Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Rumor di SS Terbukti Benar

Purnawan Kristanto's picture

Setelah sekian lama menjadi rumor di Sabdaspace, maka tabir kebenaran itu pun terkuak. Sebelumnya tersiar desas-desus bahwa ada dua orang jemaat yang berusaha menghamili pendetanya. Yang satu berhasil, dan yang satu sedang dalam perjuangan.

Namun sesuai dengan hukum komunikasi dari mulut ke mulut [eh sebenarnya yang lebih tepat itu “komunikasi dari mulut ke telinga” sebab kalau dari “mulut ke mulut” berarti berciuman dong], “semakin panjang rantai komunikasi maka semakin besar bias pesan.” Benar juga.  Entah siapa yang menjadi pelakunya, tiba-tiba desas-desus itu bermutasi menjadi “ada pendeta yang menghamili jemaatnya.” Akibatnya ada satu blogger yang menjadi korban dri rumor ini. Karena penasaran dengan gosip ini blogger kemudian bertanya ke beberapa blogger di Sabdaspace, tetapi tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan karena memang asal-usul gosip itu memang bukan demikian.



Kembali ke topik utama. Pada tanggal 11 September 2011, pukul 7:55 WIB, kebenaran atas rumor itu tersingkap seiring dengan lahirnya seorang bayi perempuan dari rahim seorang pendeta di Klaten. Pendeta itu adalah isteri saya, yaitu Pelangi Kurnia Putri. Selama ini, ada orang mengenalkan saya pada orang baru, maka orang tersebut akan mengatakan, “Bapak ini adalah jemaat paling kurang ajar di gereja karena berani menghamili pendeta. Tidak hanya sekali, tapi malah dua kali” Tentu saja menghamili secara halal dan sah.

Semula dokter menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL) jatuh pada tanggal 8 September, dengan catatan bisa maju atau mundur. Anak pertama kami ternyata lahir 10 hari lebih awal dari perhitungan dewan isbat eh HPL. Itu sebabnya, sejak awal September, isteri saya sudah mengambil cuti dan kami pun mulai berdebar-debar. Hari berganti hari dalam penantian. Tanggal 8 pun terlewati tanpa ada gejala-gejala akan terjadi persalinan. Hari Jumat, tanggal 9 bulan 9, yang bertepatan denga Haornas dan ulangtahun SBY, ternyata sang jabang bayi masih tetap kerasan di dalam perut mamanya.

Sabtu pagi, 10 September, kami memeriksakan diri ke dokter Usman. “Menurut hasil pemeriksaan, volume ketuban sudah berkurang. Sebaiknya kelahirannya dipacu. Mau hari ini atau besok?” saran dokter spesialis kandungan itu.

Kami memutuskan secepatnya saja. Buat apa menunggu lagi. “Kalau begitu, silakan pulang untuk berkemas-kemas, setelah itu langsung menuju rumah sakit,” lanjutnya sambil menuliskan surat pengantar.

Sesampai di rumah, kami tidak berkemas-kemas lagi karena semua perlengkapan sudah masuk ke dalam koper. Kami justru mengisi perut. Kami sengaja memilih rumah bersalin yang terdekat dengan rumah, yang jaraknya jika ditarik garis lurus kurang dari 500 meter. Begitu sampai di rumah sakit, Pelangi segera diperiksa oleh dokter jaga. Ternyata tekanan darahnya melonjak drastis menjadi 130/90. Padahal tiga jam sebelumnya, tekanan darahnya normal.

“Tekanan darahnya tinggi nih, “kata dokter, “Ibu takut ya?”

“Sedikit,” jawab Pelangi sambil nyengir. Menurut pengakuannya, begitu mendengar bahwa dokter akan memacu proses kelahiran, dia memang merasa khawatir. Menurut kabar yang didengarnya, jika dipacu, maka rasa sakit persalinan akan lebih berat. Itu yang membuatnya cemas.

Sampai tengah hari, Pelangi terbaring di ruang persalinan. Selepas pukul 15, dia boleh kembali ke kamar di rumah sakit karena kondisinya stabil.

Sabtu petang, Pelangi kembali masuk ke ruang persalinan untuk diobservasi. Perawat menempelkan alat di perut Pelang untuk mendeteksi detak jantung bayi. Suaranya mirip dengan derap kaki kuda yang berlari. Mulai ada kemajuan, dari bukaan II menuju III. Perawat menyuntikkan obat untuk memperlunak jalan lahir. Kami berada di ruang persalinan ini sekitar satu jam. Saat itu ada dua orang lagi yang juga berada ruang persalinan itu. Satu ibu mengerang kesakitan sambil mengomel-omeli suaminya. Satu orang lagi justru kebingungan mencari suaminya. Sejak masuk ke dalam ruang persalinan, suami ibu ini memang terlihat cuek. Dia justru asyik memainkan gadget game yang dibawanya. Saat kami masih sama-sama di ruang tunggu, suami ini dipanggil-panggil oleh perawat tapi dia tetap larut dalam permainan. Sampai akhirnya saya colek dia, “Mas, dipanggil perawat tuh” Barulah dia menanggapi panggilan itu.  Saat isterinya ada di ruang persalinan, sang suami ini malah pergi ke luar (Rumah sakit ini mengizinkan san suami mendampingi isterinya selama proses persalinan). Barangkali suami ini tidak tega mendegarkan rintihan sang isterinya. Maka sebagai pelampiasannya, dia menenggelamkan diri dalam game. Saya sendiri juga kadang salah tingkah karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk meringankan penderitaan isteri. Akan tetapi saya rasa kehadiran saya di sampingnya itu sudah sangat menghiburnya.

Malam merambat ke puncaknya, tetapi tidak ada kemajuan signifikan. Kami disuruh kembali ke kamar. Rasanya baru saja tertidur ketika tiba-tiba telepon kamar berbunyi. Minggu pagi, pukul 4 kami disuruh pergi ke ruang persalinan lagi. Ternyata belum ada kemajuan. Karena sudah terlalu lama, dokter menyarankan supaya kelahirannya dipacu. Kami dipacu. Untuk itu sebelumnya kami harus menandatangani persetujuan tindakan medis ini. Jika terjadi apa-apa, maka kami tidak boleh menuntut pihak rumah sakit. Apa boleh buat!

Pukul 4:30, perawat memasang jarum infus di tangan Pelangi. Cairan ini akan menginduksi kontraksi rahim. Tetes-tetes cairan infus perlahan-lahan mengalir masuk. Melihat laju tetesan ini, rasanya cukup lama untuk menghabiskan satu kantong. Saya memutuskan untuk kembali ke kamar dan tidur, setelah sebelumnya meninggalkan HP pada Pelangi. Dua jam kemudian, saya terbangun karena panggilan HP dari isteri saya. Saya bergegas masuk ke ruang persalinan dan mendapati Pelangi sudah mengerang menahan sakit kontraksi rahim. Perawat berulangkali memberi pesan supaya jangan mengejan lebih dulu.

Pukul 7:30, dokter Usman masuk ke ruang persalinan. Para perawat sudah menyiapkan peralatan dan bersiap.  Dokter Usman memberi aba-aba kepada Pelangi untuk mengejan. Hanya dalam hitungan detik, maka pukul 7:55 WIB lahirlah anak kedua kami. Proses persalinannya jauh lebih cepat daripada anak pertama.

 Anak kedua ini kami beri nama Prasada Iswara Nitara Kyrea. Artinya, “Anak anugerah yang berakar di dalam Tuhan.” Berat 3,3 kg. Panjang 47 cm.

Sesaat setelah lahir, Kyrea diletakkan di dada mamanya untuk inisiasi menyusui dini

Umur 5 hari

Gelang rumah sakit

Umur 5 hari

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Daniel's picture

PINK

hahaha... ternyata sudah punya satu PINK masih kurang puas, bikin satu PINK lagi :)

selamat mas Wawan!

Viesnu's picture

Mirip

Mirip mbakyunya bangettt... cantikkk...

5 hari aja sudah narsis dan bisa pose genit.. hahahahaha

__________________

Lovepeace..uenak..

tilestian's picture

wow... akhirnya

Selamat ya, Pak Wawan ... dapat momongan lagi Laughing 

Akhirnya, rasa  berdebar-debar itupun membuahkan hasil yang menakjubkan ...  duh, senangnya ... SmileSmile

 

 

__________________

God's will be done Smile

Love's picture

Selamat Pak Wawan ... :) Ikut

Selamat Pak Wawan ... :) Ikut senang ... mirip Kirana wajahnya, tapi pastinya dia akan punya keunikan tersendiri yang berbeda dengan kakaknya ... itu akan jadi petualangan seru selanjutnya :) Selamat sekali lagi :)

Pak Tee's picture

selamat, pak!

Selamat Pak Wawan atas kelahiran putri keduanya. Tanggal lahirnya sama dengan ultah anak pertama saya. Semoga keluarga Pak Wawan semakin diberkati Tuhan.

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

bennylin's picture

Salamat

Yang satu berhasil, dan yang satu sedang dalam perjuangan.

Wah, selamat ya pak atas "keberhasilannya" ... :) Yang sedang berjuang... jangan menyerah... :0