Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Insiden Kejepit Pintu tak Menghapus Sukacita Pelayanan
Kelelahan perjalanan darat dan insiden kejepit pintu mobil seakan tidak ada artinya saat kami mendapat sambutan yang antusias dari peserta seminar bertajuk "Cara Jitu Bikin Seru Sekolah Minggu" di GKI Diponegoro, 27 Nopember 2011. Acara yang diselenggarakan oleh PT Gloria Usaha Mulia bekerja sama dengan Komisi Anak GKI Diponegoro ini dihadiri oleh 143 guru sekolah minggu dari berbagai gereja di Surabaya, Pandaan, Gresik dan Mojokerto.
****
Sabtu pagi, 26 Nopember, saya masih pontang-panting menyiapkan contoh untuk alat peraga sembari mengantar dan menjemput Kirana, si sulung, di TK. Pukul 14, akhirnya selesai packing baju dengan dibantu isteri. Saya putuskan untuk tidur sebentar untuk menghilangkan sakit di kepala dan leher yang tegang-tegang. Meski hanya tidur 30 menit, ternyata cukup ampuh untuk memulihkan tenaga. Pukul 15;10, saya sudah berada di atas kereta Pramex menuju stasiun Balapan, Solo. Mas Agus sudah memesankan tiket KA Sancaka sore, tapi ternyata kereta ini tidak berhenti di stasiun Klaten. Maka saya memutuskan untuk naik dari stasiun Balapan, Solo.
Sebelum naik Pramex saya membaca tulisan spanduk di stasiun bahwa jumlah tiket Pramex dibatasi sesuai kapasitas kursi demi kenyamanan penumpang. Ternyata itu hanya janji palsu. Pramex ungu yang saya tumpangi ternyata masih berjubel. Jumlah antara penumpang yang berdiri masih lebih banyak daripada yang duduk.
Sesampai di Solo, saya masih menunggu 1 jam lagi. Meski masih kenyang namun iseng-iseng, saya membeli roti canai atau roti maryam yang dijajakan di stasiun. Harganya Rp. 2.500,- Rasanya tidak terlalu istimewa. Sekitar pukul 17:30, kereta yang akan saya tumpangi sudah masuk di stasiun. Di kereta ini, mas Agus dan mbak Tina sudah menumpang dari stasiun Tugu, Jogja. Tidak banyak yang kami bincangkan selama di atas kereta karena mereka tampak mengantuk. Perjalanan cukup lancar. Namun saat sampai di stasiun Mojokerto, kereta berhenti cukup lama. Terlalu lama untuk ukuran kereta eksekutif. Karena penasaran, saya turun dan bertanya kepada kondektur kereta.
"Ada kabel listrik yang putus dan menghalangi jalur kereta," jelas kondektur,"kami tidak mau ambil risiko, demi keselamatan kereta." Dari arah Surabaya, juga ada kereta barang yang juga terhalang.
Karena hambatan itu, kereta terlambat tiba di tujuan selama lebih dari 1 jam. Sesampai di stasiun Gubeng, kami dijemput oleh karyawan Gloria cabang Surabaya.
"Kita mau makan apa?" tanya mas Agus.
"Apa saja, manut," jawab saya.
"Bagaimana kalau bebek gorang?" tawarnya.
Biasanya jika ditawari bebek goreng, saya menolak karena di Klaten sudah terlalu sering makan bebek goreng. Namun karena sudah capek dan mengantuk, saya pikir makan apa saja boleh. Yang penting kenyang dan bisa segera beristirahat.
Sepanjang perjalanan, saya melirik mbak Tina masih meneruskan tidur di mobil. Tampaknya dia memang kurang tidur. Mas Agus yang duduk di depan juga berkali terbatuk-batuk. Dia sebenarnya baru saja pulang dari Makasar sehingga belum sempat istirahat.
Sesampai di warung penjual bebek goreng, ternyata sudah penuh pengunjung. Mas Agus mengusulkan supaya dibungkus dan dimakan di kantor cabang Gloria. Kami setuju. Ternyata perjalanan dari stasiun,cari makan, hingga ke kantor Gloria memakan waktu yang cukup lama. Lebih dari 60 menit. Sesampai di Simpang Darmo Permai, mbak Tina langsung masuk kamar dan meneruskan tidur. Dia sudah tidak punya keinginan untuk makan lagi. Sementara saya masih sempatkan untuk menyantap nasi ayam goreng (Untunglah ada menu ayam di warung makan itu). Setelah itu bergegas merebahkan diri. Sementara itu, mas Agus masih punya satu agenda lagi yaitu kerokan.
****
Kejutan
Istirahat semalam ternyata dapat memulihkan kembali tenaga yang dibutuhkan untuk menjadi fasilitator. Bangun pukul 7 pagi saya langsung memberikan sentuhan akhir pada tayangan powerpoint. Setelah itu buru-buru mengeprint makalah untuk diperbanyak, sebab ternyata makalah yang sudah saya kirimkan 2 hari sebelumnya, belum sampai ke tangan panitia lokal.
Pukul sembilan, kami dijemput mas Nanang, lalu diturunkan di sebuah depot makanan untuk sarapan. Sementara itu, dia bergegas ke tukang foto kopi untuk memperbanyak makalah. Tanpa terasa waktu terus memburu kami. Sesampai di GKI Diponegoro, ibadah yang dimulai pukul 10 baru saja usai. Para panitia buru-buru menyiapkan tempat, karena seminar akan diselenggarakan di gedung gereja, bukan di gedung pertemuan. Kami hanya punya waktu dari pukul 12 sampai pukul 15. Tidak boleh lebih dari itu, karena setelah itu gedung gereja akan digunakan lagi untuk beribadah. Ternyata ada kejutan.
Saat melihat pengaturan tempat duduk, saya menyadari bahwa tidak mungkin mengubah tempat duduk peserta. Padahal permainan yang saya siapkan dari rumah membutuhkan ruang yang lapang. Saya harus memutar otak untuk mencari icebreaker yang baru. Puji Tuhan, akhirnya ide pun muncul. Saya segera minta bantuan panitia untuk memotong-motong benang wol sepanjang 1 meter, sebanyak jumlah peserta.
Tepat pada tengah hari, Seminar ini diawali dengan menyanyi bersama dengan gerakan. Berikut ini rekaman videonya:
Setelah sambutan-sambutan, maka giliran saya untuk mengawalinya dengan icebreaker. Sebelumnya, saya memperkenalkan lembaga yang sedang kami rintis bersama mbak Tina, mas Arie, mbak Niken dan teman lainnya. Kami sedang membidani sebuah lembaga yang mengambil spesialisasi di bidang pelayanan anak. Kegiatan yang kami lakukan adalah menerbitkan buku dan renungan anak, pelatihan menulis, pelatihan guru sekolah minggu dan berjejaring. Kami juga sedang merancang program "1000 Alat Peraga Gratis" yang akan disumbangkan kepada guru-guru di daerah, yang selama ini kesulitan mendapatkan alat peraga.
Setelah itu, benang-benang wol yang sudah dipotong-potong tadi saya bagikan kepada peserta. Masing-masing peserta mengikatkan tali pada kedua pergelangan tangan setelah sebelumnya saling menautkan tali. Tugas mereka adalah membebaskan tautan tanpa melepas tali pada pergelangan tangan. Seperti inilah suasananya:
Setelah suasana menjadi segar, giliran mbak Tina menyampaikan materi. Mula-mula mbak Tina mewawancarai seorang ibu yang selama 43 tahun masih aktif mengajar.
"Lebih sulit mana? Mengajar zaman dulu atau zaman sekarang, tante?" tanya mbak Tina.
"Lebih sulit zaman sekarang karena tantangannya semakin kompleks," jawabnya.
Mbak Tina kemudian menguraikan berbagai tantangan eksternal yang dihadapi oleh dunia pelayanan anak. Kemajuan teknologi ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi bermanfaat bagi manusia, namun di sisi lain dapat menjadi jerat yang mecelakakan. Dia mencontohkan kemudahan akses internet telah menyebabkan banjir informasi dan hiburan. Sayangnya, konten informasi tersebut tidak semuanya aman bagi anak-anak. Demikian juga tayangan-tayangan di televisi yang tidak edukatif, pemuh kekerasan, menjual mimpi dan mendorong konsumtivisme adalah bagian dari tantangan bagi dunia pelayanan anak zaman sekarang.
"Kita tidak mungkin melarang anak-anak untuk mengakses internet atau menonton TV," papar mbak Tina. "Yang bisa kita lakukan adalah memperlengkapi anak-anak sehingga mereka memiliki filter yang mampu menyaring dan menyerap informasi yang bermanfaat bagi dirinya." Tak lupa mbak Tina juga menyertakan tips-tips praktis yang diambil dari buku yang ditulisnya, yang berjudul "100 Tips Mengajar Sekolah Minggu."
Menyampaikan materi antara pukul 12 sampai pukul 3 sore adalah jam-jam yang penuh tantangan. Peserta harus dicegah larut dalam kebosanan dan kebal dari serangan rasa kantuk. Untuk itu, saya melontarkan jurus sulap. Saya mengajarkan beberapa trik sulap sederhana yang dapat digunakan di kelas sekolah minggu.
Tanpa terasa waktu yang disediakan sudah hampir habis. Setengah jam terakhir, kami manfaatkan untuk sessi tanya-jawab. Para peserta tampak antusias dalam mengajukan pertanyaan. Sayang, waktu tak bisa ditawar lagi. Kami harus mengakhiri acara karena gedung harus segera dibersihkan untuk ibadah sore. Meski seminar sudah ditutup, masih ada beberapa guru sekolah minggu yang mengajak mengobrol.
Melihat antusiasme mereka, maka kami mendapat suntikan semangat untuk meneruskan panggilan pelayanan di dunia pelayanan anak-anak. Kami berharap Tuhan memberikan kesempatan untuk kembali lagi ke Surabaya. Kami melihat masih banyak guru sekolah minggu yang ingin sharing pengalaman pelayanan mereka namun belum mendapat kesempatan karena keterbatasan waktu.
***
Kejepit Pintu Mobil
Usai acara, kami tidak bisa berleha-leha. Ada kereta yang harus dikejar. Maksudnya mengejar jam keberangkatan kereta. Mbak Tina dan mas Agus harus naik kereta pukul 6 sore. Sebelum pulang ke kantor cabang Gloria, mbak Tina ingin membeli oleh-oleh lebih dulu. Saat masuk kembali ke dalam mobil, tangan saya berpegangan pada pinggir pintu mobil depan. Mas Agus Endar yang sedang sibuk menelepon tidak menyadari posisi tangan saya. Dia menutup pintu mobil sehingga ujung jari tengah dan jari manis terjepit pintu.
"Aduh, tanganku kejepit," teriak saya spontan.
Mas Agus Endar kaget. Dia buru-buru membuka kembali pintu mobil sehingga jari tangan saya terlepas. Mas Agus Endar tampak merasa sangat bersalah. Dia berkali-kali meminta maaf.
"Sudah nggak apa-apa. Sebentar juga sembuh," hibur saya. Untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah peradangan maka kedua jari sakit itu saya tempelkan minuman kaleng yang dingin. Kebetulan saya baru saja membeli minuman kaleng dingin karena terlalu bersemangat menyampaikan materi sehingga lupa minum.
Sesampai di kantor cabang Gloria, k ami hanya punya waktu 30 menit untuk mandi. Setelah itu bergegas meluncur ke stasiun Gubeng. Pukul 17:30, mbak Tina dan mas Agus masuk ke stasiun. Aman! Giliran berikutnya adalah mengantarkan saya ke kantor travel. Saya memilih pulang naik travel karena tidak ada kereta eksekutif yang berhenti di Klaten.
Karena masih ada waktu, maka masAgus Endar mengajak saya mampir di Bumbu Desa untuk makan malam. "Saya baru sadar ternyata seharian ini belum makan nasi," kata mas Agus Endar. Begitu sibuknya mengurus seminar ini sehingga dia belum sempat sarapan dan makan siang.
Menurut jadwal, mobil travel ke Jogja berangkat pukul 19. Travel yang saya gunakan ini cukup terkenal. Di kantornya, dipampangkan berbagai macam award yang pernah diterima perusahaan ini. Kenyataannya, mobil jemputan ini terlambat 2 jam. Setelah itu masih menjemput empat penumpang lagi di dua tempat. Sasaran jemputan berikutnya adalah di jalan Darma Husada Raya.
Saat mobil berjalan, saya mendengar suara perempuang empuk: "300 meter lagi belok kanan", "Ambil belokan ke kanan", "100 meter lagi sampai di perempatan", 'Ambil jalan yang ke kiri."
Oh ternyata suara itu berasal dari alat GPS yang dipasang di dasbord sopir. "Wah mobil ini menggunakan alat canggih sebagai navigasi," batin saya. Dengan bantuan alat ini, maka alamat calon penumpang dapat ditemukan lebih cepat. Tapi apa yang terjadi? Peta yang tidak akurat ternyata justru membingungkan sopir. Alih-alih mengandalkan GPS, sang sopir malah berkali-kali bertanya arah pada tukang parkir, satpam, pemulung, preman dan pedagang kaki lima. Maka muncul kejadian lucu, GPS memerintahkan belok kanan, sopir malah belok kiri. GPS memberikan arah ke kiri, sopir malah ambil kanan. Akibatnya selama 1 jam lebih kami memutar-mutar mencari satu alamat. Sopir yang dibekali dengan handphone untuk menghubungi penumpang. Namun itu pun tidak banyak membantu.
"Saya bukan orang Surabaya," kilah sopir travel.
Dalam suasana seperti itu, wajar jika penumpang merasa kesal, namun saya memutuskan untuk menikmati perjalanan muter-muter Surabaya itu.
Pukul sebelas malam, barulah kami meluncur keluar kota Surabaya. Saya rebahkan sandaran kursi untuk beristirahat. Sesampai di Saradan, Madiun, waktu sudah lewat tengah malam. Saya sudah tidak punya selera untuk makan atau sekadar minum teh hangat. Saya memanfaatkan waktu istirahat itu untuk perenggangan dan pelemasan otot. Selepas istirahat, muncul masalah baru. Kipas AC ngadat. Untunglah (orang Jawa selalu beruntung kan!) perjalanan pada malam hari sehingga udara tidak terlalu panas,
Pukul 5, akhirnya saya sampai di Klaten. Setelah mandi air hangat, saya meneruskan tidur lagi.
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 5027 reads
hmmm
hmmm
Yang di kasihinya:
Nugraha Suprana
http://karnakasihnya.wordpress.com/about/