Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Hati-Hati Bencana Besar Sedang Terjadi di Indonesia
Terkejut juga ketika data Ditjen Badilag MA merilis angka 285.184 perkara berakhir dengan perceraian di Pengadilan Agama se-Indonesia. Itu berarti 781 pasangan bercerai setiap hari (detik.com). Atau kalau di hitung menit berarti setiap dua menit ada pasangan yang secara resmi bercerai. Belum lagi terhitung pasangan yang terpisah tanpa keputusan pengadilan Agama.
Bangsa kita sempat melewati berbagai bencana, dimulai dengan kebakaran hutan, tsunami dan berbagai gempa. Semua bencana itu memang memakan korban, tapi tidak sebanyak korban dalam perceraian. Kalau di rata-rata tiap pasangan memiliki satu anak, berarti korban perceraian tiap tahun adalah 855.552 (suami, istri dan anak). Korban-koran inilah yang juga menjadi cikal bakal korban-korban berikutnya karena luka yang tidak tersembuhkan. Suami dan istri yang bercerai masing-masing mencari jalannya sendiri dengan lukanya. Anak-anak yang juga masa depan bangsa bertumbuh dalam kenyataan kerapuhan dan kebingungan ikut ayah atau ibu atau dua-duanya tidak diikuti dan akhinrya pilih jalan sendiri.
Padahal zaman sekarang rasanya tidak ada orang menikah tanpa perasaan suka sama suka atau cinta. Penulis langsung mengenang zaman Siti Nurbaya yang konon menurut cerita mereka menikah karena dijodohkan, bahkan terkadang tidak mengenal pasangan sebelumnya. Anehnya para orang tua kita tidak terpikir untuk bercerai. Yang lebih menyedihkan, sumber lain menyebutkan, angka perceraian saat ini meningkat justru sejak zaman reformasi. Mungkin para wanita sudah mulai mengerti hak nya. Apalagi KDRT mulai sering dimunculkan melalui berbagai seminar. Penulis bukan menyetujui adanya KDRT, tapi yang jadi masalah adalah kesadaran akan hak ditingkatkan, tapi KESETIAAN makin hancur.
Keluarga adalah bagian dari masyarakat terkecil yang kalau terkumpul maka terciptalah masyarakat yang besar hingga menjadi sebuah negara. Kokohnya sebuah bangsa tidak lepas dari topangan keluarga-keluarga. Kalau keluarga sudah mulai keropos, apa ini bukan suatu suatu bencana besar?
Mungkin suasana Natal ini menjadi waktu yang tepat bagi keluarga-keluarga untuk kembali merenungkan dan menerima satu sama lain sebagaimana Allah juga mau menerima kita yang berdosa ini. Yesus datang membawa damai. Damai antara Allah dengan manusia, manusia dengan manusia, suami dan istri.
Salam damai
Johan Kusmanto
- imcmedia's blog
- Login to post comments
- 4293 reads
Tuhan membenci perceraian
dan saya juga membencinya sangat
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Pak Pendeta, Anda Bahagia?
Pak pendeta, anda sudah menikah bukan? Bagaimana dengan rumah tangga anda? Anda menikahi wanita yang INGIN anda nikahi atau menikah dengan wanita yang MAU diajak MENIKAH dan melupakan wanita yang INGIN anda nikahi?
Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, bila rumah tangga anda TIDAK bahagia, maka percuma kuatir tentang JUMLAH perceraian di Indonesia. Bila kehidupan rumah tangga anda bahagia, sebaiknya anda AJARKAN kepada jemaat CARA membina rumah TANGGA yang bahagia. Itulah SATu-SATUNYA CARA untuk MENCEGAH perceraian.
bukan MENYURUH pasangan TIDAK CERAI namun MENGAJARKAN CARA untuk menjalani kehidupan Rumah TANGGA yang bahagia.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
pengalaman pribadi kayaknya
Keluarga bahagia di mana-mana sama saja; konon ada polanya. Tapi keluarga berantakan punya keunikan sendiri-sendiri.
Berhubung belum nikah, saya ingin tahu polanya.
The secret of a happy marriage remains a secret
buat @YP yang belum menikah:
You have two choices in life: You can stay single and be miserable, or get married and wish you were dead.
just kidding
No man is a man who does not make the world better
takut kawin
Pacar saya takut kawin dan takut punya anak.
Jadi situasi masih aman terkendali
@johan, bencana terbesar adalah terlalu banyak pernikahan
dlm pengamatan gw, bencana terbesar BUKAN perceraian itu, tp alasan-alasan yang mendasarinya : rumah tangga tanpa tujuan yang jelas, rumah tangga tanpa pengikat/prinsip yang disepati, relasi yang tak seimbang, sifat pelit, sifat angkuh, sifat cuek, tak mau belajar, tak toleran, tak mau mengendalikan nafsu, tak mau/mampu mengenali diri sendiri, tak mau/mampu mengenali karakter pasangan, manja, mau benar sendiri,...
bencana terbesar adalah terlalu banyak pernikahan dimasuki tanpa perjanjian kontrak yang jelas dan disepakati oleh kedua belah pihak. perceraian terjadi karena ada yang melanggar pasal kontrak yang (dirasa) tak pernah dibuat atau yang sejak awal tak mungkin dipenuhi oleh pihak-pihak yang menikah.
daripada mencegah perceraian, lebih baik mengendalikan pernikahan....
------- XXX -------
@ Guestx, terlalu banyak anak
[ daripada mencegah perceraian, lebih baik mengendalikan pernikahan.... ]
Setuju banget, pernikahan memang harus dikendalikan.
Selain itu bagi yg sudah nikah, kelahiran anak juga harus dikendalikan, jangan bikin anak banyak-banyak, tapi tidak mampu membiayai... Kasihan anak-anaknya.
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...