Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mengumpat Alias Memaki
Para wanita jarang mengumpat, namun mereka suka latah. Nampaknya mengumpat adalah ciri khas laki-laki. Ada berbagai umpatan di dunia ini, bahkan masing-masing daerah biasanya memiliki umpatan khasnya sendiri dan berbagai suku juga memiliki kata umpatannya masing-masing. Umumnya dari cara mengumpat seseorang saya dapat mengetahui dari mana orang tersebut berasal. Umumnya orang mengumpat dengan nama-nama binatang, sebagian lainnya mengumpat dengan nama anggota tubuh, sebagian lainnya mengumpat silsilah orang, yang lainnya mengumpat dengan istilah profesi dan ada juga yang mengumpat dengan kata-kata bersetubuh, lainnya mengumpat dengan menyumpahi orang dan banyak lagi bentuk umpatan lainnya.
Anda suka mengumpat? Saya suka mengumpat, bahkan saya kecanduan mengumpat. Ketika ada hal yang kurang berkenan di hati, maka saya akan mengumpat, "oncom!" atau "dodol," atau "dodolipet," atau "... dari Hongkong?" Oncom adalah makanan khas orang sunda yang terbuat dari ampas sisa pembuatan tahu. Dodol adalah jajanan dari berbagai daerah di Indonesia. Dodolipet adalah dodol yang dilipat. Hongkong adalah salah satu provinsi di negara Tiongkok. Walaupun salah satu umpatan itu sempat ngetop di iklan TV, namun saya menjamin bahwa keempat umpatan yang saya gunakan itu adalah original hai hai. Saya menggunakan keempat umpatan itu sejak tahun 1990, sejak saya menyadari bahwa umpatan-umpatan yang sudah ada sering membuat orang lain sakit hati, minimal merasa tidak nyaman.
Mengumpat itu dosa? Saya tidak tahu, yang saya tahu, di dalam Alkitab banyak terdapat umpatan. Silahkan anda mencari sendiri kata-kata umpatan itu. Banyak pengkotbah yang suka mengumpat, bahkan pdt. Dr. Stephen Tong yang amat saya hormati juga sering mengumpat ketika berkotbah. Dia sering mengumpat, "matamu!" jarang-jarang mengumpat "kepalamu!" dan lebih jarang lagi mengumpat, "bapamu!" Walaupun mengungkapkannya dengan cara yang lucu, tetap saja itu kata umpatan.
Kenapa laki-laki suka mengumpat? Saya tidak tahu kenapa laki-laki suka mengumpat, namun saya tahu, ketika lelaki mengumpat, dia sedang menyatakan rasa putus asanya, rasa tak berdayanya, ada juga laki-laki yang mengumpat untuk menyatakan kegembiraannya, yang lainnya bahkan mengumpat untuk menyatakan keakrabannya. Anda pernah melihat dua orang laki-laki yang ketika bertemu, saling mengumpat? Kalau dipikirkan, tidak masuk akal, namun itulah cara mereka mengungkapkan perasaan kangen dan akrab.
Tadi saya membaca di shoutbox sabdaspace ada yang mengumpat dengan kalimat "stupid monkey!" walaupun dengan ejaan "stoopid monkey," namun saya yakin itulah yang dimaksudkannya. Ketika membaca umpatan itu, saya langsung ingat beberapa orang teman kerja dulu, orang Perancis yang selalu menggunakan umpatan itu. Ha ha ha ... Ketika membaca umptan itu, saya langsung merasa kangen dengan teman-teman Perancis tersebut.
Apakah mengumpat itu dosa? Seperti yang sudah saya katakan, saya tidak tahu, namun saya tahu pasti, pada saat seseorang mengumpat, pada saat itulah terjadi ketidak adilan. Sang pengumpat, setelah mengumpat lalu melupakan segalanya, namun yang diumpat akan merasakan ketidak nyamanan selama berhari-hari, sebagian orang malah merasakannya selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Saya punya seorang teman, ketika memarahi para stafnya, dia akan menggunakan kalimat, "Lu orang ..." Dia seorang Hokian, ketika mengatakan, "lu orang ..." dia sedang menerjemahkan kalimat dalam bahasa Hokian, "Len lang .." yang terjemahan akuratnya adalah "Lu orang ..." namun arti sebenarnya adalah, "Kalian ..." Para stafnya yang tidak memahami kalimatnya merasa sakit hati, ada yang selama beberapa hari, ada yang selama berminggu-minggu, bahkan ada yang langsung mengajukan surat pengunduran diri.
Saya senantiasa mengendalikan diri untuk tidak mengumpat, namun ketika tidak terkendali, maka sayapun mengumpat, "oncom!" Setelah mengumpat saya merasa nyaman, sedangkan orang yang saya umpat merasa geli sambil ngedumel di dalam hati, "mengumpat kok, oncom?" Itulah cara saya untuk memuaskan kecanduan mengumpat saya sambil menghilangkan ketidak adilan terhadap orang yang saya umpat.
Nah, teman-teman, saya tidak tahu kata umpatan yang biasa anda gunakan, namun saya tahu ketika anda mengumpat, maka anda hanya mengucapkannya secara reflek tanpa memikirkan akibatnya pada orang yang anda umpat. Ketika anda mengumpat, itu ditujukan untuk memuaskan diri sendiri, bukan untuk menyakiti orang yang anda umpat. Namun yang terjadi justru sebaliknya, kata umpatan anda itu akan menyakiti orang yang anda umpat jauh melebihi apa yang dapat anda pikirkan. Mungkin sudah saatnya anda melepaskan diri dari kebiasaan mengumpat, kalau tidak mempu, maka mengumpatlah dengan bijaksana, pilihlah kata-kata umpatannya.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
- hai hai's blog
- 14023 reads
who's the idiot?
Beberapa hari yang lalu, saya pulang ke rumah dengan jantung berdebar kencang, wajah memerah dan otot-otot menegang karena adrenalin mengalir deras ke sekujur tubuh. Sampai-sampai saya sulit mengendalikan motor di tengah hujan deras karena tangan saya mengepal erat dan dada saya terasa sakit sekali. Sampai di rumah saya segera tiduran sebentar karena khawatir saya akan terserang stroke hanya karena luapan kemarahan sesaat.
Gara-garanya apa? Hanya karena saya mendengar seseorang mengumpat seorang lain karena orang lain tersebut tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Terus terang saya juga setuju bahwa orang lain itu memang tidak bertanggung jawab, dan saya sendiri juga berniat menegurnya. Tapi saya heran mengapa saya bisa marah luar biasa seperti itu? Padahal umpatannya bukan untuk saya, dan korban umpatan itupun juga tidak mendengar umpatan tersebut, hanya saya yang mendengarnya...
Tapi setelah membaca blog hai hai ini saya jadi mengerti apa yang terjadi pada diri saya, yaitu saya merasakan ketidakadilan. Ketika orang pertama mengumpat, orang kedua hanya menerima penghakiman sepihak dan tidak mendapat kesempatan mempertahankan dirinya, kecuali dengan balas mengumpat, walaupun hanya dalam hati.
Jadi, apakah lebih baik mengumpat dalam hati saja ya?
Mengumpat Dalam Hati?
Idenya bagus mas Daniel, mari kita belajar mengumpat dalam hati.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Dodol vs Bunga
Saya juga termasuk yang doyan mengumpat. Serasa pelampiasan yang habis saat itu saja. Yaaa...h karena kelemahan saya, kalau kelewatan memang suka terbawa-bawa. Dan salah satu umpatan yang sering saya pakai juga dodol, kadang divariasikan sesuai selera menjadi dododz, dudul, atau dududz yang bagi saya sama-sama berarti 'dodol'.
Waktu masih SMU, seorang teman sempat juga membuat strategi umpatan yang terkesan "menghaluskan". Sebelumnya, ia memang terbiasa memakai umpatan nama-nama binatang dan anggota tubuh. Waktu itu, ia memilih bunga sebagai umpatannya.
Mana yang sopan, mana yang halus? Saya kira tetap saja sama; sama-sama mengumpat. Namun, strategi "penghalusan" ini mungkin saja mengurangi efek sakit hati pada orang lain.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Merde!
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Bijak-bijaklah Saat Mengumpat
Hahaha .. mengumpat, jelas saya pernah. Mengumpat memberi kesan marem (mantep), jika itu sedang kagum, marah, ataupun becanda. Satu umpatan yang dari dulu kadang masih terucap adalah "kere..!" yang artinya dalam bahasa jawa itu "miskin". Walaupun seringnya gak terlalu memperhatikan sih maknanya, hanya marem-nya saja yang bikin puas. Sempet juga bergumul untuk mengubahnya (mengingat artinya jelek, dan kesannya mengutuki orang lain) menjadi "sugih .. !" yang artinya "kaya", tapi aneh rasanya, gak marem. Justru sekarang kadang terpengaruh umpatan orang lain, seperti "geblek ..!".
Beberapa waktu terakhir ini saya sudah sering mendengar umpatan-umpatan yang lebih kasar seperti "IDIOT..!", "STUPID MONKEY!", "MONYET!". Yah, menrutku itu kasar karena konotasinya membinatangkan manusia. Dosa apa enggak? Mmm .. pertanyaan lain, berguna buat orang lain gak? Kalau umpatan-umpatan itu sudah menjadi "Killer Statement" yang membuat orang drop, lemah, loyo dan merasa tidak berguna , sudah saatnya harus dihentikan atau diganti. Masak dari mulut yang sama kita memuji Tuhan, dengan mulut yang sama pula kita mengata-ngatai orang lain. Saya juga jadi inget tentang kotbah "kuasa perkataan" dan juga satu ayat di kitab Amsal "Hidup mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya." Ya, bijak-bijaklah saat mengumpat, pilih kata yang enak ditelinga yang bisa membuat orang tersenyum.
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Marem
Bung Indonesia-saram, benar kata mas ari, ketika mengumpat kita merasa marem (mantap). Jadi kata kata umpatannya juga harus dipilih yang mendatangkan rasa marem itu. Namun ya itu, ketika mengumpat kita juga harus memikirkan orang yang kita umpat. paling bagus jangan mengumpat, kalau tidak mampu yang berusaha mengurangi tingkat ketidak adilan yang terjadi ketika kita mengumpat.
Ada bebrapa umpatan yang di suatu daerah dianggap sangat mengerikan, namun di daerah lain menjadi umpatan yang biasa-biasa saja. contonyahnya yaitu, "kere" bagi orang jawa tengah, umpatan ini cukup menyakitkan, namun ketika dibawa ke daerah lain bahkan setelah diterjemahkan, "Miskin" menjadi tidak menyakitkan.
Umpatan "monyet" atau "bodoh" atau gabungan keduanya di daerah Indonesia ini tidak terlalu menyakitkan, namun bila diungkapkan di Papua, berdampak sangat mengerikan. Bisa mendatangkan dendam berkepanjangan. Jadi kalau berhadapan dengan orang-orang Indonesia timur, khususnya papua, jangan gunakan kedua umpatan tersebut.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Lebih Hati-Hati
Hmm, ya, benar juga. Tadi saya menulis, "... mengurangi efek sakit hati pada orang lain." Tapi tetap saja akan menyakiti hati orang lain. Yah, harus belajar mengendalikan diri juga, nih. Mungkin benar juga, mengumpat dalam hati lebih baik (mungkin juga asal tidak kelihatan dari sikap dan perilaku).
Wah, studi mengenai umpatan di berbagai daerah tampaknya menjadi topik yang menarik. Nanti di judul skripsi, salah satu tujuannya bisa dicantumkan: menghindarkan kesalahpahaman lintas budaya atau yang berbunyi begitu.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.
Komunikasi Antar Budaya
Nyari beasiswa di sini aja
Tesaurus Umpatan Indonesia
Mas Indonesia-saram, ini peluang untuk anda menulis buku. Tesaurus Umpatan Indonesia. Ha ha ha ... Buku demikian belum ada di toko buku tuh?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Salah Tempat dan Waktu
Mengumpat Secara Reflek
Lamtze, memang itu masalahnya, mengumpat pada waktu dan tempat yang tidak tepat di hadapan orang yang tidak tepat. Namun itulah yang sering terjadi, karena ketika mengumpat, kita melakukannya dengan reflek.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
jahil kah?
Jika mengumpat termasuk dalam kategori berkata jahil, itu berarti mengumpat adalah masalah yang serius. begitu seriusnya hingga Yesus sendiri berkata:
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Yesus tahu bahwa berkata jahil, mengumpat atau berkata apa saja yang jika didengar bisa menimbulkan kemarahan, itu bisa menjadi akar dari timbulnya dosa yang lebih serius bahkan bisa menimbulkan percekcokan hingga pembunuhan.
So serius ...
Antar Budaya
Nyari beasiswa di sini aja
DIONCOMI
Oncom Enak Lagi
Oncom enak lagi! Paling wuennak, oncom ditumis cabe ijo, wow ...... makannya sama ikan mujaer goreng kering.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Mengumpat
Memang Parah Kalau Wanita Mengumpat
Silahkan nimbrung nona Esti! Pasar Klewer terbuka buat siapa saja, selama memahami aturan mainnya. Benerkan Mas dan mbak Admin sekalian? Seneng juga mengetahui, bahwa tulisan saya membuat anda tersenyum sendiri.
Ha ha ha, memang parah kalau wanita cantik punya kebiasaan mengumpat. Walaupun jujur harus saya akui, saya suka ketika melihat wanita jawa tengah, dalam amarah tak tertahankan, dengan wajah garang merah membara, dengan putus asa mengumpat, "bedhes!" Mereka mengumpat dengan anggun. Marem! Istilah mas Ari_thok. Namun ketika menghadapi wanita jawa yang sebentar-sebentar mengumpat "bedhes!" Ha ha ha ha ... Mengerikan!
Syukur dech anda sudah dapat mengatasinya. Coba bayangkan, waktu muda suka mengumpat, begitu tua suka mengumpat dan latah. Akhirnya orang akan bingung untuk membedakan, sedang latah atau mengumpat? Ha ha ha ... Atau, sesudah mengumpat lalu latah sendiri?
Ada orang yang karena amarah tak tertahankan lalu memaki. Menurutku itu hal yang masih mudah untuk ditangani, karena dia mengumpat dengan sadar dan memperhitungkan akibat umpatannya kepada orang lain. Namun yang saya maksudkan dalam tulisan saya adalah orang-orang yang reflek mengumpat. Hal ini sulit di tangani, karena mereka melakukannya dengan reflek, tanpa pertimbangan dan tidak memikirkan akibatnya bagi orang yang diumpatnya. Umpatan itu keluar secara otomatis.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
mengumpat dengan reflek
Delo, Tiro, Bubuhi
Wah, maaf nich n, baru baca komentar kamu, saya baru kembali dari kampung. Memang benar, ada sekolah yang mengajar orang bagimana harus bersikap dan benar juga biayanya mahal, itu sebabnya saya tidak pernah ikutan sekolah seperti itu, sayang dengan uangnya.
Ada banyak cara untuk membina diri tanpa harus ikutan sekolah pengembangan kepribadian. Yang paling mudah dan murah adalah dengan rajin meminta teman-teman untuk memberi penilaian jujur tentang penampilan kita, lalu minta kiat-kiat untuk mengubah kebiasaan buruk itu. Perhatikanlah wanita-wanita yang selalu populer dalam pergaulan, bertanyalah kepada teman-teman lelaki, apa kelebihannya.
Delo โ Tiro โ bubuhi! Lihat - tiru โ tambahi. Konon, itu adalah salah satu yang dijarkan oleh Ki Hajar Dewantoro. Menurut saya itulah cara paling murah untuk membina kepribadian.
Aturan di saddaspace yang paling sering dilanggar adalah: blogger, ketika membaca tulisan di tempat lain, lalu mengcopy tulisan itu ke sabdaspace untuk dibaca para blogger di sini, padahal sabdaspace mengkhususkan diri untuk tulisan-tulisan original.
Selamat menulis n!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
mengumpat
Suka Sama Suka Mengumpat
Sex bila dilakukan suka sama suka sesuai kesusilaan namanya bersetubuh, bila yang suka hanya satu pihak namanya perkosaan, bila dilakukan diluar kesusilaan namanya berzinah. Nampaknya hal yang sama juga berlaku dengan mengumpat.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak