Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Misi di Tiongkok
PEKABARAN INJIL DI TIONGKOK
Setelah saya membaca buku yang berjudul buku “ Sejarah gereja Asia “ maka di sini saya dapat menyimpulkan untuk dilaporkan kepada bapak selaku dosen SGA-SGI untuk memenuhi tugas mata Kuliah dan untuk mendapatkan nilai dari bapak.
1 . Kedatangan Injil di Tiongkok
Agama Kristen berkembang di Tiongkok, tetapi kurang berakar. Latar belakang agama dan kebudayaan Tiongkok berlawanan dengan ciri-ciri khas kekristenan gaya Nestorian. Theologia gereja Tiongkok yang cenderung bercorak sinkretistis melemahkan gereja. Selain faktor-faktor perintang tersebut, gereja tergantung pada perlindungan pemerintah, sehingga agama Kristen berhasil dengan dukungan pemerintah , tetapi mundur apabila pemerintah bersikeras ataupun pada saat pemerintah lemah. Pada abad ke 10 gereja hampir punah oleh penganiayaan keras. Dan abad ke 14 umat Kristen diusir, bersama dengan penjajah dimonggol.
Gereja Nestorian di Persia mempunyai visi untuk penginjilan. sejumlah besar orang Kristen Nestorian adalah pedagang, yang mengabarkan Injil secara spontan melalui jalan raya perdagangan; ke arah selatan melalui India sampai ke Sri Lanka dan Tiongkok selatan, atau melalui “ jalan Sutra “ Asia tengah dan padang gurun Gobi sampai ke Tiongkok utara. Kehidupan beraskese sangat dihargai di Gereja Nestorian.
Berapa agama lain, termasuk Manicheisme, agama Zoroaster dan Islam, masuk ke Tiongkok bersama-sama dengan agama Kristen pada abad ke 7. Setiap agama asing hanya berhasil menarik jumlah kecil penduduk karena adat istiadat, keagamaan yang cukup kuat dan tinggi, yang sudah menjadi darah dan daging bangsa Tionghoa.
Kong Hu Cu yang merupakan kebudayaan Tiongkok sangat dihargai oleh para kaisar karena menjamin stabilitas dalam masyarakat. Tetapi pada dasarnya Kong Hu Cu bukan agama melainkan sistem etika; ajaran praktis mengenai kejujuran, keadilan, tanggung jawab di muka umum dan cara hidup seorang pegawai negeri, Kong Hu Cu juga menilai tinggi kehidupan berkeluarga dan kehormatan terhadap orang tua, nenek moyang dan tradisi. Ia sendiri percaya pada “ Sorga “ dan “ Tuhan di tempat tertinggi “
Taoisme adalah semacam filsafat, seperti Kong Hu Cu, tetapi tujuannya sama sekali berbeda; yaitu meditasi dan mengasingkan diri dari dunia jasmani. Tokoh-tokon taoisme mendirikan biara-biara dan mengarang kitab-kitab suci seperti orang Budha. Namun tidak banyak informasi tentang reaksi para penganut Taoisme terhadap kedatangan gereja Nestorian.
2 . Ajaran Gereja di Tiongkok
Di antara naskah-naskah yang ditemukan di Tunhuang terdapat empat naskah yang diduga ditulis pada zaman Alopen. Tulisannya seperti gaya orang yang berusaha menyatakan iman Kristen dalam bahasa asing dengan pertolongan penerjemah atau jurubahasa yang kurang mengerti. Misalnya dalam cerita tentang baptisan Tuhan yesus, istilah “ Merpati “ diganti menjadi “ Pintu tipis “. Inti pokok injil yang disampaikan dalam tulisan Alopen disesuaikan dengan kebudayaan Budha dan Kong Hu Cu. Dalam kitab yang memperkenalkan Al-Masih Tuhan Allah yang disamakan dengan angin yang tidak terlihat di mana-mana.
“ Sepuluh Firman “ bercorak Kong Hu Cu , ketiga perintah utama adalah: tunduk kepada Tuhan di Sorga, tunduk kepada sang kaisar, tunduk kepada orang tua ditambah tujuh perintah lain lagi. Sejarah penciptaan dan keselamatan diceritakan dengan cara yang sesuai dengan kebudayaan di Tiongkok.
Jelas terbukti bahwa inti pokok injil memang diajarkan oleh gereja purba di Tiongkok. Maskipun begitu, berita Alkitab ditafsirkan sedemikian rupa, sesuai dengan konteks di Tiongkok, sehingga boleh dikatakan hampir sinkretistis. Warna sinkretistis itu dimulai merupakan suatu usaha mencari jalan untuk menyampaikan kebenaran Kristen agar mengenah di hati orang-orang Tiongkok.
3 . Gereja Di Bawah Dinasti T’ang
Kekristenan masuk Tiongkok dengan izin pemerintahan, dan perkembangan di Tiongkok tergantung pada dukungan dan perlindungan pemerintahan. Akan tetapi tidak semua kaisar yang bersikap toleran terhadap agama Kristen. Ditambah lagi, dinasti T’ang makin lama makin lemah, sehingga negeri Tiongkok dilanda perang saudara dan keributan, akibatnya gereja mudah diserang. T’ai Tsung menyambut Kristen dengan baik tetapi ia sendiri masih mengikuti filsafat Kong Hu cu dan budha
Ketika seorang uskup berkunjung dari Barat ke Tiongkok ia disambut baik oleh kaisar Hsuan Tsung, dan diundang memimpin kebaktian di istana. Ternyata gereja masih dianggap asing di Tiongkok. Pada Tahun 745 pemerintah mengeluarkan edik menyuruh nama para biara Kristen diganti. Semakin lama pemerintah Tiongkok semakin lemah menghadapi perang saudara yang melanda negerinya. Seringkali pemerintah merasa putus asa menghadapi masa gawat. Tetapi panglima tertinggi Kuo Tzu-I begitu kuat memimpin tentara hingga akhirnya menang di medan pertempuran dan akhirnya menjadi pahlawan terkenal di Tiongkok. Pengaruh Kuo Tzu-I membuat gereja Nestorian disenangi di istana.
Ternyata sudah ada orang-orang Kristen dalam golongan tertinggi di Tiongkok. Gereja mendapat perhatian dari pemerintah, meski tidak seorang pun kaisar menjadi Kristen. Gereja mencapai puncaknya di Tiongkok. Umat Kristen yang tetap merupakan minoritas di Tiongkok, tetapi terdiri dari pedagang-pedagang atau para biarawan yang kebanyakan orang asing. Agama Kristen pada zaman itu belum sampai berakar, seperti agama Budha berakar, menjadi darah dan daging bangsa Tiongkok.
Pada abad ke 9 gereja mengalami penghambatan yang dahsyat. Gereja tergantung pada perlidungan pemerintah, sehingga pemerintah yang lemah atau yang tidak bersikap toleran terhadap gereja mengakibatkan kemunduran kekristenan. Kekristenan Nestorian sulit berakar di tanah Tiongkok oleh karena sifat yang bernoda asing. Dan ternyata kebanyakan umat Kristen tetap merupakan orang asing atau keturunan bangsa asing.
5 . Gereja Pada Masa Monggol
Pada abad ke-13 bangsa Mongol, dipimpin oleh Genghis Khan, merebut Tiongkok utara dan menguasai seluruh Asia tengah sampai ke Eropa. Suku-suku Mongol sudah lama diinjili oleh pedagang-pedagang dan rahib-rahib Nestorian. Kebanyakan suku Kerait sudah menjadi Kristen.
Dinasti Yuan ( Mongol ) berkuasa di Cina selama kurang lebih satu abad. Di bawah kepemimpinannya Ming berhasil mengusir penjajah Mongol, juga seluruh orang-orang pendatang. Dengan kegagalan pemerintahan Mongol meguasai Tiongkok, kelemahan-kelemahan gereja mulai tampak. Lebih menyedihkan lagi umat Kristen di Tiongkok pada abad ke-13 terpecah belah menjadi dua golongan yang jelas berbeda, Gereja katolik Roma, umumnya orang-orang Eropa dan Gereja Nestorian terdiri dari orang-orang Mongol dan orang-orang Persia.
Dengan berdirinya dinasti T’ang dan adanya perlindungan kaisar T’ai Tzung terhadap kekristenan membuka jalan bagi pekabaran Injil di Tiongkok. Gereja menghadapi dua kepercayaan atau pandangan hidup yang tertanam dalam pada kebudayaan dan adat istiadat di Tiongkok, yang masing-masing bertolak belakang dengan kekristenan. Dengan mencari jalan untuk menyampaikan kabar keselamatan dalam bentuk yang berarti dalam konteks kebudayaan Tiongkok, iman Kristen hampir mendekati sinkretisme.
Gereja berkembang di Tiongkok, namun sejumlah besar orang Kristen adalah pendatang. Umat Kristen terlalu bergantung pada perlindungan pemerintahan, sehingga Gereja lemah dan tidak mampu berdiri sendiri, pada saat pemerintah melemah maka Gereja pun ikut melemah, karena Gereja tidak dapat bertahan ketika penjajah Mongol diusir Tiongkok pada tahun 1368, Gereja hampir lenyap.
__________________
MrLapu
Belum ada user yang menyukai
- merdiaris's blog
- Login to post comments
- 6010 reads
merdiaris : masa lalu
Sejarah masa lalu, bukan masa sekarang tentunya.
sincerely,
smile
*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"