? Pasti ada ajalah yang pernah dosa dan jaatin orang. Jadi yah bottom line, gw pengen tau aja batasannya apa dan ngebedainnya gimana.
Muji:
Menurut hemat Muji, tidak semua penderitaan merupakan baptisan api. Untuk orang berdosa, itu bisa menjadi teguran or hukuman. Untuk orang yang memang sudah berlaku benar (contoh Ayub dan Yesus) barulah derita itu sebagai baptisan api.
Hannah benar, kegagalan usaha bisa disebabkan kesalahan diri sendiri, entahkah dia memang usaha ngak pakai perhitungan or ceroboh maupun karena dosa yang dia sendiri sehingga "berdiri berseberangan dengan Tuhan".
Namun Muji lebih yakin bahwa - jika itu bukan baptisan api dan bukan karena salah berusaha - maka setiap kegagalan usaha pastilah kerana tidak ada penyertaan TUHAN. Yakub begitu mudah memperoleh kekayaan dari menggembalakan domba2 Laban, mertuanya, lantaran selain dia cerdik, TUHAN juga menyertai Yakub.
Menurut hemat Muji, untuk kasus sahabat Hanna, pertama-tama akar masalahnya perlu dicari pada yang bersangkutan. Setiap orang tentu memiliki hati nurani yang ngak bisa bohong, apakah dia sudah berlaku benar di hadapan TUHAN, ataukah sebenarnya masih merupakan "pemberontak". Baru setelah memang terbukti bahwa akar masalah bukan dari dianya, mulai beranjak kepada kemungkinan kutuk warisan.
Ada lagi satu kemungkinan yang lain: apakah sahabat Hannah memang sudah "mencari kerajaan Surga dan Kebenarannya" lebih dahulu? Terkadang ada Kristen yang alasan beribadah supaya diberkati melimpah. Itu sebuah pijakan yang keliru. Better haus dan lapar akan TUHAN, sampai Dia menjadi berkenan kepadanya, dan jika sudah berada di bawah kondisi seperti ini, dalam pembelaan dan support TUHAN, sulitkah bagi TUHAN untuk memperkaya dia dengan berkat materi berlimpah?
Salam,
Mujizat
Tani Desa
Yuhuu oom Muji..
Muji: Kalau seorang almarhum pada waktu meninggalnya masih menyisakan hutang dosa (seperti kisah dosa raja Saul di atas) maka anak keturunannya bisa menanggung derita fisiknya seperti: usaha gagal terus (sebab ngak ada penyertaan TUHAN oleh sebab dosa yang belum beres itu), dan kelemahan (misal penyakit degeneratif), lahir cacat dan sebagainya (see Mefiboset, keturunan Saul).
Hannah: Gw jadi ingat sewaktu Yesus ditanya oleh murid-murid tentang seorang yang buta, apakah orang itu dilahirkan buta karena dosa orang tuanya atau dosanya sendiri. Yesus malah memberikan jawaban ketiga (bukan salah 1 dari kedua pilihan yang diberi murid-murid), seakan-akan Dia mencoba mengubah pola pikir murid-murid tentang konsep dosa keturunan..
Memang di Perjanjian Lama ada menyinggung sedikit tentang dosa yang berdampak kutuk kepada keturunan kesekian tapi yang sering bikin gw bingung adalah kenapa Yesus seakan-akan merubah pengertian dari dosa keturunan itu sendiri, yang kemudian dikukuhkan Rasul Paulus seperti tertulis di bawah ini:
Kalo kita sudah mati di dalam Dia, kutuk itu juga seharusnya sudah selesai karena kutuk itu cuma berlaku bagi orang yang masih hidup, bukan orang mati. Orang mati tinggal menunggu upah atau hukuman; orang mati tidak lagi hidup di bawah kutuk atau menderita akibat dari kutuk..
Bagaimana pendapat oom?
Mengenai kenalan gw itu, pendeta sering bilang masalah dia adalah dia menderita kutuk anak haram tapi yah itu, gw bingung aja gitu lho dan sepertinya kenalan gw juga capek kali mengikut Yesus karena ternyata percaya itu sama sekali gak cukup karena (kata pendeta) kita masih menanggung beban kita sendiri yang masih harus kita selesaikan. Jadi yang dibayari Yesus itu sepertinya cuma setengah-setengah aja karena ternyata kita masih punya hutang lain yang Yesus gak bayari waktu Dia disalib...
Muji: Yang non fisik?
Kalau seorang almarhum pernah lakukan dosa membunuh (dan belum diselesaikan dengan baik hutang dosa ini) maka kelak di hari penghakiman, anak keturunannya tidak akan dihakimi oleh sebab dosa membunuh yang dilakuin moyangnya itu. Moyangnya itulah yang akan menanggung akibat dosa membunuh tersebut. Jadi itu soal akibat yang akan dialami orang di masa pasca kematian fisik.
Hannah: Seperti yang gw singgung di atas, hukuman bagi si pelaku dosa menurut gw seh bukanlah sebuah kutuk tapi yah 'hukuman' atau upah yang dia terima entah semasa dia hidup atau di hari penghakiman kelak.
Hukuman atau upah itu menunggu semua orang yang hidup atau sudah mati.
Muji: Dosa Adam mewariskan kutukan fisik: perempuan melahirkan dengan susah payah (mohon jangan pakai argue model persalinan Caesar), anak keturunan Adam cari makan juga dengan berpeluh, tapi Habel tidak akan dihakimi Allah karena dosa Adam memakan buah terlarang,...
Hannah: Mengenai keturunan Adam yang harus bersusah payah mengolah bumi, menurut gw karena yang dikutuk itu tanah/bumi, bukan Adam atau pun keturunannya, oom. Adam dan keturunannya secara langsung jadi ikut menderita juga akibat kutuk kepada tanah/bumi itu karena dengan jatuhnya manusia dalam dosa, manusia harus menghidupi diri mereka sendiri jauh dari hadirat Allah.
Di antara ketiga pribadi yang terlibat dalam jatuhnya manusia dalam dosa, yang kena kutuk 'tambahan' cuma Hawa dan ular saja IMHO (in my honest opinion).
Note: Kutuk tambahan maksudnya kutuk selain kutuk kematian karena dosa..
Muji: Ada lagi satu kemungkinan yang lain: apakah sahabat Hannah memang sudah "mencari kerajaan Surga dan Kebenarannya" lebih dahulu? Terkadang ada Kristen yang alasan beribadah supaya diberkati melimpah. Itu sebuah pijakan yang keliru. Better haus dan lapar akan TUHAN, sampai Dia menjadi berkenan kepadanya, dan jika sudah berada di bawah kondisi seperti ini, dalam pembelaan dan support TUHAN, sulitkah bagi TUHAN untuk memperkaya dia dengan berkat materi berlimpah?
Hannah: Gw sering bingung mengenai yang di atas juga..
Ortu gw punya kenalan sepasang suami istri yang baik hati dan rajin pelayanan biarpun gak dibayar sama sekali ma gerejanya. Mereka hidup sederhana dari si suami yang bangun studio musik kecil-kecilan dan si istri yang usaha katering di rumah.
Si suami pernah cerai dari istrinya yang terdahulu yang abusive (verbal abuse) trus nikah lagi ma istri yang sekarang. Setelah nikah 10 tahunan mereka masih blum punya baby dan kata pendeta itu karena kutuk atau dosa zinah karena si suami yang dulunya pernah cerai.
Di lain kesempatan gw melihat kenalan ortu gw yang lain. Si suami selingkuh ma cewe yang separuh usianya sementara istrinya yang lebih berduit menghidupi si suami dan membayari kebutuhan si suami yang sepertinya menderita krisis paruh baya permanen (maap, ini sarkasme). Istrinya sering keluar negri membantu usaha sodara-sodaranya di LN jadi si suami senang-senang di Indo ma selingkuhannya sementara si istri gak di rumah. Si suami ke gereja setiap minggu malah pelayanan main musik dan melayani panggilan main musik segala biarpun orderan gak banyak. Tiap minggu si suami ke gereja bareng selingkuhannya dan hidupnya enak-enak.
Masih banyak hal-hal yang bikin gw sangat sulit menerima konsep bahwa hidup susah adalah karena gak adanya penyertaan Tuhan atau karena gak haus dan lapar akan Tuhan. Contoh lain adalah Ayub yang hidupnya susah biarpun dia senantiasa berusaha peka terhadap perintah Tuhan.
Selain itu gw juga melihat hidup gw sendiri seh, gw ini bukan orang baik-baik kalo dibanding ma abang gw yang kek saint kalo dibanding ma gw tapi abang gw malah sakit-sakitan ampe matek sementara gw yang kek gini malah hidup enak-enak, diberkati dan gak pernah sakit serius ampe harus nginap di RS (ini bukannya mengeluh lho).
Btw gak seperti abang gw yang susah makan karena punya masalah pencernaan, gw malah rakus tapi body gw tetap bahenol.
Jadi konsep yang oom bilang malah kok kebalik karena ternyata orang bejat (kek gw) malah lebih enak hidupnya daripada orang yang hatinya lebih bersih :-)
Harap pencerahan lebih lanjut ya, oom..
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@Hannah, kutuk keturunan
Hannah: Gw jadi ingat sewaktu Yesus ditanya oleh murid-murid tentang seorang yang buta, apakah orang itu dilahirkan buta karena dosa orang tuanya atau dosanya sendiri. Yesus malah memberikan jawaban ketiga (bukan salah 1 dari kedua pilihan yang diberi murid-murid), seakan-akan Dia mencoba mengubah pola pikir murid-murid tentang konsep dosa keturunan..
Bagaimana pendapat oom?
Tani Desa
Pak Muji
Hannah:
JESUS IS GOD
Ikut Yesus butuh kasih dan keseriusan ...
GODARMY:
Shalom,
Menurut Muji, ikut Yesus itu berat ataukah ringan sepertinya relatif. Semenjak dosa Adam, maka manusia terpuruk dalam perhambaan dosa. Untuk bangkit dari keterpurukan dibutuhkan kesungguhan, keseriusan dan berani bayar harga.
Yesus menjadi teladan bagaimana seriusnya Dia berusaha menjadi Penebus dari umat manusia yang dikasihi-Nya, dan - karena memang tidak ada pilihan lain - maka Dia mau bayar harga dengan nyawa-Nya demi keselamatan jiwa sahabat-sahabat-Nya.
Yesus tidak menjanjikan seluruh kenyamanan buat murid-murid-Nya, karena setiap orang yang mau mengikuti-Nya (baca = menjadi murid-Nya) dia harus mau sangkal diri dan pikul salib. Dua hal ini , yaitu sangkal diri dan pikul salib, adalah dua hal yang tidak ringan.
Penekanan Muji pada blog ini ialah tentang ketelitian sikap/perilaku hidup Kristen agar menjadi Kristen yang benar, yang berkenan kepada TUHAN, dan bukan sekedar kristen-kristenan. Teliti is better than ceroboh.
Ayat berikut sepertinya cukup menarik untuk kita renungkan kembali:
Matius 5:17-20
17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Yesus menjunjung tinggi hukum Taurat. Ahli2 Taurat dan Farisi faham benar hukum Taurat, dan mereka sangat peduli soal dosa dan pemberesannya.
Jika kehidupan keagamaan kita tidak lebih benar dari ahli Taurat dan Farisi, kita ngak bakalan masuk Kerajaan Surga (ayat 20).
Keseriusan akan membawa kita pada kehidupan kekristenan yang benar dan alkitabiah, sedangkan kasih kepada TUHAN akan meringankan langkah kita mengikuti jejak Yesus, sebab kuk yang dipasang Yesus di pundak kita itu enak, dan beban yang harus kita pikul itu ringan.
Salam,
Mujizat
Tani Desa
Pak Muji............... T.T
Pak Muji gampangnya gini, Ikut Yesus kan berarti orang percaya kan? anggaplah orang percaya itu berdosa/tidak......... tidak masalah, yg saya tanyakan.
JESUS IS GOD
GODARMY, koruptor yang bertobat perlu RESTITUSI,...
GODARMY:
Muji:
Sudah Muji jawab di atas. Jika kesadaran akan KUTUK keturunan sudah ada, dan PERMOHONAN ampun sudah dilakukan, dan "restitusi" sudah mulai dilakukan, mungkin dalam bentuk yang berbeda, maka kutuk keturunan akan hilang kuasanya alias lenyap.
GODARMY:
Muji:
Sekali lagi, sepertinya kita perlu melihat konteksnya. Jika kutuk keturunan itu menyangkut kasus pembunuhan, maka mempercayai Penebusan Yesus sebagai YANG TELAH MENJALANI HUKUMAN MATI buat dia cukuplah itu.
Namun kalau kutuk keturunan itu menyangkut soal merugikan orang lain secara materi, maka RESTITUSI perlu dilakukan, dan PB memberikan solusi yang lebih lunak dengan PERILAKU YANG BERUBAH, dari seorang koruptor atau maling, menjadi seorang yang rajin bersedekah dan memberi kepada yang berhak menerimanya.
GODARMY:
Pak Muji Hukum tidak sama dengan pengampunan/anugrah, bila menurut anda demikian yg dapat diartikan : bukankah kita hidup masih dibawah taurat dan belum dimerdekakan Kristus?..........berarti kita balik ke jaman musa dong, sedangkan orang percaya tidak hidup dalam hukum taurat. :s
Muji:
Menurut hemat Muji, kitab Imamat pasal 4 sudah gamblang menjelaskan bagaimana seseorang yang bersalah dapat menerima pengampunan. Pengampunan tersebut bukan gratis, sebab ia harus menyediakan lembu/domba sebagai korban penghapus dosa melalui imam yang mendamaikan dia dengan TUHAN lewat korban penghapus dosa itu.
Dalam konteks Perjanjian Baru, PENGAMPUNAN BUKAN SESUATU YANG GRATIS, artinya ada seseorang yang membayarnya, yaitu Yesus Kristus yang telah membayar kita dengan darah-Nya yang sangat mahal.
Kita lah yang secara gratis menerima pengampunan Allah, karena YESUS yang telah membayar harga pengampunan itu. Namun Yesus menuntut sesuatu dari kita: ketaatan kepada perintah-Nya.
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. (1 Yoh 1:9)
Sekalipun seseorang menyebut diri Kristen, namun jika ia berdosa dan tidak mengakuinya, maka Penebusan Yesus tidak berlaku baginya.
Jika masih ada yang kelewatan, kita lanjut lagi.
Salam,
Mujizat
Tani Desa
Pak Muji
Pak Muji saya gak bicara soal restitusi, ya semua harus menanggung hukuman tentang pembayaran/dipenjara dll, tapi yg saya tanya soal penbayaran dosanya :)
JESUS IS GOD
@GODARMY
Shalom,
GODARMY:
yg saya tanya soal penbayaran dosanya :)
Salam,
Mujizat
Tani Desa
Pak Muji
Kalo bagi saya kutuk keturunan bagi orang percaya tidak ada.
JESUS IS GOD
@GODARMY dengan hati orang percaya dan diselamatkan
GODARMY:
Muji:
Saya setuju dengan sdr GODARMY. Bahwa awalnya semua manusia mewarisi kutuk hukum Taurat (Gal 3:13), entahkah dia percaya kepada TUHAN ataukah atheis. Lalu, setiap orang yang percaya bahwa Yesus telah mati di salib untuk MENANGGUNG KUTUK Taurat, maka ia dibebaskan dari kutuk Taurat oleh sebab Yesus telah menanggung kutuk itu di kayu salib, seperti penjelasan sdr GODARMY.
Namun kalau orang tidak percaya bahwa Yesus telah disalib untuk menanggung kutuk Taurat, maka kutukan itu tetap ada, walau ia tidak percaya Yesus Kristus.
Salam,
Mujizat
Tani Desa