Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Merantau, Antara suka dan duka
Tepat tanggal 29 Juni 2009, pukul 18.00, masa depanku ditentukan sebuah pengumuman yang mengharuskan diriku untuk mengambil sebuah keputusan yang akan menentukan bagaimana kehidupanku ke depan. Pengumuman itu adalah pengumuman hasil ujian masuk salah satu perguruan tinggi di ibukota Indonesia, Jakarta, tepatnya kota Depok. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk meninggalkan kedua orang tua serta keluarga besarku dan teman-temanku di Medan menuju ke tempat yang belum begitu ku kenal.
Tanggal 1 Agustus 2009 dengan pesawat jam 10 pagi diriku berangkat ke Jakarta tempat dimana diriku akan menimba ilmu. Aku berangkat sendirian tanpa ditemani oleh keluargaku. Sesampainya di sana aku dijemput oleh pamanku, kemudian kami berangkat menuju ke kostan ku di Depok. Walaupun sebelumnya pernah ke kostan ku akan tetapi pamanku tidak tahu jalan menuju ke sana yang dapat dilalui oleh mobil, soalnya barang bawaanku cukup banyak. Akhirnya kami meminta bantuan seorang tukang ojek untuk memandu jalan. Sesampainya di kosan aku mulai membereskan kamarku. Setelah selesai aku mencari temanku yang juga lulus dan mereka juga satu kosan denganku. Akan tetapi ternyata mereka blum pindah ke kosan, mereka masih berada di rumah famili mereka. Akhirnya aku sendirian di kosan malam itu, dan untuk pertama kalinya aku merasa kesepian, aku bingung, terutama ketika hendak mencari makanan untuk dimakan. Aku termasuk orang yang pilih-pilih makanan. Tapi masalah utamanya adalah saya bingung untuk memilih karna cukup banyak yang menjajakan makananan sepanjang jalan. Akhirnya aku memilih satu tempat yang agak sepi, untuk menikmati makanan malam itu.
Tanggal 1 Agustus adalah hari Sabtu jadi besoknya itu hari Minggu, dan saya waktu itu bngng mao gereja ke mana. Pusing!!! Akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi salah satu teman yang merupakan kakak kelas ku dulu untuk mengantarku ke gereja besok akan tetapi ia sedang tidak berada di Depok, jadi dia tidak dapat mengantarku ke gereja dekat sini. Sedikit berputus asa, akan tetapi sekitar pukul 12 malam hp ku berbunyi tanda sms masuk, itu sms dari temanku yang saya katakan masih tinggal di rumah familinya, ia mengajakku ke gereja katanya besok dia ud pindah ke kosan dan pendeta gerejanya akan menjemput dia ke gereja dimana lokasinya di FX Plaza. Jadi singkat kata aku pun ikut dengan dia.
Keesokan harinya aku meminta tolong kakak kelas ku itu (dia akhirnya uda berada di Depok) untuk mengajar ku dan teman-temanku keluar dari komplek kampus. Kalau ga tau cara keluar susah kalau mao kemana-mana. Dia kemudian mengajak kami ke salah satu mall di depok. Dia mengajari kami keluar dari daerah kosan dia. Daerah kosannya cukup jauh dari kosanku.
Keesokan harinya kegiatan-kegiatan awal perkuliahan dimulai. Dimulai dengan registrasi akademik, kemudian latihan paduan suara yang berlangsung selama sebulan yang diperuntukan untuk mengisi acara wisudawan nantinya. Dan ini merupakan kegiatan wajib bagi mahasiswa baru. Kemudian ada kegiatan OBM (Orientasi Belajar Mahasiswa) disini diajarkan cara belajar sebagai mahasiswa dan banyak hal lagi. Dan kegiatan seperti ini berlansung hampir tiap hari dari Senin-Minggu. Kemudian ada PSAU, PSAF, dan PSAD yaitu sebuah kegiatan pengenalan sistem akademis universitas, fakultas, dan departemen. Isinya hampir sama yang dibicarakan. Sangat membosankan!!! PSAU,PSAF,PSAD itu bisa disebut sebagai kegiatan ospek. Akan tetapi khusus untuk fakultas ku ospeknya berlangsung selama 1 semester sedangkan untuk beberapa fakultas cuma 1 bulan. Cukup menyedihkan.
Kegiatan ku tidak padat setiap harinya terkadang terdapat waktu libur dan aku memanfaatkan waktu itu untuk mencari tahu lokasi gereja di sekitar Depok. Pertama-tama aku mencari info tentang gereja-gereja di Depok melalui internet dan aku menemukan sebuah gereja yang akan menjadi tempat aku beribadah. Kemudian aku pergi ke lokasi tersebut dan mencari tahu lokasinya yang tepat. Ternyata gereja amat susah dicari akan tetapi akhirnya aku menemukan lokasinya. Gereja itu menggunakan sebuah rumah untuk dijadikan gereja, akan tetapi saat sampai sana aku mendapatkan gereja lain dan kemudian bertanya kepada orang-orang yang ada di sana, apakah gereja yang aku cari ada di sini. Kata mereka, mereka tidak tahu dan mengatakan memang rumah ini sering dijadikan tempat ibadah beberapa gereja. Jadi diriku kemudian aku mengambil kesimpulan bahwa memang gereja yang kucari ada di sana. Kemudian hari minggunya aku berangkat ke sana, sesampainya di sana aku menunggu cukup lama, tetapi tidak ada tanda-tanda akan dimulainya kebaktian jadi karena tidak sabar menunggu aku kemudian menelpon pusat gereja tersebut dan aku mendapatkan sebuah kabar yang mengejutkan bahwa gereja yang kucari itu ternyata sudah tidak ada di Depok. Akhirnya daripada tidak kebaktian minggu itu akhirnya aku melangkahkan kaki ke suatu gereja. Dan pas saat itu sedang diadakan kebaktian pemuda. Dan aku pun mulai beribadah di sana.
Kemudian akhirnya mulailah kegiatan perkuliahan, kegiatan perkuliahan ini bukan hanya kegiatan belajar tetapi juga disertai kegiatan pembinaan oleh kakak kelas. Dimana kami para mahasiswa baru dikumpulkan terlebih dahulu pagi-pagi hari sebelum masuk ke kelas, kemudian siangnya juga dikumpulkan. Cukup melelahkan bagiku, apalagi disuruh berkumpul pada siang hari dengan disinari terik matahari membuat banyak orang yang sakit termasuk diriku. Selain itu diberikan juga seminar-seminar dan tugas-tugas oleh senior yang sebenarnya berguna akan tetapi cukup melelahkan untuk melaksanakannya.
Akan tetapi inilah dunia perkuliahan banyak tugas yang harus dikerjakan.
Kemudian akhirnya aku merasakan homesick setelah 1½ bulan meninggalkan rumah, keluarga dan kota tempat aku dilahirkan. Aku rindu akan makanan-makanan yang terdapat di kota ku, aku rindu suasana yang ribut di rumah, aku rindu suasana canda tawa yang aku habiskan bersama keluarga dan teman-teman ku. Terutama di saat liburan Idul Fitri ini. Aku rindu ketika aku bersama keluarga, kami biasanya menghabiskan waktu pergi rekreasi ke Berastagi ato ke Danau Toba, makan makanan yang enak. Pada saat takbiran kami akan berusaha keluar mencari makanan dan kami akan berusaha secepatnya pulang ke rumah untuk menghindari kemacetan. Itu semua hal yang kurindukan. Aku ingin sekali pulang.
Tapi aku tahu bahwa aku disini adalah keinginanku, aku telah memutuskan dari awal untuk pergi. Ini adalah keputusanku, dan aku harus menjalaninya. Aku percaya Tuhan punya rencana bagiku. Aku akan berjalan menyongsong hari esok dengan kepala tegak karena aku tahu Dia bersamaku menyongsong hari esok. Mungkin saat ini belum saatnya aku pulang tapi nanti aku akan pulang apabila saat itu tiba. Sebab Ia yang akan menentukan waktunya bagiku. Aku percaya itu. Ynag bisa ku lakukan saat ini adalah melakukan apa yang seharusnya aku perbuat di sini, yaitu belajar dengan baik dan tidak mengecewakan kedua orang tua ku. Masalah lainnya kuserahkan pada Dia, biar Dia yang menentukan kemana aku harus melangkah dan apa yang harus kuperbuat.
- vincent's blog
- Login to post comments
- 7457 reads
@vincent : ayo semangat
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
It is time to growth...man(or boy?)!
Vin, sebagian besar kita-kita yang merantau ini mengalami hal-hal yang sama seperti yang kamu alami pada saat pertama kali merantau, home sick lah, food sick lah, dll. Tetapi percayalah seiring berjalannya waktu, kamu akan mulai menikmati semuanya itu. Sebagian besar orang daerah setelah tamat kuliah di Jakarta atau Depok, mereka enggan pulang ke kampungnya, alasannya nggak ada tantangan, nggak ada karier, peluang, dsb..dsb. Malah ada juga yang merasa sudah bosan di Jakarta, mau tantangan yang lebih lagi ke yang paling dekat Singapore/Malaysia, sampai yang paling jauh ke US/Eropa.
Perhatikanlah tokoh-tokoh Alkitab dari PL sampai PB, sebagian besar mereka keluar dari kampung halamannya, dan bagaimana Allah mendidik mereka dengan mengeluarkan mereka dari zona nyaman. Abraham dipanggil Tuhan meninggalkan keluarga besarnya, Yakub pergi merantau di tempat pamannya, Yusuf menjadi budak orang asing, masuk penjara, sampai menjadi pejabat di negeri asing, Musa dari istana dibawa ke padang pasir bahkan mati di padang pasir, Daniel cs tinggal dan berkarier di negeri asing, Daud mengembara beberapa kali menghindari musuh, Rut setelah menjadi janda mengikuti mertuanya meninggalkan kampung halamannya, Nehemia hidup di negeri asing, Yesus sudah mengembara kemana-mana sejak dalam kandungan bahkan sebagian besar karierNya di luar kampung halamanNya, perhatikan bagaimana para rasul mengakhiri kariernya bahkan hidupnya di tempat asing. Lihatlah kehidupan sebagian besar tokoh tokoh iman, seperti John Wesley, John Sung, ibu Teresa, serta misionaris besar lainnya. Itulah salah satu cara Allah mendidik anak-anakNya. Kita cenderung seperti air, mengalir menuju zona nyaman kita. Dan begitu kita berada di zona nyaman kita biasanya berhenti bertumbuh (catatan: zona nyaman tidak selalu mengenai wilayah atau lokasi, tetapi juga bisa hobby kita, knowledge kita, kesehatan, pekerjaan kita, status sosial, jabatan, karier, reputasi, pergaulan kita, kehidupan perkawinan, teman-teman kita, dsb).
Aku sharing hal ini karena aku sendiri sudah merasakan. Setelah tamat SMA di Palembang dalam hitungan hari sudah bekerja dan seminggu kemudian ditempatkan di Jambi, dua tahun kemudian melanjutkan kuliah ke Jakarta selama 4 tahun, kemudian diteruskan studi Mandarin di Taiwan selama 2,5 tahun, kembali ke Jakarta dan bekerja serta sering melakukan perjalanan dinas ke berbagai kota, 4 tahun kemudian ditugaskan ke China selama 2,5 tahun, dan sekarang sudah hampir 2 tahun berada di Afrika. Setelah ini nggak tahu bakal kemana lagi...barangkali ke kutub utara. Yang jelas ketika sudah nyaman di suatu tempat akan muncul goncangan, lalu berpindah ke tempat lain, dan kemudian menemukan hal-hal baru serta perspektif yang baru.
Ada satu buku yang sangat bagus sehubungan dengan hal ini, entah sudah berapa kali kubaca, yang jelas lebih dari satu kali. Pertama kali membacanya ketika di China, dan terakhir ketika dalam perjalanan ke Afrika. Judulnya adalah "Meninggalkan Kenyamanan Meraih Kemenangan" (Journeys Beyond the Comfort Zone) ditulis oleh David W.F. Wong. Gaya penulisannya enak untuk dibaca dan mudah dimengerti. Buku ini mengulas bagaimana Allah membawa beberapa tokoh Alkitab PL-PB keluar dari zona nyaman mereka dalam berbagai perspektif, dengan disertai contoh dan kesaksian. Menurutku buku ini akan sangat membantumu untuk terus melangkah maju.
Berikut ini kutipan Pendahuluan dari buku tersebut:
....Jadi, apa yang terjadi ketika kita meninggalkan hal-hal yang familiar dan rutin?
Pertama-tama, kita menjadi lebih terbuka untuk berubah. Pada daerah yang kita kenali, kita pikir kita tahu segalanya. Kita melihat ide-ide baru dengan curiga dan melihatnya sebagai ancaman terhadap kedudukan kita. Kita menganggap masa depan hanyalah perpanjangan masa lalu. Jika kita telah bentindak baik di masa lalu, kitapun akan bertindak baik di masa depan - begitulah pikiran kita.
Namun, ketika kita dilempar ke suatu lereng yang tidak kita kenal, kita menyadari bahwa rutinitas lama kita tidak lagi berlaku. Yang kita anggap wajar tidak ada lagi. Kita harus melakukan hal-hal yang tidak pernah kita lakukan. Akibatnya kita lebih terbuka terhadap persepsi dan tugas-tugas baru. Seorang janda mulai menemukan identitasnya bahwa ia telah berpisah dari suaminya. Seorang pelajar Internasional menemukan suatu budaya yang berbeda dengan budayanya. Seorang pasien kanker menyadari keterbatasannya-keterbatasan tubuh dan masa hidupnya. Suka atau tidak suka, kita menerima perubahan dan tumbuh bersamanya.
Kedua, di luar kenyamanan, kita menjadi lebih terbuka terhadap Allah. Ketika kita mengenali suatu tempat dengan baik, kita tidak membutuhkan pertolongan siapapun. Tetapi di suatu tempat asing, yang tidak pernah kita jalani sebelumnya, kita akan mencari bantuan. Semakin sulit lerengnya, bantuan itu semakin diperlukan. Semakin kita jauh dari wilayah nyaman, kita semakin sering berseru kepada Allah.
Ok Vin, demikian dulu sharingnya. Benar kata Jesus Freaks (bukan Jesus Christ loh) bahwa hidup itu singkat. Terlalu singkat dan indah untuk dihabiskan hanya di kampung halaman tercinta. Hidup Kampung! Hidup Vincent!
@ ALL Thanks
Thanks untuk saran dan sharing yang diberikan. Aku akan berusaha menjalaninya dengan baik.