Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mencicipi Ketidaksedapan
Mitha begitu bersemangat pagi ini. Tidak hanya karena hari ini dia berulang tahun yang ke-17, namun untuk pertama kalinya dia akan mencoba membuat sendiri ayam goreng tepung, makanan kesukaannya. Dia ingin memperingati ulang tahunnya dengan cara yang unik.
Dia sudah membeli semua bahan yang diperlukan dan tiba saatnya untuk bekerja. Dia meramu semua bahan menjadi satu sembari sesekali menengok buku berisi resep masakan. Setelah yakin semua bumbu sudah tercampur rata dengan ayamnya, Mitha lalu merasa ragu. Apakah rasanya sudah pas? Terlalu asinkah? Atau malah kurang asin? Jika nanti sudah digoreng, tentunya sudah terlanjur matang. Kekurangan atau kelebihannya tidak dapat ditambah atau dikurangi lagi.
Mitha sungguh bingung. Baru pertama kali masak dan dia mau hasilnya bisa bagus, paling tidak akan jadi hadiah ulang tahun bagi dirinya sendiri. Akalnya bekerja. Dia teringat mamanya, jika masak pasti akan mencicipi rasa masakannya terlebih dahulu. Dia pun ingin menerapkannya. Tapi, Mitha merasa jijik. Dia melihat ayam mentah yang sudah tercampur bumbu itu. Jika ingin mencicipi, berarti dia harus mencolek sedikit bumbunya untuk dicicipi rasanya. Mitha mengambil keputusan untuk mencicipi bumbu yang telah tercampur dengan ayam mentah itu. Dia mencolek sedikit bumbu dengan jarinya, lalu dicicipkannya ke lidahnya, selama 5 detik dirasanya, dan dengan segera diludahkannya kembali olesan bumbu itu, sambil segera mengambil satu gelas penuh air dan berkumur berulang kali.
Ternyata rasa bumbunya sudah pas. Walaupun dengan perasaan jijik, dan rasanya pasti tidak sedap karena bumbu masih bercampur dengan ayam mentah, paling tidak dia sudah mencicipi rasa bumbu ayam itu dan mengetahui bahwa rasanya tidak akan keasinan atau hambar. Walaupun awalnya dia mencicipi ketidaksedapan terlebih dahulu, namun, hanya dengan cara itu dia akan mendapatkan ayam goreng dengan rasa yang pas.
Dari peristiwa ini, ada satu pelajaran indah. Kerap kali dalam hidup ini, kita juga harus mencicipi ketidaksedapan hidup terlebih dahulu untuk memperkirakan apa yang akan terjadi atau mempersiapkan diri menghadapi segala tantangan dalam hidup. Dengan mencicipi ketidaksedapan pula, kita dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ada prosesnya, dan sering kali proses itu tidak enak untuk dilalaui, namun akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang indah. Dengan mencicipi ketidaksedapan pula, kita dapat menghargai setiap hal yang telah kita peroleh dalam hidup ini.
Bapa pun kerap kali mengizinkan kita mencicipi ketidaksedapan dalam hidup ini. Bahkan terkadang, Dia mengizinkan kita mencicipi ketidaksedapan itu di sepanjang hidup kita. Namun, mengingat bahwa tidak selamanya kita berada dalam dunia fana ini sungguh merupakan kesedapan tersendiri, seperti gula dalam adonan kue yang membuat manis semua bahan yang jika dicicipi satu persatu rasanya ada yang pahit, asam, tawar, asin dan sebagainya. Dalam ketidaksedapan itu kita pun dapat merasakan kesedapan penyertaan Bapa dan kesedapan kekal kelak bersama dengan Bapa selama-lamanya.
- Love's blog
- 3929 reads
ketidaksedapan membuat hati bersyukur
demi "kebaikan"
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.
Meskipun gak enak menurut hemat manusia, namun kalau bagi Allah itu kebaikan dan kesenangan bagi Dia, ya kita harus taat mencicipi segala ketidaksedapan hidup. Nah, sedapnya, kita tahu Bapa selalu terlibat dalam hidup dan memelihara kita untuk terus bertumbuh dalam setiap ketidaksedapan itu.
Terima kasih Nray :)
Masak Pertama
masak apa?
lah kalau masak mie instant masa ya tetep gak enak, Bang Rusdy?
atau masak air ha ha ha ha :)
Pengalaman pertamaku masak dulu adalah masak kangkung ... (sayur favorit nih) Uhhh hambarrrrrr .... udah dicicipin berulang kali tetep aja gak enakk ... udah matangpun gak enak .... tahu tuh napa, padahal menurutku udah ikutin resep mami tercinta .... tp sekarang udah jagolah masak kangkung tumis he he he he .....