Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kisah Penggugat dan Pengacaranya
Didalam sebuah persidangan kita sering mendengar istilah Hakim, Jaksa, Pengacara, Terdakwa, Penggugat, Tergugat, Bukti, Saksi Kunci, Saksi Ahli dll. Untuk mencari kebenaran memang pengadilan lah tempatnya. Pengadilan adalah istilah atau konsep yang dimiliki oleh manusia yang sudah berumur sangat tua dan bahkan hampir sama dengan umur manusia itu sendiri. Pengadilan berevolusi terus hingga ke tingkat yang lebih modern seperti sekarang ini. Pengadilan sudah semakin canggih dan semakin "ADIL" dalam keputusannya dalam menetapkan kebenaran.
Dari istilah pengadilan sendiri kita ketahui bahwa prinsip dasarnya adalah mengambil keputusan yang adil. Memutuskan memakai baju Merah alih-alih baju Hijau adalah juga pengadilan. Saya menyebutnya pengadilan tingkat diri sendiri. Siapa Hakimnya? Hakimnya saya sendiri. Siapa Jaksanya? Jaksanya saya sendiri. Siapa Pengacaranya? Pengacaranya saya sendiri. Siapa Penggugat dan Tergugat? Saya Sendiri.
Persidangan Memakai baju Merah
Penggugat : Saya menggugat bahwa pemakaian baju merah tidak baik dan harus diganti
Tergugat : Saya memakai baju merah karena baju itu baik dan memberikan warna yang indah dipandang mata.
Bukti Penggugat : Saya kemaren malu karena teman2 menilai warna baju itu jelek
Bukti Tergugat : Orang tua dan sanak saudara saya mengatakan bahwa baju itu baik dan bagus bila saya pakai. Lagian baju itu akan dipakai untuk acara keluarga.
Pengacara Penguggat : Apakah saya tidak berpikir bahwa sanak saudara saya itu mungkin berbohong dengan mengatakan baju itu bagus?
Pengacara Tergugat : Saya percaya saudara saya tidak akan berkata bohong
Saksi Ahli (Armani) : -iklan baju giorgio Armani-
Jaksa : Saya menuntut agar tergugat dibebaskan memakai baju Merah
Hakim : Saya memutuskan bahwa saya akan memakai baju Merah
Saat ini banyak sekali pemahaman-pemahaman yang beredar di sekitar kita. Mulai dari yang sesat, sedikit sesat, super sesat dan super sesat sekali :). Bagaimana kita mengadili pemahaman itu? Ke pengadilan apa kita bawa perkara itu? Umumnya kita akan membawa pemahaman itu ke ranah pengadilan konsep/Ide. Apabila pada tahap pengadilan konsep/Ide sudah kalah maka tidak ada gunanya dibawa ke pengadilan yang lebih tinggi. Didalam ranah pengadilan konsep/Ide, dicari keputusan apakah konsep/Ide tersebut layak dipelajari dan diterima. Setelah itu masuk ke pengadilan Logika. Apabila Pengadilan Logika menang dengan keputusan yang sesuai dengan unsur-unsur kelogisan maka akan dibawa ke pengadilan Tingkat tertinggi yaitu Spiritualitas. Di tingkat ini JAKSA-nya galak abis. Biasanya akan diperhadapkan dengan masalah sosial dan HAKIM-nya moody :))
Setiap individu/person/oknum/makhluk yang memiliki Pikiran pasti memiliki pengadilan sendiri. Manusia, DEMI TUHAN, TUHAN, Super TUHAN, TUHAN dari SEGALA TUHAN memiliki pengadilan sendiri-sendiri.
Saya terkadang berpikir bagaimana bentuk persidangan TUHAN dari SEGALA TUHAN sang pencipta langit dan bumi dan segala penghuninya :)
Konsepnya : Penggugat, tergugat, pengacara, hakim, jaksa, saksi ahli, saksi kunci berasal dari diri-NYA sendiri :)
YH*H menggugat Manusia, YH*H membawa YESUS sebagai pengacaranya
MANUSIA sebagai tergugat membawa KRISTUS sebagai pengacaranya dan ROH KUDUS sebagai saksi AHLI.
YH*H sebagai JAKSA, YESUS KRISTUS sebagai HAKIM.
Ternyata mereka semua berasal dari TUHAN SEGALA TUHAN sehingga akhirnya TUHAN SEGALA TUHAN mengambil keputusan : mari kita buat langit baru dan bumi baru
Quid Est Veritas Kata seorang bajingan bernama PILATUS
- Veritas's blog
- Login to post comments
- 3654 reads