Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mereka Bilang Aku Cantik
Bila meneliti wajah dan bagian tubuh lainnya, secara obyektif saya
mengakui bahwa bentuk wajah saya sebenarnya kurang sempurna. Kelopak
mata yang terlalu sempit, bibir yang terlalu lebar dan bentuk rahang
yang besar bisa saya masukkan dalam daftar ketidaksempurnaan fisik.
Ukuran badan yang terlalu pendek dengan betis yang terlalu besar juga
bisa menambah panjang daftar kekurasan fisik saya.
Setiap berdiri di depan cermin, saya tak lagi bisa menghitung berapa
banyak kerutan yang mulai menggurat di wajah. Tidak bisa disembunyikan
lagi, garis-garis halus dan kerutan ulai bermunculan di wajah sejak 10
tahun terakhir. Ditambah lagi dengan kelopak mata yang mulai turun,
tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa saya semakin tua.
Sebenarnya saya tahu bahwa semua orang akan mengalami masa tua dengan
kulit yang semakin keriput dan kendor. Namun, sangatlah manusiawi jika
perempuan seusia saya mulai resah dan kurang percaya diri, karena
kondisi dan penampilan fisik semakin menurun. Itulah sebabnya, sejak
tahun 2003 saya rajin mengunjungi salon. Tentu saja saya harus
menyisihkan sebagian gaji untuk 2 kali facial setiap bulan. Walaupun
pengeluaran cukup besar, namun hal tersebut bukanlah masalah karena
waktu itu gaji saya cukup besar.
Satu tahun silam, saya memutuskan untuk melayani Tuhan secara fulltime
dengan penghasilan setengah dari gaji semula. Berkali-kali
Pdt.Julianto Simanjuntak memotivasi saya dengan berkata "Kita bekerja
di tempatNya Tuhan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Kita
harus bekerja dengan cara Tuhan, supaya pada waktuNya Tuhan, kita
dapat menuai hasil seperti yang Tuhan kehendaki". Kata-kata tersebut
cukup membesarkan hati saya.
Walaupun secara matematis penghasilan saya tidak bisa menutup
kebutuhan ketiga anak saya, tetapi saya yakin Tuhan sendiri yang akan
mencukupi dan menjaga hidup kami. Saya berkeyakinan, Tuhan akan
memperlengkapi saya dengan kebijaksanaan bagaimana mengelola berkat
yang Tuhan berikan. Dengan hikmat Tuhan, sayapun memangkas item-item
pengeluaran yang tidak penting dan tidak mendesak. Setelah mengutak-
utik angka-angka untuk mengupayakan supaya "debet-kredit" dalam
rencana penggunaan uang bulanan bisa klop, akhirnya saya harus
memangkas budget untuk facial di salon. Kekuatiran pertama yang muncul
dengan baying-bayang wajah saya yang kusam dengan tanda-tanda penuaan
yang semakin nyata.
Selain karena alasan penghematan uang, saya tidak bisa lagi
mengunjungi salon langganan karena hampir tidak ada waktu yang kosong.
Hari Sabtu yang dulu bisa saya nikmati dengan "ha-ha-hi-hi" (sesuka
hati), sekarang justru menjadi hari "pelayanan" yang sangat penting.
Sabtu pertama, saya harus menyediakan waktu untuk konseling dan terapi
kelompok senasib untuk anak-anak Tuhan yang bergumul dengan masalah
perselingkuhan, disharmoni dengan pasangan, kekerasan dalam rumah
tangga, perceraian, dan single parent. Sabtu berikutnya, saya harus
menyediakan waktu untuk berbagi pengalaman bagaimana menjalani lembah-
lembah kekelaman depresi bersama Tuhan serta bagaimana mendampingi
anggota keluarga yang mengalami depresi dan skizofrenia. Dengan
semakin padatnya jadwal pelayanan Pdt. Julianto Simanjuntak, mau tidak
mau saya harus lebih sering membantu beliau mengisi acara konseling
interaktif di Radio Pelita Kasih, pada hari Sabtu malam. Pendek kata,
Sabtu adalah hari "membagi dan mendengarkan penderitaan".
Membagikan pengalaman pahit yang traumatis, bukanlah pekerjaan yang
mudah. Adakalanya luka hati dan sisa-sisa trauma yang sudah sekian
lama saya kubur dalam-dalam, harus saya korek ulang untuk dibagikan
tangis kepada teman-teman senasib. Pada awal program, orang biasanya
membagikan bebannya dalam tangis. Lambat laun, tangis semakin reda,
seiring dengan berkurangnya rasa sakit dan luka hati.
Semula, saya berharap bahwa penderitaan yang saya bagikan bisa
membalut luka hati orang lain. Namun sungguh ajaib, kepahitan dan
sisa-sisa trauma dalam diri saya pun lambat laun terkikis habis. Entah
berapa banyak air mata yang telah saya keluarkan.Namun saya tahu bahwa
air mata itu tidak sekedar membasuh wajah, tetapi juga membersihkan
hati saya.
Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi teman-teman di kantor saya yang
lama. Jujur saja, sebelum bertemu mereka, ada rasa minder muncul dalam
hati saya. Selain kesejangan penghasilan dengan mereka, saya kuatir
jadwal ke salon yang telah saya coret selama hampir setahun, telah
membuat wajah dan penampilan saya "out of date". Terlebih lagi, sejak
meninggalkan kantor lama, saya tidak menambah koleksi pakaian baru.
Mau tidak mau, saya harus menggunakan baju lama. Dengan kata lain,
"tidak ada sesuatu yang baru" yang bisa saya "pamerkan" kepada teman-
teman lama.
Sungguh tidak disangka, teman lama yang pertama saya jumpai berteriak
kaget ketika melihat saya. Ia mengatakan bahwa saya cantik. Walaupun
agak tersipu, saya mengabaikan gurauan teman itu. Anehnya, hampir
semua teman yang saya temui mengatakan hal yang sama. Semula, saya
pikir kata-kata mereka sekedar bualan gombal.
Tanggal 27 September 2009, pukul 00.52 saya terbangun setelah
mendengar bunyi ponsel, menandakan ada SMS yang masuk. Saya sangat
bahagia karena adik rohani saya yang sedang sekolah di Singapura
mengirim ucapan ulang tahun untuk saya. Sejenak kemudian, kebahagian
tak terbendung setelah puluhan kawan rohani dan beberapa pembaca buku
mengirim ucapan ulang tahun lewat SMS. Walaupun saya tidak bisa tidur
hingga pagi, namun saya sangat bersyukur karena Tuhan telah mengisi
kekosongan hidup saya dengan kehadiran begitu banyak sahabat yang
peduli dan memperhatikan saya.
Ketika para pembelajar Counseling & Parenting Education - CPE
berdatangan di kelas, sayapun kebanjiran salam dan cium sayang. Ketika
teman-teman mengatakan "Selamat ulang tahun ya! Makin cantik aja nich
!" hati saya cukup tersanjung. Namun ketika mereka bertanya "Ulang
tahun yang keberapa nich?", saya hanya berkelakar "Wauw.angka yang
menyeramkan! Yang jelas, saya harus siap-siap panen keriput di wajah,
ha,ha,ha.."
Seorang teman pembelajar CPE tidak kalah iseng. Ia membisikkan ide
gila "Tenang saja! Sekarang kan jaman teknologi. Kalau mau tetap
cantik, bisa operasi plastik kok! Sayapun memaksakan diri untuk
tertawa, walaupun hati ingin berteriak "Oh, No!"
Mungkin bagi kebanyakan perempuan kelas atas, umur yang semakin
merambat bisa saja disamarkan dengan mereparasi wajah. Kulit wajah
yang mulai kendor bisa ditarik dan wajah yang kurang sempurna bisa
direnovasi melalui operasi plastik. Bahkan hidung yang pesek, bentuk
bibir ataupun payudara yang tidak seksi, bisa direkayasa sedemikian
rupa untuk mendapatkan penampilan yang sempurna. Sayangnya, upaya
memperbaiki dan merubah wajah tidak serta merta mendatangkan kepuasan.
Setelah menarik kulit wajahnya yang kendor, orang akan tergoda untuk
mempercantik bentuk hidung, mata, bibir dan seterusnya. Semua itu
tentunya harus dilakukan dengan biaya yang cukup besar.
Sepintas, tampaknya operasi plastik bisa menjadi alternative solusi
yang bisa saya tempuh untuk merenovasi fisik saya yang jauh dari
sempurna. Namun, semakin saya memfokuskan diri pada ketidaksempunaan
fisik, rasanya semua yang ada dalam diri saya tidak memuaskan hati
saya. Haruskah semua bagian tubuh saya dioperasi plastik? Lalu berapa
kali saya harus melakukan operasi? Benarkah Tuhan memberikan berkat
yang cukup supaya saya bisa bermegah diri dengan kecantikan fisik?
Saya tahu bahwa firman Tuhan memang tidak menyatakan secara eksplisit
bahwa operasi plastik untuk mengubah dan mempercantik diri adalah
dosa. Namun ketidakpuasan terhadap keadaan yang diberikan Tuhan itulah
yang menjerumuskan kita dalam dosa. Rasa tidak puas akan mendatangkan
keserakahan dan keserakahan akan mendatangkan kebanggaan diri.
Di sela-sela hiruk pikuk obrolan peserta CPE, saya teringat sebuah
acara rohani di sebuah di TV swasta yang membahas kisah Daud. Dalam
Mazmur 139 : 13-14 tertulis "Sebab Engkaulah yang membentuk buah
pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu
oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan
jiwaku benar-benar menyadarinya" Firman ini meyakinkan saya bahwa
Tuhan menciptakan setiap orang secara unik dengan maksud yang baik dan
indah.
Daud diciptakan Tuhan dengan badan kecil dan pendek. Orang tua Daud
sempat merasa malu sehingga mereka membuang Daud. Ketika Samuel datang
untuk mengurapi, orang tua Daud menyerahkan saudara-saudara Daud yang
berperawakan sempurna. Namun Tuhan berfirman kepada Samuel "Janganlah
pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah
menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati" (I Samuel
16:7). Akhirnya Tuhan tetap memilih dan mengurapi Daud.
Ketika Daud berperang melawan Goliat, badan Daud yang kecil dan pendek
memang merupakan sebuah kelemahan. Namun dengan hikmat Tuhan, akhirnya
Daud bisa mengalahkan Goliat yang bertubuh besar dan gagah. Daud
memang lemah tetapi melalui kelemahannya itu, kekuatan Tuhan
dinyatakan.
Kembali ke masalah wajah saya yang tidak sempurna dan mulai
menunjukkan tanda-tanda penuaan. Ada beberapa hal yang harus saya
lakukan supaya tetap tampil cantik di usia yang semakin tua ini.
Pertama-tama, saya harus menerima dan mensyukuri setiap keadaan yang
Tuhan berikan. Dengan demikian, saya patut berterima kasih dan merasa
bangga atas Tuhan yang telah menganugerahkan berbagai berkat dan
talenta dalam hidup saya. Saya tidak perlu minder atau kehilangan rasa
percaya diri karena Tuhan memperlengkapi saya dengan berbagai talenta.
Ketika saya mempersembahkan kembali talenta yang Tuhan berikan demi
kemuliaan nama Bapa, saya menyadari bahwa saya sangat berharga di
hadapan Tuhan. Keyakinan bahwa saya berharga di hadapan Tuhan, membuat
kepercayaan diri saya semakin meningkat.
Seperti firman Tuhan yang mengatakan bahwa hati yang gembira adalah
obat, hati saya yang menerima setiap keadaan dengan penuh syukur,
membuat saya tampil ceria. Selain mendatangkan suka cita bagi saya
sendiri, keceriaan saya juga memberi semangat dan menghibur orang-
orang di sekitar saya. Di balik ketidaksempunaan fisik saya, Tuhan
menunjukkan kekuatanNya yang menjadikan hidup saya bermakna dan bisa
menjadi berkat bagi orang lain.
Kalaupun wajah saya mulai kendor dan keriput, saya menerimanya sebagai
berkat dari Tuhan. Saya patut bersyukur bila di usia setua ini, saya
masih sehat, bisa memaknai dan menikmati hidup apa adanya dengan penuh
suka cita, serta menjadi berkat bagi orang lain.
Tanpa terasa, hati yang penuh syukur, suka cita dan keceriaan yang
saya tampilkan dan kerinduan untuk terus menghadirkan pribadi Kristus
serta keingian yang kuat untuk menjadi berkat bagi orang lain, telah
menjadikan penampilan saya tampak cantik dan menarik. Bahkan di depan
kelas CPE, Pdt. Julianto Simanjuntak mengatakan bahwa saya tampak
lebih muda dari waktu-waktu sebelumnya.
Saya yakin, kecantikan saya akan semakin lengkap dengan kebijaksanaan
dan hikmat dari Tuhan. Kecantikan itu akan semakin bersinar jika saya
tidak mengukuhi berkat yang saya terima untuk kemegahan diri saya
sendiri. Saya menyadari bahwa Tuhan memberi saya hidup berkecukupan
(walau tidak berlebihan), supaya saya bisa menjadi teman sekerja Allah
untuk menolong orang miskin yang terlantar papa. Saya berharap semua
yang saya lakukan ini dapat memuliaan nama Tuhan, dan semakin
mempercantik hati saya di usia yang semakin senja ini.
- Ningtyas's blog
- 7508 reads
cantik
www.talentakasih.or.id
Manis, Cantik, Indah
Waktu baca blog Ningtyas tentang kecantikan ini, langsung gatal tangan ini untuk mengetikkan beberapa bait puisi untuk beliau ... sekalian untuk hadiah ulangtahunnya ... walaupun rada telat :(
Cantik, Manis, Indah
Cantik engkau, tidak
Itu kata mereka,
Manis engkau, tidak
Itu kata dia,
Indah engkau, tidak
Itu kata hatimu
Cantik engkau, amat
Itu kata Bapamu,
Manis engkau, amat
Jujur dari sang Penciptamu,
Indah engkau, amat
Dia yang membentukmu
Sampai memutih rambutmu,
Kau tetap biji mata-Nya.
Sampai mengering kulitmu,
Kau tetap berharga bagi-Nya
Sampai kau disambut-Nya di awan-awan,
Kau tetap dipakai-Nya
Amin!
Di mata Tuhan, semuanya sempurna adanya
--
Tuhan Yesus memberkati,
Eko Sulistiono
--
Tuhan Yesus memberkati,
Eko Sulistiono
jelek lu...
saat orang bilang pada saya "jelek lu", saya katakan dengan rendah hati dan datar "saya tau, saya ngerti deh, kamu lebih dari saya,,,,,,,,lebih jelek" ha ha ha.
live too short, kamu pernah menang sekali, karena sudah memiliki 3 anak, dan untuk menang yang kedua minimal sudah tahu caranya. "I love my self go to hell..." kata hai-hai. "menikmamati manusia" kata baron