Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
002. Reuni Yang Mengubahkan
Sekitar 1 minggu yang lalu (11 Juni 2011), saya menghadiri reuni teman-teman SD-SMP yang telah +/- 25 tahun tidak berjumpa. Selepas SMP (1986), saya melanjutkan SMA, dan seterusnya, saya kehilangan kontak dengan mereka. Hari demi hari dijalani dan saya sendiri tidak pernah memikirkan reunian, apalagi mantan teman SD-SMP.
Cerita selengkapnya demikian:
Sekitar 2 minggu sebelum reunian tersebut, saya iseng-iseng register ke salah satu jejaring sosial. Tanpa diduga-duga salah seorang teman 'menemukan' saya. Momennya pas dengan akan diadakannya reuni. Jadilah akhirnya saya termasuk 'undangan wajib'.
Pertemuan di sana pada umumya menyenangkan. Ada yang penampilannya membuat 'pangling', ada pula yang masih seperti yang dulu. Kami berbagi cerita dan rasa kangen satu sama lain. Kenangan demi kenangan melintas dalam benak. Mungkin rata-rata yang indah-indah dan yang manis-manis. Tidak terasa kami sudah menjadi lebih tua 25 tahun. Tetapi kenangan kami di masa remaja itu, tetap lekat. Perasaannya, seperti saat menuntut ilmu di SD/SMP itulah. Ceria rasanya. Mungkin itulah manfaatnya reuni.
Sampai pada suatu saat, ketika segala sesuatunya berjalan kembali seperti biasa, timbul pemikiran baru dalam benak saya. Dua puluh lima tahun adalah ukuran yang lama untuk sebuah perpisahan. Tetapi anehnya, dua puluh lima tahun yang lalu itu terasa baru hari kemarin saja kejadiannya. Sungguh menghenyakkan. Jadi 25 tahun itu, waktu yang lama, ataukah singkat?
Saya terhenyak betapa waktu merambat pasti. Tanpa kita sadari, kita menjadi tua. Tua, dan semakin tua, dan suatu saat akan mati. Menghenyakkan, bukan? Berapa kah sisa umur saya? Jika sekarang umur saya 41 tahun, dan jatah umur saya mungkin 60 tahun, berarti hanya bersisa 19 tahun! Jika yang dua puluh lima tahun saja, terasa sekejap, bagaimana yang sembilan belas tahun?
Tiba-tiba hati saya disentuh oleh sebuah kenyataan: sesungguhnya hanya sekejap saja umur manusia. Saya berpikir apa yang telah saya lakukan selama 25 tahun lalu? Apa artinya 25 tahun atau bahkan 41 tahun yang telah saya jalani? Sebuah untaian kebanggaankah, atau sebaliknya rangkaian keluh kesah menjalani hidup? Kemudian pula, apa yang akan saya lakukan kemungkinan 19 atau 25, atau mungkin 41 tahun ke depan?
Ah, saya merasakan betapa fananya saya. Seandainya TUHAN mengijinkan saya mati besok, tentu matilah saya. Seandainyapun umur saya dipanjangkan, tentu pada saatnya akan mati juga, dengan masa perpanjangan yang akan 'sekejap' saja. Benar-benar fana, bukan?
Jadi pada intinya, sisa waktu saya hanyalah tinggal 'sekejap'. Bagaimanakah saya harus menjalani hari-hari yang tinggal sekejap ini? Tentulah saya ingin yang terbaik. Sesuatu yang benar-benar berarti dan berharga. Dan saya tidak ingin gagal, tidak ingin salah, tidak ingin keliru. Hari-hari yang lalu yang telah saya jalani, banyak memberikan pelajaran berharga dalam hidup saya. Bukankah dari hari-hari itu, saya pun bisa membedakan, mana yang benar dan mana yang salah? Mana yang sesungguhnya fana, dan mana yang baka?
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12)
Saya ingin TUHAN selalu menyertai saya di dalam hidup saya, dan saya pun senantiasa hidup di dalam hadiratNya.
'yfk'
- Yung Fong K.'s blog
- Login to post comments
- 4380 reads
reuni basi!
beda dengan orang kebanyakan yang tergila2 reuni, gue ga mau sama sekali ikut reuni apapun!
buat gue, ga ada faedahnya! cuma mengenang masa lampau yang udah basi!
mari gila bersama-sama dengan warna merah, kuning, hijau, dan biru..
ambil peluangnya
kenangan memang basi, tetapi masih manusiawi.
saya ambil peluangnya untuk bersaksi; sedapat mungkin memenangkan jiwa bagi Kristus. Komunikasinya itu, sangat berharga.
'yfk'