Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mengapa Injil Yohanes?
Pendetaku yang orang Batak menceritakan betapa sulitnya "bersaksi" kepada orang Batak. "Sama sulitnya dengan mengasih tahu orang Yahudi bahwa Yesuslah Mesias yang mereka nanti-nantikan." katanya, seolah-olah memang pernah bersaksi kepada orang Yahudi yang memang keras kepala itu. Lalu melanjutkan ceritanya dengan kisah penginjil yang hanya bisa terdiam setelah seorang Batak berkata, "Bah...! Tahu apa kau, berani bilang aku belum Kristen. Sebelum kamu jadi orok aku sudah menjadi orang Kristen."
Tanpa maksud mengungkit masalah kesukuan, ini hanya sebuah cerita, cerita yang berkata, "Berkoar tentang arti 'dilahirkan kembali' kadang merisihkan orang yang sudah menjadi Kristen sebelum lahir." Cerita seperti ini bisa terjadi di mana saja selama orang Kristen ada di situ.
Cerita itu terjadi karena ada orang mau bercerita tentang tokoh bernama Yesus, caranya mengatakan siapa tokoh ini disebut cara "tembak langsung". Sebenarnya ada banyak cara menceritakan Yesus ini. Ada yang melakukannya dengan meneriakkan janji-janji manis, "Segala sesuatu akan baik-baik saja bersama Dia. Bilur-bilur-Nya menyembuhkan. Bilur-bilur-Nya membuat gatal-gatal hilang, bilur-bilur-Nya membuat kanker hilang," dan seterusnya. Ada juga yang berteriak, "Setelah mengenal Yesus, anak saya yang suka pulang pagi sekarang hanya pulang pagi kalau ada doa semalam suntuk."
Saat buku-buku "motivasi" yang menjanjikan kesuksesan ala bunglon beredar, dengan penulisnya yang berjas hitam dan berdasi sutra bergaya ala pedagang keliling di sampulnya, beberapa orang menulis buku yang berkata "Yesus bisa lebih baik lagi, Ia motivator terbaik dunia." Sayang tidak ada gambar Yesus berjas dan berdasi sutra sedang mengancungkan tangan yang terkepal di sampul depan.
Yesaya 53:5 berkata, "... dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." lalu orang yang membaca ayatnya tanpa melihat kalimat-kalimat dalam "..." berkata, "Bilur-bilur-Nya menyembuhkan gatal-gatal, bilur-bilur-Nya menyembuhkan kudis, kurap, kusta." Matematika, khususnya statistik menertawainya, berkata, "Hitunglah jumlah orang yang sembuh karena bilur-bilur itu. Cari juga data pasien rumah sakit seluruh dunia hanya bulan ini. Bagilah data mujizat dan data rumah sakit, kemudian kalikan seratus. Lihatlah hasilnya." "Hanya sekian persen," jawabku dalam hati. "Dunia kedokteran lebih baik," kataku lagi, "yang penting punya banyak uang untuk membayar rumah sakit."
Etika, ilmu yang mempelajari masalah moral berkata, "Hiduplah sesuai ajaran Yesus, maka dunia akan menjadi lebih baik." Benar, Plato, Aristoteles dan tokoh yang lain juga mengajarkan etika moral. Dunia pasti lebih baik jika semua orang melakukan apa yang mereka ajarkan. "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka...." kata Yesus. "Jangan lakukan pada seseorang apa yang Anda tidak ingin orang lakukan itu pada Anda," kata seorang pengagum ajaran Yesus. Tanpa Yesuspun dunia ini bisa menjadi lebih baik asal orang tidak merusak alam, tidak mencuri, tidak membunuh, dan tunduk pada segala macam kata "jangan". Sayangnya dunia cepat penuh jika ia lebih baik.
Menurut Oxford Dictionary, Yesus berarti:
jesus, int. colloq. an exclamation of surprise, dismay, etc.
Etymology:
name of the founder of the Christian religion d. c. AD 30
Benar, Orang Kristen tidak menyerukan "astaga" ketika kaget. Orang latah atau pura-pura latah, ketika kaget berseru, "Darah Yesus", "Yesusku", "Yesusku yang baik", dan seterusnya. Lalu orang yang suka mengumpat tidak mau kalau, menambahkan kata "Yesus" di depan kata "Kampret".
Yesus seperti inilah yang kudengar diberitakan melalui kotbah televisi. Yesus yang sama dengan Yesus yang diceritakan oleh anak bau kencur kepada pamannya yang sudah menjadi majelis saat keponakannya itu masih kencing di celana.
Bukan seperti ini Yesus yang kulihat dalam Injil Yohanes.
***
Dulu aku membacanya karena sebuah buku berjudul How to be Born again menganjurkan membaca Injil Yohanes sebelum membaca Injil yang lain. Baru akhir-akhir ini aku mengerti mengapa Injil ini perlu dibaca sebelum membaca Perjanjian Baru secara keseluruhan.
Injil ini agak berbeda. Memang memuat peristiwa yang sama, tetapi struktur dan gaya penulisannya berbeda. Tidak ada perumpamaan maupun khotbah di bukit, mujizat yang ada di dalamnyapun berbeda dengan ketiga Injil yang disebut Injil sinoptik; Sinoptik karena menceritakan Yesus dengan urutan cerita dan kata yang mirip. Injil keempat tidak seperti itu. Bila dalam Injil sinoptik, fakta Yesus sebagai Mesias baru nyata menjelang akhir pelayanan-Nya di Galilea, maka disini, dalam Injil Yohanes, sejak awal, pembaca melihat Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Mesias.
Karena sifatnya yang "lain sendiri" ini, kebenarannya pernah dipertanyakan. Bukan hanya itu saja, sampai sekarang keberadaan pengarangnya pun masih menjadi sebuah persoalan. Membuat terlalu banyak buku berargumentasi menerima atau menolak Yohanes, murid yang bersandar pada Yesus di perjamuan terakhir itu sebagai penulisnya.
Tentang Injil Yohanes, John Calvin, bapak reformasi berkata:
Saya biasa mengatakan Injil ini adalah kunci yang membuka pintu untuk mengerti kitab-kitab Injil lainnya.
Pertanyaannya, mengapa?
Injil ini tidak menceritakan Yesus sebagai tokoh humanis yang mengajarkan bagaimana 'hidup baik' sehingga dunia menjadi lebih baik. Injil ini bercerita tentang Allah yang menjadi manusia, bahkan mujizat yang Ia lakukan bukan sekedar membuat seseorang senang. Ia melakukannya supaya orang percaya Ia-lah Mesias yang telah dinubuatkan. Injil ini menekankan keilahian Yesus sebagai Anak Allah, tetapi sekaligus melukiskan sifat manusiawi-Nya dengan lebih jelas.
Seperti ketiga Injil sinoptik, Injil ini ditulis untuk mempertahankan sebuah keyakinan. Hanya caranya sedikit berbeda. Berbentuk laporan langsung seorang saksi mata. Sebuah laporan langsung sehingga pembacanya percaya Yesuslah Mesias, Anak Allah, seperti yang tertulis dalam Yohanes 20:31:
tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.
Yesus yang kulihat disini adalah Yesus yang berkata kepada orang yang mencarinya setelah Ia memberi makan lima ribu orang:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. (Yohanes 6:26 26)
Yesus ini adalah Yesus yang sama yang setelah itu berkata:
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya. (Yohanes 6:27)
***
Jika ada orang bertanya kepadaku siapakah Yesus itu, aku akan berkata, "Bacalah Injil Yohanes." Kepada orang Kristen yang sudah menjadi Kristen sebelum kedua orang tuanya bertemu, aku juga akan berkata "Bacalah Injil Yohanes." Setelah itu jika ia masih berkata, "Aku sudah mengenal Yesus pada waktu kamu masih kencing di celana," Aku yakin ia tidak benar-benar membacanya.
- anakpatirsa's blog
- 7564 reads
@anakpatirsa: mau tanya
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Yohanes vs Wahyu
sudah berubah?
Buku yang Anda sebutkan mengingatkanku pada pernyataan seseorang dan yang kulihat sendiri: Gramedia tidak peduli buku apapun yang diterbitkan, yang penting itu sebuah buku penuh kontroversi.
hmm.. sepertinya agak berbeda dengan pernyataanmu siang harinya ya? :)
eniwe, tulisan yang enak dibaca, sayang pengantarnya terlalu panjang dan isinya terlalu singkat, kayak toge :))
Pembukaan yang Lama
Lazarus
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?