Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Menyerap Metode Partisipatif dalam Pelatihan "Peace Education"
Hal yang menarik pada hari ketiga pelatihan "Peace Education" adalah pada metodenya yang partisipatif. Seperti biasa, pelatihan selalu diawali dengan doa yang dipimpin oleh kelompok yang sedang bertugas. Ini adalah salah bentuk dari metode partisipatif. Peserta dibagi menjadi empat kelompok, yang bertugas selama satu hari penuh. Tanggungjawab kelompok adalah memimpin doa pembukaan dan penutupan, menyiapkan ice breaker serta mengulas sekilas materi pada hari sebelumnya.
Setelah itu partisipan dibagi menjadi tiga kelompok. Tugas setiap kelompok adalah membuat poster bertema kerusakan lingkungan. Kelompok pertama membuat poster tentang Tanah, kelompok kedua tentang air dan kelompok ketiga tentang udara. Dalam poster itu harus memuat unsur-unsur: Kerusakan saat ini, penyebab, dampak dan ajakan untuk bertindak. Peserta membuat poster di atas kertas manila berukuran plano dengan crayon, spidol dan kertas warna-warni.
Pada sessi berikutnya, peserta diajak membuat mural. Mural adalah lukisan pada dinding atau tembok. Biasanya mengandung pesan-pesan sosial. Karena dalam pelatihan ini tidak ada dinding yang bisa dicorat-coret, maka peserta memggambarnya pada lembar kertas manila ukuran plano. Sekali lagi peserta bekerja berkelompok. Setiap kelompok mengerjakan mural dengan tema-tema yang sudah ditentukan. Tema besarnya adalah living with compassion and justice. Setelah itu dibagi menjadi sub-tema yaitu tentang hak-hak sipil, kekerasan terhadap perempuan dan tentang pertanian.
Sesudah makan siang, fasilitator menggunakan metode yang lain. Kali ini mengadopsi acara talk show di televisi. Sekali lagi peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok mendapat sebuah kasus untuk ditelaah. Kasusnya adalah tentang ketidakdilan yang dialami oleh beberapa komunitas. Tugas kelompok adalah berperan sebagai anggota komunitas tersebut untuk berjuang mendapatkan keadilan. Setiap kelompok memilih satu orang untuk menjadi jurubicara dalam sebuah acara talkshow di televisi.
Ruang kelas diatur seolah-olah menjadi studio televisi. Fasilitator bertindak sebagai pembawa acara TV. Para jurubicara dari setiap komunitas diminta duduk di depan kamera. Selain itu ada juga dua pembicara lainnya. Mereka adalah partisipan yang sebelumnya telah ditunjuk sebagai pejabat pemerintah dan aktivis LSM.
Talkshow
----------------------------
Karena Davao dekat dengan laut, maka menu makannya tak pernah lepas dari makan laut (seafood). Kota ini terkenal dengan hasil ikan tunanya. Kali ini lauknya adalah rumput laut rebus. Menurut artikel yang saya baca, rumput laut termasuk makanan yang sehat. Maka saya pun ambil banyak. Namun begitu suapan pertama masuk mulut, saya urung menyantapnya karena bau amisnya masih terasa menyengat. Sampai sekarang saya belum bisa menikmati makanan yang berbau amis.
--------------------------
Ini adalah bagian dari serial tulisan perjalanan dan pengalaman pelatihan tentang Peace Building yang diselenggarakan oleh The Mindanao Peacebuilding Institute, di kota Davao, Fillipina selatan, tanggal 14 Mei-s/d 1 Juni 2012. Saya akan berusaha untuk mengupdate tulisan jika ada kesempatan.
----------------
Baca juga:
- Catatan Perjalanan: Kesasar di Singapura
- Peace Building Training Note
- Catatan Pelatihan “Peace Building” (1)
- Peace Zone di Filipina | Catatan Pelatihan “Peace Building” (2)
- Melongo di Davao
- Menyerap Metode Partisipatif dalam Pelatihan Peace Education
- Menyemai Perdamaian Batin [Oleh-oleh dari Filipina]
- Belajar Tentang Prinsip Belajar Orang Dewasa
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- Login to post comments
- 4827 reads