Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Proses Sebuah “Panggilan”
Saya lahir dari keturunan dalang, baik dari garis ibu maupun ayah, dan kebetulan ayah saya mengajar di Institut Seni Indonesia jurusan pedalangan. Sejak bersekolah di Sekolah dasar Widya Wacana X Kartasura, saya sudah memulai pentas wayang pertama saya, seingat saya waktu itu saya duduk di kelas 5. Lulus SD, saya melanjutkan ke SLTP Regina Pacis atau yang akrab disebut Ursulin. Di sekolah inilah bakat dan talenta saya bertumbuh, pentas demi pentas saya lakukan, mulai pentas wayang berdurasi 1 jam hingga 5 jam.
Lulus dari SLTP, rupanya iman saya mulai goyah, kala itu saya sedang mencari jatidiri, dan ada perasaan malu apabila saya kelak menjadi dalang. Akhirnya saya memutuskan untuk putar halauan, saya masuk ke SMK Mikael Solo, dengan tujuan untuk merubah destiny saya dari seniman menjadi orang teknik. Karena di pikiran saya menjadi orang teknik lebih mentereng daripada menjadi seorang dalang.
Tapi memang rencana Tuhan itu jauh dari rancangan kita. Setelah masuk ke SMK Mikael, bukanya hasrat menjadi dalang hilang, justru semakin seperti dipupuk. Tawaran mendalang pun semakin ramai. Di SMK Mikael inilah saya mulai memainkan wayang purwa semalam suntuk, atau siang hari dengan lakon penuh. Pernah suatu malam saya pentas wayang untuk mengisi acara 17-an di sebuah kampung, padahal esoknya saya harus praktek menggerjagi dan mengikir batang logam. Akhirnya karena tenaga terkuras malam harinya, saat saya praktek di bengkel saya pingsan dan terpaksa dipulangkan.
Secara kebetulan pula, banyak guru-guru di SMK Mikael serta hampir semua jajaran Romo di kolega ini merupakan penggemar wayang. Dan yang tidak bisa saya lupakan adalah, saya diberi kesempatan untuk mendalang pada saat pelepasan siswa se-angkatan saya kala itu. Niat hati menjauh dari dunia seni, tapi malah semakin jadi..... memang rencanaNya sulit dimengerti.
Lulus dari SMK Mikael, saya bekerja di sebuah pabrik alat berat, belum genap satu bulan, saya tidak krasan. Tidak ada damai sejahtera, hidup rasanya seperti di neraka. padahal pekerjaan yang saya lakukan tidak lebih sulit dari pelajaran saya di sekolah. Akhirnya saya putuskan untuk menghadap pimpinan tertinggi di pabrik dimana saya bekerja, untuk mohon ijin pulang. Saya berkata apa adanya tentang keahlian mendalang yang saya miliki. Pikir saya kata-kata itu akan buat boss saya marah, tapi apa yang terjadi? Boss saya ternyata mendukung saya dan saya pulang dengan hati damai sejahtera. Ajaib!!
Tahun 2006, tahun kelulusan saya, juga merupakan tahun yang bersejarah, karena tahun itu seluruh keluarga saya menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tahun itu pula kami memutuskan, bahwa akan melayani Tuhan dengan talenta yang kami miliki. Dan, Tuhan dengar doa kami, 1 tahun berikutnya gereja tempat kami bernaung yaitu GUP “Gusti Yesus Tresna Kula” Kartasura mendukung pementasan pertama kami. Malam itu, bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, Sanggar Wayang Sang Pamarta memulai pentas perdananya. Sebuah pagelaran Wayang berdurasi 5 jam dengan lakon “Kamardikan Sejati”
Hingga hari ini, kami telah dipercaya melayani pementasan wayang Pamarta di beberapa gereja, di beberapa kota. Kami percaya, bersama Tuhan semua sangat mungkin terjadi. Rancangan Tuhan jauh dari rancangan kita sendiri.. So… Percayakan semua hidup kita pada Ahlinya, sang Dhalang sejati, yaitu Tuhan Yesus.
sang_pamarta
- Wahyu Dunung Raharjo's blog
- Login to post comments
- 3574 reads
Wahyu, rasanya kenal :)
Selamat datang di SabdaSpace Wahyu..
Rasanya saya pernah sekilas mendengar kesaksian Wahyu ini kalau nggak salah dari Bapak Kristiawan atau Bp Budi Pranoto :) Sekarang bocah-e muncul :)
Pekerjaan kalau sesuai panggilan hati memang senang mengerjakannya :)
Kadang-kadang di rumah turi sering ada di gelar wayang atau gamelan lesung. Kemarin musik bambu dari kampung jagalan binaan pendeta Simon :)
Kapan-kapan kopdar Solo, boleh juga tuh, wayangan :)
Si Tante Paku (blogger SS paling nyeni) juga pinter main ketoprakan loh, si Joko Tingkir kintir :)
Okul juga blogger dari Solo, orang teknik yang nyentrik. Boleh juga kalau di ajak wayangan.
Yuuk kapan-kapan kopdar Solo yuuk :)
THanks Sister Joli
Maturnuwun sanget Sister Joli untuk sambutanya. Saya masih baru, jadi mungkin akan banyak belajar dari panjenengan.
Baoak Kristiawan dan Bapak Budi Pranoto yang mana ya?
Kopdar itu apa yha? hehehe maklum orang baru. Saya juga beberapa kali baca artikel tante paku, agaknya saya juga ingin lebih kenal beliau. biar bisa tukar pendapat. Hahaha..
Silakan juga kunjungi www.wayangpamarta.blogspot.com
Gusti Mberkahi...
sang_pamarta
dalang wayang wahyu
Pak Kristiawan dah almarhum, beliau pengurus beasiswa Agape, pernah bercerita tentang anak didik-nya yang suka ndalang wayang Wahyu. Ternyata dalang wayang Wahyu beda dengan dalang bernama Wahyu ya?? ha..ha.. jadi sok kenal dech ha..ha..
Hehehe
Kenal kan awalnya dari sok kenal.. Mboten napa-napa mbakyu... Pertanyaan saya kemarin belum dijawab. Kopdar itu apa ya?
sang_pamarta
hai
Mat kenal bro wahyu,moga Tuhan memberkati dalam pekerjaanmu.Hebat,orang teknik bisa jadi anak wayang.
geadley
Trimakasih
Terimakasih.. saya ini hanya wayang... yang hebat tentu "DALANG"-nya. Salam kenal Bro Geadley... saya masih baru. Jadi mohon bimbinganya. Tuhan Memberkati.
sang_pamarta