Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mengapa Saya Suka Kereta Api (awal)
Alat transportasi yang satu ini mungkin sangat berbeda dibandingkan dengan moda transportasi yang lain. Karena bentuknya yang panjang, berupa sebuah lokomotif (pada umumnya) dan 6-12 gerbong bersambung mengikuti, moda transportasi ini disebut dengan ular besi. Namun, ada juga yang menyebutnya kuda besi (entah apanya kok ya sampai disebut dengan “kuda”).
Di antara banyak moda transportasi darat, kereta api layak disebut sebagai moda transportasi yang paling menakjubkan. Bayangkan saja, apabila satu gerbong kelas ekonomi mampu menampung 106 penumpang (semuanya duduk), maka dalam satu rangkaian kereta kelas ekonomi akan dapat mengangkut 11 kereta (bukan gerbong, gerbong untuk barang!) x 106 penumpang, maka kita dapatkan angka 1166 penumpang. Itu dengan catatan semua penumpang mendapat tempat duduk dan penumpang yang naik di KMP (Kereta Makan dan Pembangkit) belum dihitung, kasarnya, satu rangkaian kereta kelas ekonomi dapat mengangkut sekitar 1200 penumpang. Dengan asumsi bahwa bahan bakar yang dibutuhkan oleh lokomotif berjalan dari Jakarta sampai Surabaya adalah 3000 liter HSD (High Speed Diesel), bayangkan saja efisiensinya! Itu belum lagi kalau pas musim liburan atau lebaran, satu rangkaian kereta ekonomi dapat mengangkut mungkin sampai dengan 1500 orang penumpang dalam satu rangkaian! Betapa sesungguhnya kereta api adalah moda transportasi darat yang paling efisien!
Di tengah maraknya seruan untuk berhemat, rasanya aneh sekali mengetahui bahwa angkutan ini masih saja menjadi anak tiri pemerintah. Ah, sudahlah, capek rasanya membahas pemerintah yang asyik membangun jalan tol dari pada membangun jalan rel dan membeli saran dan prasaran perkeretaapian. Lebih baik saya lanjutkan cerita saya tentang kereta api dan mengapa saya menjadi pecinta kereta api.
Efisiensi yang terkandung dalam kereta api hanyalah salah satu alasan yang mendasari saya untuk mengagumi kereta api. Selain itu, masih teramat banyak alasan lain. Nostalgia adalah salah satunya.
Pengalaman saya pertama kali naik kereta api, seingat saya adalah sewaktu saya berumur 6 atau 7 tahun. Waktu itu, saya bersama dengan keluarga naik kereta (saya lupa namanya) ke Surabaya. Sebagai seorang anak kecil, kekaguman saya begitu memuncak melihat gagahnya lokomotif (waktu itu masih bercat merah-biru) melintas di depan saya. Apalagi sewaktu lokomotif tersebut membunyikan semboyan 35-nya (klakson lokomotif). Sebagai anak kecil, saya benar-benar tersihir oleh si ular besi.
Dan, kekaguman itu pun berlanjut. Setelah itu, setiap kali bepergian dengan Bapak saya, setiap melintas di palang pintu kereta, saya memaksa Bapak untuk berhenti dan tidak akan melanjutkan perjalanan selama saya belum melihat kereta melintas (nakal sekali ya? Hehehehe).
Walaupun sejak kecil sudah menyukai kereta api, namun wujud kesukaan itu baru sebatas meminta orang tua untuk membelikan mainan kereta api, belum se-ekstrim sekarang :p. Ketika saya kelas 5 dan 6 SD sampai berakhirnya masa SMA, kecintaan saya terhadap kereta api seakan meredup, namun tidak padam. Berbagai kesibukan yang silih berganti, seakan menutup mata saya dari kereta api yang sebenarnya memiliki jalur dekat rumah. Hingga, tiba akhirnya masa kuliah saya. Saat itu adalah masa-masa semester akhir perkuliahan aktif. Ketika saya sedang sibuk mengerjakan skripsi saya, tiba-tiba sebuah undangan pernikahan datang dari kota Jakarta; kakak sepupu saya akan menikah. Bersama dengan ibu, saya terlebih dahulu berangkat ke Jakarta, Ayah dan adik saya akan menyusul. Kami memutuskan untuk pergi ke Jakarta dengan Kereta Api, naik KA Fajar Utama dari Stasiun Tugu Yogyakarta.
Perjalanan yang kami kira akan mulus ternyata tidak berjalan semestinya. Ketika kereta melaju selepas stasiun Kretek (kalau tidak salah stasiun setelah Purwokerto), laju kereta tiba-tiba menjadianeh. Terdengar bunyi “gruk-gruk-gruk” dari bawah kereta dan kereta pun berhenti, cukup lama padahal bukan di stasiun. Kereta sedang akan melintas di sebuah jembatan yang sedang diperbaiki. Ketika saya melihat ke luar kereta, beberapa pekerja perbaikan jembatan melambai-lambaikan bendera merah. Hal itu tentu saja membuat beberapa penumpang mulai bertanya-tanya; apa yang sedang terjadi? Seorang pedagang asongan yang berjalan dari kereta (bukan gerbong) bagian depan memberitahu kami bahwa kereta nomor 1 (di belakang lokomotif) anjlok. Kepanikan melanda penumpang: bagaimana kalau kereta ini ditabrak dari arah depan atau di sundul kereta di belakangnya? Tak lama kemudian muncul pak Kondektur yang memberi tahu bahwa sebentar lagi lokomotif penolong akan dikirim dari Purwokerto untuk menarik rangkaian ke stasiun Kretek, stasiun yang baru kami lalui. Setelah rangkaian ditarik ke stasiun Kretek, mulailah masa “penantian” kami, para penumpang.
Sambil menunggu kereta untuk melanjutkan perjalanan, saya berjalan-jalan di sekitar stasiun sementara Ibu saya minta menunggu di dalam kereta. Saya mengamati bangunan stasiun Kretek, sebuah bangunan model lama, entah dibangun tahun berapa, namun saya merasakan nuansa tersendiri ketika memasukinya: ada petugas stasiun (kepala stasiun, PPKA, dan petugas keamanan), para penduduk sekitar yang menonton evakuasi, para pedagang asongan, hingga para penumpang kereta yang bosan dan memilih berteduh di stasiun. Inilah Kereta Api Indonesia, inilah manusia-manusianya…
Bosan menjelajahi stasiun, saya duduk di bordes dan menatap sawah yang membentang di depan saya. Lamunan saya terpecah ketika terdengar suara klakson lokomotif (belakangan saya tahu namanya “Semboyan 35”) dengan sebuah lokomotif meluncur memasuki stasiun dengan menarik sebuah kereta (sekali lagi, bukan gerbong, gerbong itu untuk menarik barang, bukan orang) yang belum pernah saya lihat.
Tak menyia-nyiakan momen, saya mengambil gambar dengan kamera ponsel saya. Lokomotif beserta satu kereta itu berhenti tepat di dekat saya. Beberapa pekerja dan petugas kereta api turun dari kereta penolong itu. Sempat saya amati isi kereta penolong itu adalah peralatan untuk memasang rel, beberapa batang rel, bantalan rel, dan boogie kereta. Tak lama kemudian kereta itu melanjutkan perjalanan menuju tempat dimana kereta 1 anjlok.
Setelah menunggu selama kurang lebih 5 jam kereta dapat melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Sesampainya di stasiun Pasar Senen, kereta kami masuk ketika rangkaian kereta api Senja Utama Solo sudah hampir berangkat. Betapa lamanya perjalanan kami! Kami berangkat pukul 08.00 pagi dan sampai di Jakarta pukul 20.30! Walau lelah dan sedikit kesal (Ibu saya sudah ngomel-ngomel) namun ada nuansa keasyikan tersendiri yang saya rasakan… Entah saya sadari atau tidak, “nuansa keasyikan menikmati kereta api” itulah yang akan memupuk kecintaan saya pada kereta api di kemudian hari…
(diambil dari sini)
Allah itu kasih
- mikael1067's blog
- Login to post comments
- 5544 reads
Tulang Punggung Transportasi
Dilihat dari kota besar lainnya di dunia, memang kereta seharusnya jadi tulang punggung transportasi, bukan anak tiri. Bisa mengatasi macet, polusi, dll. Sayang pemerintah udah kelewat telat dalam hal ini, kota besarnya sekarang kelewat ruwet / mahal buat dibangun jaringan kereta.
Melihat dengan mata kepala saya sendiri, salah satu resep mujarab transportasi di negara maju, ya kereta. Efesien (karena massal) dan tepat waktu. Emang mesti diimbangi dengan tata kota sih, soalnya kereta kan nggak sefleksibel angkot :).
Belum lagi persepsi publik. Untuk angkutan dalam kota, sepertinya kereta bukan alternatif nomer 1. Saya sendiri belom pernah naek kereta di Indo, apa karena persepsi publik kali yah? Naek kereta kayaknya "NO NO" gitu.
@Rusdy
Iya, kereta memang dinyatakan sebagai "tulang punggung" walau kenyataannya jauh panggang dari api.
Di negara-negara maju, kereta api didukung penuh, bahkan sampai disubsidi agar maju. Namun, di negara kita kereta api malah disuruh cari keuntungan.
Publik memang tidak terlalu menyukai kereta api, mungkin karena tidak ada gengsi yang bisa diperoleh dengan naik KA, mendingan naik mobil pribadi yang mewah biar bisa pamer :P
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia
@ternyata ...
Hai Mikael, ternyata kau suka kereta api (buangetttt) ... haha.
Baca blogmu di atas mengingatkanku juga saat naik kereta api, perjalanan ke Surabaya beberapa waktu lalu. Memang sih, ada kenikmatan tersendiri saat naik kereta api, yang jelas nggak perlu berhenti2 karena lampu merah ... haha
Hanya saja, aku pernah naik kereta api ekonomi ... wow, luar biasa padatnya!! Berbagai penjual tertumplek di situ, mulai dari jualan makanan, mainan, baju, buku, majalah, koran, alat pemijit badan, sandal, pulsa, lap mobil, sarung bantal, kipas (seribuan), bolpoin, puzzle anak, es degan, walah-walah ... pokoknya semua tumpah ruah di situ. Yang belum ada kayaknya laundry, salon, jualan mebel ... hahaha
Yah, menurutku sih kereta api termasuk transportasi yang efisien, tapi perlu ada pengaturan yang lebih rapi juga (khusus ekonomi). Sepertinya, saat bepergian dengan naik kereta api, bisa menjadi tempat yang efisien juga untuk share dengan penumpang lain, terutama untuk bersaksi ... hehe ... cerita-cerita kebaikan Tuhan yang telah dilakukan pada kita ... efisien juga kan?
God's will be done
@mbak Santi
Hehehe, selamat berkeretaapi! :D
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia
salken mikmik.. xixixi
salken mikmik... eehh mikael kamsud bie
first of all.. *sokenglishbiareksis*
bie suka koleksi putuputu si train tea...
ehmm... bie juga suka kereta api, banyak hal bisa terjadi disana. kereta api dipulau jawa ini lebih murah dari pada kereta api yang ada dipulau sumatra dan routenya juga bermacammacam. seandainya aja saja ke kampung bie bisa naek kereta api, xixixi...
bie paling suka ngtrip klo naek KA sambil dengerin suara pluit dan suara tukang pecel ayam menarinari digendang telinga ini
maaf.. bie kurang pintar
@nobietea
Wah boleh dunk ane lia koleksi poto2na? ada di Pliker ndak?
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia
ndak punya
bie ndak punya futufutu si ular besi, bie hanya team penikmat saja. menikmati sebuah perjalanan bersama ular besi diiringi riuh rendahnya pecel ayam... burung dara.. yang haus.. yang haus... xixixixi
klo mang lagi mumet bie suka ngtrip sendirian... minimal ke bogor or bandunglah, yang deketdeket aja. duduk diam disamping jendela atau sesekali ngobrol sama sebelah atau mungkin saja menikmati gerakgerik copet
saia senang melakukannya :)
maaf.. bie kurang pintar
@nobietea: life observer
Iye, Nobi... Kereta emang bisa jadi tempat yang baik buat mengamati kehidupan . Mulai dari beraneka ragam pemandangan di luar, sampai interaksi manusia. Apalagi KRL, disana Bie bisa mengamati berbagai macam karakter orang.
Eh, bie dah liat koleksi poto2 ane?
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia
meluncur ke tkp
yupp... sudah meluncur ke tkp
bie suka jejak si ular besi dan senja di lpn :)
maaf.. bie kurang pintar
@nobietea
Kasih komen dunk kalo suka...:)
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia
wani piro?
minta koment ta?
wani piro ?
*ajiankalkulatorxixixixi*
maaf.. bie kurang pintar
@nobietea: Jiaaah...
Jiaah, kalo bayar, ntar kamu tak doain jadi Nobie-Geenie loh! Trus aku mnta 3 permintaan... xixixixi
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia
@mikael1067: Nice...
Berkereta api? Itu menu favoritnya saya saat ada tugas-tugas kuliah dulu.. Murah meriah.. Duduk di sambungan gerbong, makan di sana, menatap di kejauhan, menghayal......
Nice shots itu koleksi foto2 sepurnya bro mikael....
(...shema'an qoli, adonai...)
@EA
Ah, bordes atau sambungan gerbong itu tempat yang berbahaya loh, mas, om, pak, bro. Kalo da PLH (peristiwa luar biasa hebat--kecelakaan KA),penumpang yang paling beresiko adalah penumpang yang duduk di bordes. Selain itu, tempat ini rawan loh. Rawan penodongan dan terjatuh. Ane saranin kalo naik KA tuh di dalem kereta aja.
Thanks for visiting my FLICKR
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia
@mikael: Itulah...
Itulah susahnya kekasih......
Di dalem panas, sumpek, segala aroma bercampur baur, debu bergulung-gulung.. Iyalah kalau cuma sakjam rong jam. Satu hari? Cuma di sambungan gerbong itulah (kalau bukan kelas eksekutif) bisa menghirup udara segar.. Apalagi kalau ketemu temen ngobrol yang asyik...
Tapi soal bahayanya memang bener juga sih...
Piye yo?
Bingung, hehehe....
(...shema'an qoli, adonai...)
@EA: serba salah
iya itulah gak enaknya. SUmpek terus kalo di dalam. Yang paling enak kalo naik KA tuh SKSD dulu ma kru kereta makan, ntar biar diajakin karaoke di KMP (Kereta makan dan Pembangkita). Rata2 kru KMP klo sedang tidak sibuk enak diajak ngobrol koq
Palagi klo ketemu sama yang jayus, dijamin perjalanan ga kerasa lama n membosankan....
Hidup kru kereta api (yang ramah)!
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia