Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kesaktian Dunia Maya

Purnawan Kristanto's picture

Social MediaJangan menyepelekan internet. Media pertemanan di dunia maya ini ternyata dapat digunakan untuk mengumpulkan dana dan menggalang aksi di dunia nyata. Manfaat ini saya dapatkan selama menjadi relawan kemanusiaan bencana Merapi. Sejak terjun sebagai relawan pada akhir bulan Okober 2010, saya berusaha menyempatkan diri untuk mengabarkan kegiatan pos kemanusiaan melalui Facebook, Twitter dan milis yang saya ikuti.

Saat berada di lokasi, sedapat mungkin saya melaporkan perkembangan terbaru melalui pesan teks. Banyaknya menara BTS di lereng Merapi ternyata menguntungkan relawan dalam berkomunikasi, maupun dalam memberikan kabar terkini via Twitter dan Facebook. Selanjutnya, jika sudah sampai di posko maka saya mengunggah foto dan video yang membutuhkan dukungan bandwith lebih besar. Untuk memudahkan koneksi, maka kami memasang wi fi di posko.

Informasi yang diunggah di Facebook ternyata memiliki efek bola salju. Posting-an saya muncul pada dinding (wall) milik lebih dari 1000 teman saya. Ketika saya memberi tanda (tag) pada seseorang, maka posting-an saya juga muncul di semua dinding milik orang-orang yang berteman dengan orang itu. Ketika teman saya membagikan (share) iinfo yang saya unggah, maka semakin banyak orang yang terdedah oleh informasi itu. Demikianlah, lama-kelamaan orang-orang mulai berminat dengan aksi kemanusiaan yang kami lakukan. Satu-persatu mulai berkomentar dan mengirimkan pesan pribadi untuk menanyakan cara intuk memberikan bantuan kemanusiaan, baik itu dari  dari kantong pribadinya, tempat kerjanya, atau gerejanya. Ada yang mentransfer uang, mengirimkan barang, bahkan ada yang mengirimkan pulsa!

Selain itu, kami juga mendapatkan kenalan-kenalan baru melalui jejaring ini. Ada seorang relawan veteran di Jakarta yang rupanya diam-diam memantau dan mengamati kegiatan kami dari jauh. Dia memberikan rekomendasi kepada sebuah gereja untuk menyalurkan bantuannya melalui kami. Padahal kami belum pernah sekali pun bertemu muka dengan muka. Lalu ada seorang perempuan di Jakarta yang berminat bergabung dalam salah satu aksi yang kami selenggarakan. Saya belum pernah bertemu dengannya. Kami hanya berteman dan berinteraksi melalui Facebook. Hingga suatu hari dia menulis pesan bahwa ingin ikut kegiatan kami. Meski waktunya mepet, namun dia berhasil mendapatkan tiket pesawat sehari sebelumnya. Keesokan harinya, dia terbang kembali ke Jakarta usai bergabung dengan kegiatan kami.

Tidak hanya di Indonesia, informasi yang kami sajikan ternyata juga diakses di luarnegeri, seperti di Singapura, Australia, dan Amerika Serikat.

Akan tetapi penggunaan internet juga dapat menjadi kontraproduktif dalam aksi kemanusiaan. Saat memulai proyek pembangunan rumah inti bagi korban gempa di Jawa Barat, kami mendapatkan resistensi dari salah satu kelompok masyarakat di luar penerima manfaat. Mereka mengkhawatirkan bahwa bantuan kemanusiaan ini dapat mengusik kemapanan di sana. Kami masih diizinkan melanjutkan proyek kemanusiaan ini, tetapi dilarang mempublikasikan kegiatan kami. Kami menyetujui syarat ini karena kami memang tidak mencari publisitas dalam aksi ini.

Akan tetapi ternyata ada perbedaan persepsi soal terminologi "publikasi" ini. Kelompok penentang ini memprotes ketika kami memberikan informasi kegiatan kami melalui jaringan Facebook. Menurut mereka, kami telah melanggar komitmen dengan publikasi. Namun kami memiliki argumen lain. Yang dimaksud dengan publikasi adalah pemberitaan melalui media massa. Sedangkan Facebook adalah media jejaring sosial, bukan media massa. Melalui jejaring sosial ini kami memberikan laporan kepada teman-teman dan lembaga-lembaga yang ikut menyumbang dalam proyek ini. Kami harus memberikan laporan perkembangan proyek kepada pihak-pihak yang selama ini mendukung kami. Ini adalah bagian dari pertanggungjawaban.

Situasinya menjadi semakin genting ketika salah satu posting di milis kami ternyata dapat dibaca oleh kelompok masyarakat yang menentang proyek kami. Sebenarnya milis yang kami ikuti sudah dibuat tertutup sehingga hanya anggota milis yang bisa membaca. Namun rupanya ada anggota milis yang meneruskan percakapan dalam milis kami ke milis lain yang diikutinya. Milis ini dibuat terbuka sehingga semua orang bisa membacanya. Sebenarnya informasi yang "bocor" itu biasa saja dan bersifat moderat jika dibaca dalam konteks kekristenan. Namun ketika dibaca oleh pihak yang memang sudah menarih kecurigaan, maka posting yang bocor itu seakan memperkuat dugaan mereka selama ini. Maka situasi lapangan menjadi heboh sehingga kami harus melakukan klarifikasi ke panglima "laskar tiga huruf."

Celakanya lagi, informasi yang kami unggah itu dijadikan amunisioleh pihak lain  untuk menyerang kami. Mereka memelintir informasi yang ada untuk mendukung klaim-klaim mereka. Misalnya, mereka memelintir foto sekolah keagamaan yang rusak karena gempa. Kami memotret bangunan itu  saat survey dan mengunggahnya untuk menunjukkan dampak gempa terhadap bangunan. Akan tetapi mereka membuat isu bahwa kami mengklaim telah membangun sekolah keagamaan itu. Selain itu, masih ada lagi informasi yang kami unggah, yang kemudian mereka olah dan disajikan dalam sajian yang "hot."

Meski pernah mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan namun secara pribadi saya tidak trauma untuk memanfaatkan dunia internet sebagai alat bantu dalam aksi kemanusiaan. Yang perlu kami lakukan adalah lebih bijak dan berhati-hati dalam mengunggah informasi.

__________________

------------

Communicating good news in good ways

iik j's picture

Berhati - hatilah p. wawan

Meski pernah mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan namun secara pribadi saya tidak trauma untuk memanfaatkan dunia internet sebagai alat bantu dalam aksi kemanusiaan. Yang perlu kami lakukan adalah lebih bijak dan berhati-hati dalam mengunggah informasi.

Melihat aktivitas anda di dunia maya, saya cuma berbisik ... " semakin berhati-hatilah"

Bukan nakut-nakutin, karena saya sendiri orang Kristen "aktif" (tetapi tidak lagi di dunia maya). Karena bukan hanya kemungkinan-kemungkinan yang seperti telah anda tulis diatas yang mengancam, tetapi ada banyak hal yang tersembunyi di benak "orang/organisasi" yang efeknya tidak hanya akan menyerang anda secara pribadi atau gereja anda, tetapi bisa saja ngawur kemana-mana.

Beberapa waktu sempat berkecimpung di dunia 'ajaib' membuat saya sedkit belajar tentang kejahatan/keributan/... dll... dsb...  dari skala kecil ke skala yang lebih bersar yang 'mungkin' saja dipicu hanya dari sebuah tulisan "kristen" yang salah diartikan oleh pihak lain. Padahal 'menurut kita' tulisan/berita/ajakan itu tidak mengandung arti apa-apa. Beberapa orang/gereja telah menerima perlakuan 'tidak adil' hanya karena 'ketidak hati-hatian' mereka dalam bersikap.

ssssssssssttt... berhati-hatilah.

 

Purnawan Kristanto's picture

Terimakasih untuk saran mbak

Terimakasih untuk saran mbak Iik.

Saya menuliskan semuanya ini dalam rangka pertanggungjawaban kepada publik karena kami menggalang dana dari masyarakat. Jadi kami harus melaporkan apa yang kami lakukan kepada masyarakat juga.

Berhati-hati bukan berarti tidak menggunakan media sama sekali bukan? "Janganlah kita kalah terhadap kejahatan...."

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Wapannuri's picture

Sirik

Sebaik-baiknya kita memperlakukan seseorang, selalu ada saja beberapa orang yang tidak puas ! 

Setulus - tulusnya Yesus mencintai manusia, masih saja ditanggapi lain oleh pengikutnya !

Jadi, Maju Terus Pantang Mundur ! 

__________________

Dunia di mata Wapannuri.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Purnawan Kristanto's picture

Terimakasih pak. Maju tak

Terimakasih pak. Maju tak gentar!

__________________

------------

Communicating good news in good ways