Hari ini aku menghadiri undangan dari putriku yang melakukan presentasi untuk Natal
2007 di sekolahnya. Tau sendiri karena acara Natal jadi gedung
pertemuannya penuh banget. Padahal udara di luar sudah mencapai titik
nol derajat dan hujan gerimis, ternyata banyak orang tua yang masih
pengen ngeliat anak-anaknya presentasi.
Aku melihat putriku yang sedang duduk di depan bersama dengan
teman-teman kelasnya. Aku melambaikan tanganku. Dia melihatnya dan
membalas melambaikan tangannya. Aku tahu presentasi anak-anak sekolah
dasar ini bukan suatu presentasi yang wah ato yang luar biasa, tapi aku
percaya bahwa ini merupakan salah satu cara ekspresi dan juga suatu
kegiatan yang positif bagi anak-anak. Terutama menjelang Natal. Meski
aku tahu tidak semua anak-anak itu tahu apa arti Natal sesungguhnya.
Mataku melayang-layang menatap semua bagian dari gedung pertemuan
itu. Aku tidak mengenal banyak orang tua murid lainnya yang memenuhi
aula. Ketika aku melihat para murid yang dari Taman Kanak-kanak hingga
kelas 6 yang duduk memenuhi aula pertemuan itu. Ada satu murid yang
sangat spesial, yang menjadi pusat perhatianku seketika itu. Seorang
gadis kecil yang duduk di atas kursi roda.
Aku memandang gadis kecil itu dengan seksama. Gadis kecil itu duduk
lemah terkulai di atas kursi rodanya. Aku menduga dia tidak dapat
menggerakkan semua anggota tubuhnya. Kepalanya jika tidak rebah di atas
bantal akan terkulai lemah seperti bunga layu. Aku tercekat melihat
keadaan gadis kecil itu. Tetapi dia ditolong oleh seorang wanita yang
menggerak-gerakkan kursi rodanya, yang aku duga dia seorang suster atau
perawat. Waktu anak-anak menyanyikan lagu-lagu Natal, sang perawat
mendampingi si gadis kecil itu dengan memegang tangannya untuk
mengikuti para anak lain yang menyanyikan lagu Natal dengan memakai
gaya.
Gadis kecil itu seperti ‘patung’ yang tanpa ekspresi meski
’suster’-nya itu ikut menggerak-gerakkan diri gadis kecil itu untuk
dapat berpartisipasi dalam acara Natal itu. Pandanganku seakan lengket
dengan pemandangan di depan mataku itu. Perasaanku bercampur aduk.
Merasa kasihan. Tentu. Merasa senang karena sang suster berusaha untuk
mengikutkan sang gadis kecil itu untuk tidak tersisih dari
teman-temannya meski dia cacat.
Selesai beberapa lagu Natal yang dinyanyikan oleh para murid.
Giliran tiap kelas mementaskan persembahan Natal mereka. Karena mungkin
panggung pentas kekecilan maka sang gadis yang duduk di atas kursi roda
itu didorong turun oleh perawatnya. Dan….. mereka menuju ke tempatku
dimana aku berdiri di belakang. Mereka berhenti tepat di sebelahku.
Hatiku makin tercekat melihat dari dekat si gadis kecil yang cacat itu.
Tak ada ekspresi di wajahnya.
Tapi….. aku melihat lebih seksama. Di mata gadis kecil itu mengalir
air mata. Dia menangis. Entah kenapa. Tapi aku duga mungkin karena
keadaannya. Sang perawat mengusap pipi si gadis sambil membisikkan
kata-kata menghibur. Sang perawat juga mencium kening si gadis kecil
itu.
Aku menyapa mereka, menawarkan jika mereka membutuhkan sesuatu aku
akan siap menolong. Mereka tidak memerlukan apa-apa. Gadis kecil itu
ternyata menderita Cerebral Palsy, ketidaknormalan kerja otak
mengakibatkan si gadis kecil itu tidak dapat menggerakkan anggota
tubuhnya. Dia tidak lumpuh, tetapi otaknya tidak dapat mengirimkan
sinyal untuk menggerakkan otot-otot tubuhnya. Dia tidak dapat berbicara
dengan jelas dan lancar. Dia juga tidak dapat mengontrol tubuhnya.
Anika, nama gadis kecil itu. Dia cacat semenjak lahir. Yang kuduga
perawat Anika, ternyata adalah mamanya. Aku melihat air mata Anika
meleleh kembali di pipinya. Mata kami pun bertemu bertatapan. Aku tidak
dapat menterjemahkan apa arti pandangannya. Campur aduk. Seakan dia
berkata, antara ‘kau jangan memandang kasihan padaku’ dan ‘aku
menangisi diriku’. Tak tahan kupalingkan wajahku ke arah panggung
pentas.
Entah tampak seperti ada awan putih menutupi mataku yang basah. Ku
usap air yang meleleh itu. Aku menatap kearah Anika kembali. Dia sedang
berbisik di telinga mamanya. Di tengah keramaian Natal itu, seakan aku
mendengar bisik Anika, “Mmmamamamaa, Ani beda ya.”
Pikiranku menerawang, betapa berharganya seorang manusia itu yang
telah begitu indahnya dicipta oleh Tuhan. Puji syukur atas segala
keadaan kita apa adanya. Tetapi berapa sering kita mengeluh, mengeluh
kepada Tuhan. Teringat putriku, yang tidak jarang membuatku kesal
karena kekerasan kepalanya atau kenakalannya. Dan sebenarnya aku tidak
mau datang menghadiri pementasan Natal kali ini karena dia telah
berbuat salah, dan ketidakhadiranku adalah hukumannya. Meski dia sudah
memohon kepadaku berkali-kali jangan sampai tidak datang atau lupa akan
hari dan jam itu. Aku mengasihi putriku. Meski waktuku tidak banyak.
Meskipun dia sudah berbuat salah. Kehadiranku akan sangat berharga
baginya. Dia senang sekali ketika melihat kehadiranku.
Anika mungkin tidak mengerti akan keadaannya. Tak seorang pun yang
mau hidup seperti demikian. Seumur hidupnya mungkin akan tergantung
pada orang lain. Kasih Allah berdaulat atas hidup Anika. Mungkin bagi
orang lain tak ada yang peduli. Tapi melalui keluarganya, meski mungkin
sedih, tapi aku percaya mereka akan mengasihi Anika lebih dari anak
lain. Aku berdoa bagi Anika dan keluarganya.
Jika Anika berkata, “Mmmamamamaa, Ani beda ya.” Mamanya akan
berbisik dengan lembut dan penuh kasih serta memeluknya dengan erat,
“Aku selalu tetap akan mengasihimu, Ani.”
Saya Ikut Terharu
Saya ikut terharu membaca kisah pakdokter. Ini sering saya pertanyakan juga, kenapa Tuhan mengijinkan anak-anak yang tak berdosa kena cerebral palsy, atau kembar siam yang dempet di bagian dada dan perut dengan 1 jantung dan 1 paru sehingga tidak bisa dipisahkan?
Aduh Tuhan, kenapa yaa? Terus saya ingat Tuhan Yesus pernah berkata : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu." (Yohanes 14:12) Maksudnya bagaimana? Apakah seharusnya kita orang-orang percaya bisa melakukan mujizat kesembuhan untuk anak-anak cacat seperti itu? Tapi rasanya koq pada ga bisa yaa? Salahnya di mana nih?
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,
Salam Hangat Dalam Kasih-Nya,