Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tuhan pun Naik Metromini
Siang itu, matahari mengajakku bercanda dengan sesekali mengintip dari balik awan -- yang sengaja berlalu lalang dengan gelisah. Memang, saat itu ada kegelisahan juga di hatiku apabila aku tidak sampai di tempat tujuan tepat waktu. Huff ... sudah setengah jam berdiri di tepi jalan menunggu metromini lewat, sambil tengok kanan-kiri untuk memastikan bahwa keadaan di sekitarku aman -- maklum aku baru 4 hari di Jakarta -- sebuah kota metropolitan yang kata orang sangat padat, penuh kesibukan, sering macet, dll. dan sekarang aku mengiyakan pendapat-pendapat itu.
Akhirnya, kulangkahkan kakiku naik ke dalam sebuah metromini lawas yang berhenti tepat di depanku. Puji Tuhan, akhirnya saya bisa duduk dan menikmati pemandangan Jakarta sore itu. Tiba-tiba sekelompok anak muda naik dengan mengucapkan beberapa kalimat salam untuk memulai ritual mereka. "Jreng .... jreng .... cik icik icik .... mengapa di dunia ini, selalu menertawai ..." sebuah lagu yang pernah dinyanyikan oleh grup musik rock Indonesia (Boomerang) ini tiba-tiba mengubah suasana dalam metromini menjadi bising sekali. Setelah beberapa saat, suara bising itu makin lenyap diganti dengan suara gemerincing uang recehan yang saling beradu dalam bungkus permen bekas "relaxa". Happy ending untuk anak-anak muda itu. Mereka mengucapkan beberapa salam penutup dan sedikit doa (entahlah tulus dari hati/basa basi) sebelum akhirnya mereka turun dan berlalu.
Perlahan-lahan metromini itu melaju lambat hingga akhirnya berhenti. Seorang nenek berbadan bungkuk turun dibantu kondektur dan seorang pria berkumis, berwajah manis, naik dengan senyum tipis mengembang di bibirnya. "Oh, no!" pekikku dalam hati. "Ini pasti tidak beda jauh dengan anak-anak muda tadi!" Dengan segera tanganku menjelajahi isi dompetku dan mencari beberapa koin untuk menutup mulut penyanyi itu. Tapi tak ada koin sama sekali, sudah habis ... oh, tidak!
"Jreng .... jreng ....jreng" pria itu mulai memainkan gitarnya. Intro yang dimainkan pria itu sudah membuatku ingin menutup telinga. Masih jelas teringat di memoriku bagaimana sekelompok anak muda tadi melakukan ritualnya, dan kali ini aku enggan untuk mendengarkan hal serupa. Serupa? Ternyata tidak!
"Kasih yang sempurna telah ... kutrima dari-Mu, bukan karena kebaikanku ..." pria itu mulai menyanyi dengan iringan suara gitar yang sangat menarik.
"Wow ... excellent!" kataku dalam hati. Benarkah ini sebagian kecil dari kesejukan yang dicurahkan Tuhan disela-sela hiruk pikuk ibukota yang sangat padat ini? Ah, aku tak percaya sebelumnya ... tapi aku memang harus percaya karena aku sendiri telah melihat, mendengar, dan merasakannya. Memang pria yang berdiri di dekat pintu metromini itu adalah pengamen yang dipakai Tuhan. Lagu berjudul "Bapa yang Kekal" itu dinyanyikannya sampai selesai, bahkan pada bagian reff sempat ia ulang beberapa kali. Aku merasakan hadirat Tuhan di situ,seolah-olah Tuhan pun naik metromini.
"Oh, my God ... pria itu punya keberanian -- keberanian untuk menyanyikan lagu rohani, keberanian untuk memberitakan kasih Bapa yang sempurna kepada setiap orang yang mendengarnya" ... pria itu bisa, bagaimana dengan aku? Sempat terlintas di pikiranku tentang hal ini. Ketika berhadapan dengan sesama saudara yang sudah mengenal-Nya, tidak terlampau sulit. Tapi bagaimana dengan yang belum mengenal-Nya? Tantangan, pikirku!
Pria itu mengakhiri lagunya dengan irama petikan gitar pelan, meski aku hanya mendengar beberapa gemerincing koin yang tak terlalu sering. Ah, paling hanya dapat Rp 2500 (maksimal) ... tapi sepertinya tidak sampai. Kupandangi pria itu dan kudapati di wajahnya tak ada gambar koin, hanya ada gambar senyum dan kelegaan yang mendalam. Hingga akhirnya ia turun dan gerak punggungnya pun masih aku pandangi dengan setia, hingga berlalu dan tak tampak lagi. Aku sejenak tertegun dan sadar bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja, termasuk pria pengamen itu. Pria itu bisa memainkan alat musik, ia bisa menyanyi, dan setiap hari ia bertemu banyak orang yang tak ia kenal di metromini, terminal, jalanan ... dan ia memberitakan-Nya sesuai kemampuannya. Pengamen rohani, mungkin itu bisa jadi sebutan yang agak tepat :) Tak perlu menunggu untuk menjadi baik, sempurna, bisa menguasai hal tertentu baru kemudian memberitakan kebaikan Kristus kepada orang. Jika kita mau, Tuhan pasti memampukan kita dan kita bisa menjadi saksi-Nya dengan segala sesuatu yang telah Tuhan taruh dalam hidup kita. Jika kita bisa memainkan alat musik, mari memberitakan kasih-Nya dengan memuji-Nya. Tak perlu menunggu sampai skill permainan musikmu keren, tapi Tuhan melihat hati yang rela untuk melayani-Nya. Untuk skill bermain musik, kita bisa terus melatihnya dan Tuhan pasti akan memberi pertolongan. Praise to the Lord!
-- pengalaman tak terlupakan saat hidup di Jakarta (Agustus 2006) --
God's will be done
- tilestian's blog
- Login to post comments
- 4890 reads
@santi: hiyaaa...
Hiyaaa, unik juga ya? Seumur2 naik angkutan umum, rasa2nya saya belum pernah denger pengamen nyanyiin lagu rohani.. Two thumbs up utk si pengamen..
Setoedjoe.. Hati yang rela utk melayani Tuhan.. Memang perlu dipoles, supaya nggak membabi buta dan justru menimbulkan keresahan.. Namun sekali lagi, hati yang rela.., itu yang paling penting, imho..
(...shema'an qoli, adonai...)
Yuhuuu...@ebed
Yup, benar. Hati yang rela untuk melayani Tuhan sangat penting. Kalau kita mengusahakan sendiri supaya bisa melayani dengan baik, belum tentu bisa juga ... jika menyadari bahwa hanya Tuhanlah yang memberi kita kemampuan, kepandaian, mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah kita ... nah, itu kita baru bisa (karena ada Tuhan) :)
Menurutku, semua berawal dari doa (bangun hubungan dengan Tuhan). Jika untuk berdoa saja tidak bisa/tidak betah, lha darimana kita bisa mengerti kehendak-Nya? Tapi terkadang memang rasanya susah ya untuk bisa berdoa dengan disiplin ... :) Pelayanan tanpa doa juga tidak mungkin juga ...
God's will be done
@santi: Sipp.. :)
"..hanya Tuhanlah yang memberi kita kemampuan, kepandaian.."
Cuma sayangnya ada beberapa orang Kristen yang tidak menyadari itu, non santi.. Merasa sudah diberkati Tuhan, kemampuan/kepandaian untuk belajar dan terus belajar demi pelayanan justru berhenti. Dan jadinya ya itu, pelayanan hantam kromo bin membabi buta..
Sipp non santi.. Maju terus dalam pelayanan.. :)
(...shema'an qoli, adonai...)
jadi inget
dulu waktu belum bawa motor, tiap hari ke sekolah naek bus umum..
aku sampe hafal sama wajahnya pengamen yg nyanyi lagu rohani :)
tapi hampir gak pernah ngasi recehan, karna emang gak ada, hehee.
salam kenal yaa...
Cania - tidak dilahirkan untuk jadi pecundang -
Sip ... @ebed_adonai
Nah, itulah susahnya ... tapi tidak ada yang bisa menyadarkannya kalau bukan "Kasih" Kristus sendiri yang menyentuh hatinya. Aku sendiri kadang kala juga pernah dihinggapi (hehe ... kayak lalat) rasa bosan saat melayani ... tapi itu penyebabnya memang saya sendiri. Sadar juga sih tentang kebosanan yang melanda, tapi susah untuk bisa bangkit (apalagi dengan kekuatan, pasti tidak bisa) ... hehe. Jalan satu-satunya memang minta ampun ma Tuhan dan minta pertolongan, terutama supaya hati kita bisa kembali pada-Nya ... setelah itu, pasti deh bangkit lagi. Yesus sungguh baik :)
God's will be done
Bener ... @cania
Salam kenal juga, Cania.
Iya, bener ... aku juga dulu waktu masih sekolah sering naik bus. Sampai-sampai kondekturnya hafal dan malah sering bercandaan. Kalau pengamen, ada yang kenal ada yang nggak kenal ... biasanya aku malah kenal dengan pengamen anak-anak :) Kalau aku tidak ada uang, aku juga tidak memberi mereka uang ... hehe.
Tapi seumur-umur, aku juga baru kali ini mendapati pengamen menyanyikan lagu rohani :P
God's will be done
Tergantung Motivasinya, Non
"Oh, my God ... pria itu punya keberanian -- keberanian untuk menyanyikan lagu rohani, keberanian untuk memberitakan kasih Bapa yang sempurna kepada setiap orang yang mendengarnya" ...
Pengamen lagu Rohani sudah merupakan hal yang biasa di Bis Kota Jakarta, dari Bus PPD, Mayasari, Kopaja maupun Metro Mini. Yahh, kembali lagi ke motivasi Pengamen tersebut, apakah benar-benar mengamen untuk memuji dan memuliakan Tuhan dalam Hiruk Pikuk Bis Kota, ataukah hanya supaya mendapatkan uang yang lebih banyak dari penumpang Bis yang beragama Kristen.
Dulu teman saya setiap pagi mengamen lagu - lagu Rohani di Bis Kota jurusan Pasar Senen - Blok M, karena dia selalu mendapatkan uang receh yang lebih dari penumpang Bis Kota yang Kristiani. Dia cerita ke saya kalau ngamen lagu Rohani pasti dapat uang lebih banyak daripada mengamen lagu-lagu biasa, ibaratnya 20% saja jumlah penumpang yang Kristiani dalam Bis tersebut (one way) sudah meng-cover pendapatannya mengamen dalam Bis Pasar Senen - Blok M PP jika menyanyikan lagu-lagu dunia.
Bahkan sekarang sudah banyak Pengamen berkelompok yang menyanyikan lagu-lagu Rohani didepan Gereja setelah Kebaktian selesai (Pengamen- Pengamen di Perempatan Pancoran biasa melakukannya di GPIB Muria, Pancoran), dan mereka mendapatkan banyak uang (dalam Kardus Aqua) dari Jemaat Jemaat yang merasa tersentuh :D
@Han ...............iya sih
Salam kenal, Han
Iya, sih .. tergantung motivasinya. Memang lebih baik kalau menyanyikan lagu rohani juga didasari sikap hati yang benar-benar bersyukur, mengasihi Tuhan Tapi kalau di dalam bis, kurasa tetap ada "nilai (motivasi)" yang berbeda dibanding di tempat lain (misal, di halaman gereja). Kalau di gereja, jelaslah bahwa akan banyak orang Kristiani di sana, tapi kalau di bis ...?? Sebenarnya pendapatan yang lebih meningkat dengan menyanyikan lagu rohani, itu semua karena kebaikan-Nya saja. Pengamen juga tidak bisa selalu memikirkan apakah dalam bus tersebut banyak orang kristiani atau tidak Menurutku, mereka hanya melakukan tugasnya sebagai pengamen dan hasilnya ... "siapa tahu?" Kalau memang banyak ... wow, excellent!
God's will be done
@ Santi : Alhamdulillah sambil ngacir :D
Sebenarnya pendapatan yang lebih meningkat dengan menyanyikan lagu rohani, itu semua karena kebaikan-Nya saja.
Ok, sis, saya setuju dengan pernyataan Anda. Pendapatan setiap orang dari berbagai Profesi semata-mata karena kebaikan dan kemurahan-Nya. Amin.
Btw, saya teringat cerita Pendeta saya, suatu hari sepulang pelayanan dari salah satu jemaatnya yang sakit, Pendeta saya terjebak kemacetan, lalu seorang Pengamen bencong mendekati mobilnya dan menyanyikan lagu sambil menari...
Kingkong badannya besar
Tapi aneh kakinya pendek
Lebih aneh binatang bebek
Lehernya panjang, kakinya pendek
Halleluya, Tuhan maha kuasa
Karena tersentuh dan takjub, Pendeta saya memberikan 20 rb ke Pengamen Jalanan tersebut. Setelah menerima uang, si Pengamen tersebut ngucapin Alhamdulillah sambil ngacir :D
Apapun motivasinya
Shalom,
Menurut saya, apapun motivasi pengamen tersebut (entah untuk memuliakan Tuhan, entah untuk mendapatkan uang lebih), kita harus melihat manfaatnya. Saya pribadi, saya sudah kehilangan minat akan lagu-lagu dunia yang sedang booming sehingga dinyanyikan oleh para pengamen itu. Mengapa? Banyak lagu tersebut kurang membangun, karena banyak bertemakan hal-hal yang negatif seperti ingin membunuh mantan pacar, meratap karena kehilangan cinta, jatuh cinta yang berlebihan dsb. jauh lebih baik buat saya mendengarkan lagu rohani terlepas dari motivasi penyanyinya (sang pengamen). Lagu rohani bagaikan sepercik kesejukan di tengah perjalanan.
GBU
Allah itu kasih
Koleksi Foto Sepur Saia
@Han hahahahaha ...
Ya, ampun ... baca komentar yang bagian akhir, aku jadi ketawa sendiri Wah, ternyata lagu rohani (bahkan lagu sekolah minggu) pun sudah bisa menjangkau orang bencong segala .... puji Tuhan (terlepas dari motivasinya apa)
hahahaha .... (masih ketawa aja), soalnya aku jadi membayangkan si bencong itu nyanyi, pakai lompat-lompat / bergaya nggak ya?
God's will be done
@Mikael Sip ....
Wow, luar biasa memang kuasa lagu rohani
Yang penting benar-benar dari hati dan saat nyanyi itu adalah benar-benar ucapan syukur serta karena kita benar-benar mengasihi-Nya
God's will be done