Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Memelihara Iman Melewati Pencobaan
Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya : “Mengapakah engkau membentuk aku demikian?” Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? Roma 9 : 20b – 21.
Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menurut apa yang baik pada pemandangannya Yeremia 18 : 4.
Masakan Aku tidak dapat bertindak kepadamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel! Demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel! Yeremia 18 : 6
KESAKSIAN :
Memang pembentukan itu sangat menyakitkan secara jasmani, namun itu sangat manis bagi jiwa kita. Tentang ujian dan pembentukan, berikut adalah sebagian dari ayat-ayat Firman Tuhan yang membuat hati saya tetap percaya kepada Tuhan :
Ibrani 12 : 11 mengatakan : “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”
Yeremia 55 : 3 Sesungguhnya yang dituntut oleh TUHAN ialah kesetiaan. TUHAN memukul kamu, tapi kamu tidak peduli. Ia meremukkan kamu, tapi kamu tidak mau diajar. Kamu keras kepala, dan tak mau bertobat dari dosa-dosamu.
Ayub 23 : 10 Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
Petrus 11 : 7 Tujuannya ialah untuk membuktikan apakah kalian sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau tidak. Emas yang dapat rusak pun, diuji dengan api. Nah, iman kalian adalah lebih berharga dari emas, jadi harus diuji juga supaya menjadi teguh. Dan dengan demikian kalian akan dipuji dan dihormati serta ditinggikan pada hari Yesus Kristus datang kembali.
Yesaya 48 : 10 Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan.
Matius 11 : 29-30 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Wahyu 3 : 19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Roma 5 : 3b – 5a “…….. kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan,karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus Yang telah dikaruniakan kepada kita”.
Inilah kesaksian hidup saya, dimana saya mengalami suatu proses pembentukan melalui pencobaan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup saya.
Seperti yang tertulis dalam Ratapan 3. Bukan hanya teguran dari Tuhan yang saya dengar, tetapi saya juga mengalami dihukum, dicambuk, dilecehkan, ditekan, dianiaya fisik dan mental, jasmani dan rohani. Tetapi disana ada penyertaan Tuhan yang luar biasa, dan tidak dibiarkannya saya “mati”, tetapi tangan Tuhan tetap membawa saya kepada hidup. Karena itulah yang dikehendaki Tuhan dalam hidup saya.
Saya tahu proses ini belum berakhir, tetapi saya percaya tangan Tuhan akan terus mengerjakannya sampai pada akhirnya hidup saya ini sudah dipandang Tuhan layak untuk menjadi bejanaNya.
Tuhan sudah memanggil saya, bahkan Tuhan juga telah memilih saya. Diberinya saya suatu visi dan misi dalam hidup saya ini untuk terus saya kerjakan bersama Tuhan. Seperti firmanNya dalam Yesaya 41 : 9b – 10: “Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau”, “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan , bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan.
Saya yakin, Tuhan tidak pernah salah memilih. Sekalipun sakit yang luar biasa harus saya alami. Ini adalah kasih karunia Allah bagi saya.
Dalam hidup ini segala sesuatu tidak berjalan seperti yang kita mau, tetapi kehendak Tuhanlah yang jadi. Seperti kutipan berikut,“Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.” Pengkhotbah 9 : 12,
Kita boleh merencanakan apa saja, memiliki keinginan apa saja, tetapi rancangan Tuhanlah yang jadi. Karena rancanganNya bagi kita bukanlah rancangan kecelakaan melainkan rancangan damai sejahtera.
Yeremia 29 : 11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Mazmur 94:11 TUHAN mengetahui rancangan-rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka.
I Korintus 3:20 "Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka."
Amsal 19:21. Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.
Yesaya 55:8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Yesaya 55:9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Kesaksian ini saya sampaikan sebagai bagian dari cinta kasih dan penghiburan yang Tuhan berikan kepada kami sekeluarga.
Dalam sakit, kegagalan usaha, difitnah, dianiaya, dan dalam masalah rumah tangga, Tuhanlah ahlinya untuk menata semua kehancuran itu. Kalau Tuhan mengijinkan kita jatuh, Ia tidak akan membiarkan kita. Mazmur 37:23-24 TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.
Diawali perkenalan saya dengan seorang pendeta pada th 1998, Ibu Pdt. WS di kota S, yang kemudian menitipkan seorang putrinya untuk tinggal di rumah saya di Jakarta ini. Putrinya itu juga seorang pendeta, sebut saja Pdt. T. yang katanya masuk dalam daftar pendeta2 yang mau di bunuh. Pada tahun itu memang isu-isu itu santer terdengar.
Saya pun menerima putri ibu itu, juga seorang teman perempuannya yang dia panggil De (saya tidak tahu nama sebenarnya). Sejak itu mereka berdua tinggal di rumah saya di Jakarta.
Bulan berikutnya, saya mengawali cabang usaha saya yang bergerak di bidang empolyment agency, di kota S. Lagi-lagi ibu Pdt. W ini datang pada saya meminta agar keluarga ibu Pdt. W yang tinggal di kota S ikut tinggal bersama saya di kantor baru saya, karena rumahnya dikepung massa yang katanya massa ini adalah orang2 pemda yang hendak mengambil alih rumahnya di kota S ini. Belakang hari saya tahu bahwa massa itu adalah orang2 yang tertipu oleh Pdt. T yang dijanjikan untuk direkrut di salah satu perusahaan penerbangan.
Kami sekeluarga hanya memiliki ketulusan hati untuk memberi tumpangan, tidak pernah curiga ini dan itu kepada orang lain, apalagi ini dari keluarga pendeta. Mereka juga bukanlah yang pertama menumpang di rumah kami. Sudah sering kali kami memberi tumpangan, karena kami hanya melakukan Firman Tuhan.
Beberapa bulan kemudian (bulan April 1999), saya mendapat tahu dari perwakilan2 saya di daerah bahwa mereka telah menyetor uang yang jumlahnya ratusan juta kepada Pdt. T di Jakarta.
Tetapi hari itu Pdt. T bersama teman perempuannya De, sudah meninggalkan rumah saya di Jakarta menuju kota P, di pulau S. Mereka terus berpindah2 dari satu tempat ke tempat lain dan terakhir ke kota B.
Bersama 2 orang perwakilan saya, saya menyusul ke kota B. tetapi dia selalu mempermainkan kami dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya kami bertiga melaporkan Pdt. T kepada Polisi. Lalu, dua orang teman saya ini pulang kembali ke kota S.
Sementara saya masih di kota B menunggu kejelasan status hukum bagi Pdt. T. Saya juga masih berharap uang para korban itu masih ada, supaya bisa kembalikan kepada para korbannya.
Sebelum ini saya tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib, saya juga tidak punya pengalaman soal hukum, proses hukum dan segala lika-likunya saya tidak tahu.
Di kota B, seperti tidak ada hukum. Disana hanya ada hukum uang, siapa yang punya uang maka dia yang menang. Saya teringat kepada firman Tuhan, dalam Pengkhotbah 3 : 16 “……………..di tempat pengadilan, disitupun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, disitupun terdapat ketidakadilan.”
Sudah hari ke 14 Pdt. T ditahan, tidak ada kejelasan apa2, Uang pribadi saya juga diminta serse yang menangani kasus itu, katanya supaya saya tidak dilibatkan dalam kejahatan Pdt. T ini. Tetapi akhirnya, serse itu menahan saya juga dengan alasan sebagai Pemimpin perusahaan saya dianggap tahu dan bertanggungjawab atas perbuatan Pdt. T karena dia bertindak atas nama perusahaan dan nama saya dengan mencuri semua data dari ruang kerja saya di Jakarta. Mereka tetap menahan saya walau TKPnya bukan di kota B itu. HP saya di tahan, sejak itu saya putus hubungan dengan semua orang, pegawai saya, keluarga saya, teman-teman saya, semuanya.
Pada waktu yang sama rumahdan kantor saya di Jakarta dan kota S, dijarah masa korban Pdt. T dan juga orang2 lain. Mereka mengancam mau menculik keluarga Pdt. T dan keluarga saya. Harta benda saya ludes, pegawai2 saya meninggalkan kantor saya, saya tidak tahu dimana suami dan anak-anak saya.
Saya merasa sangat terpukul dan terhempas sendirian, “Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas. Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku! Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah segala dosaku. Mazmur 25 : 16-18
Dalam roh, Tuhan membawa saya kepada doa Daud yang dituangkan dalam Mazmur 69 itu.
“Selamatkanlah aku, ya Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku! Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke dalam air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku. Lesu aku karena berseru-seru, kerongkonganku kering,; mataku nyeri karena mengharapkan Allahku. Orang-orang yang membenci aku tanpa alas an lebih banyak daripada rambut di kepalaku; terlalu besar jumlah orang2 yang hendak membinasakan aku, yang memusuhi aku tanpa sebab; aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas. Ya, Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan-kesalahanku tidak tersembunyi bagiMu. ………….”Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku; sebab cinta untuk rumahMu menghanguskan aku, dan kata-kata mencela Engkau telah menimpa aku. Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itupun menjadi cela bagiku;……….”.
Sejak itu saya dan Pdt. T ditahan di Polsek LB. Saya hanya bisa berdoa menunggu proses hukum yang saya tidak tahu sama sekali.
Hari-hari awal penahanan saya, saya didesak serse yang menangani kasus saya itu, ditanya dikemanakan uang sebanyak itu? Dan saya katakan saya tidak tahu, karena saya memang tidak tahu.
Lalu serse itu melecehkan saya dengan membawa saya ke diskotik, yang mana itu hal semumur hidup saya belum pernah lakukan, kemudian ia meniduri saya sesuka hatinya, saat itu saya tidak berdaya apa-apa. Saya dibuat mabuk, supaya memberitahu dimana uang2 yang diterima Pdt. T itu.
Sebulan kemudian saya dipindahkan ke Rutan. Lalu ada Tuhan mengirim seorang hambaNya dari Gereja GK datang mengunjungi saya di Rutan, Bp. Pdt. JL yang kemudian mengirim saya penasehat hukum, Ibu E, SH dari kantor pengacara Bp. A S, SH.
Dari Ibu E, SH itulah saya tahu, bahwa dalam kasus ini saya dikenai pasal 378 tentang tindak pidana penipuan dan diancam hukuman 5 tahun kurungan.
Dunia telah menganggap saya sebagai penipu. Saya sangat terpukul. Tetapi, inilah saatnya mengikis semua harga diri saya. Saya hanya teringat kepada firmanNya dalam Amsal : 24:8 Siapa selalu merencanakan kejahatan akan disebut penipu dan Yesaya 32:7 Kalau penipu, akal-akalnya adalah jahat, ia merancang perbuatan-perbuatan keji untuk mencelakakan orang sengsara dengan perkataan dusta, sekalipun orang miskin itu membela haknya.
II Korintus 6: 2 mengatakan 6:2 Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, ku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.
6:3 Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela.
6:4 Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran,
6:5 dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa;
6:6 dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;
6:7 dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela
6:8 ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai,
6:9 sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati;
6:10 sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.
Selama di dalam penjara Tuhan juga percayakan saya ambil bagian dalam pelayanan di Rutan, sebagai pemimpin puji-pujian setiap ada ibadah dari gereja manapun, juga saya menyediakan diri menjadi pendoa syafaat bagi napi-napi lainnya yang mengalami kesesakan.
Ada satu perempuan ismael yang mau bertobat, tetapi ketika ia masuk gereja bersama saya di dalam Rutan itu saya dipanggil Kalapas dan dilarang “membawa“ orang lain dan sempat kegiatan gereja di dalam rutan di hentikan selama 2 minggu lamanya.
Di hari2 lain datang pula menaruh simpati pada saya dari gereja MS, Ibu Pdt. F, dari Gereja P, Bp. Pdt. Ha, dari Gereja GP Ibu Pdt. H, dari gereja H Bp. Pdt. G, Gereja M Bp. Pdt. Hu, dan dari gereja2 oikumene pemuda di kota B.
Melalui gereja2 Tuhan itulah, Tuhan memelihara kehidupan hari-hari saya, segala kebutuhan saya, mulai dari makan minum pakaian, kebutuhan pribadi, Tuhan cukupkan.
Saya sangat dikasihi oleh anak-anak Tuhan yang ada dalam penjara itu. Mereka dengan kasih mengirim saya makanan dan obat-obatan yang dibawakan keluarga mereka, saya tahu mereka sendiri lebih perlu daripada saya, tetapi mereka memberikan itu semua pada saya dengan hati tulus. Karena gereja2 itu tidak memberikan kepada mereka secara khusus, tetapi kepada saya gereja2 memberikannya, karena saya dianggap tidak memiliki keluarga.
Beberapa hari kemudian, di dalam rumah tahanan saya mendengar kabar dari ibu pengasuh anak-anak saya melalui telepon bahwa anak-anak saya diambil dari ibu itu melalui sekolah, oleh kakak ipar saya. Sebagai seorang ibu yang mengasihi anaknya, saya sangat terpukul, khawatir keselamatan kedua anak saya yang masih berumur 7 dan 4 tahun.
Saya sadar mereka akan terpisah dari saya beberapa waktu lamanya, mereka putus sekolah dan terpisah juga dengan ibu pengasuh yang sangat mengasihi mereka. Sementara anak pertama saya Cinta aman bersama kedua orang tua saya di kota S.
Saya takut anak-anak saya dibunuh orang-orang itu. Waktu itu saya juga tidak tahu dimana suami saya berada. Saya histeris, menangis meraung-raung sambil berguling-guling di lantai, hingga semua petugas jaga dan beberapa tahanan membujuk saya.
Sulit sekali saya menerima keadaan pada waktu itu, yang harus terpisah dengan anak-anak dan suami saya.
Seperti tidak percaya, ketulusan saya telah membawa saya ke penjara, ke tempat yang sungguh, tidak pernah dibayangkan orang, dimana matahari tidak pernah terbit dan tenggelam.
Kebaikan yang saya beri telah dibalas dengan kejahatan oleh orang yang mengaku dirinya seorang “hamba Tuhan”. Orang yang kuberi tumpangan di rumah saya, yang makan dari piring saya dan minum dari cangkir saya, tetapi dia juga yang telah mengkhianati saya, menodai ketulusan yang saya berikan, memperdayai saya dan menghempaskan saya dalam penderitaan.
Mazmur 38 : 21 Mereka membalas yang jahat kepadaku ganti yang baik, mereka memusuhi aku karena aku mengejar yang baik.
Mazmur 35 : 12 Mereka membalas kebaikanku dengan kejahatan; perasaan bulus mencekam aku.
Mazmur 109 : 5 Mereka membalas kejahatan kepadaku ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku.
Tetapi Tuhan akan mengubah rencana jahat orang itu menjadi berkat, bagi saya, seperti dalam Kejadian 50 : 20 “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”.
Orang ini telah menghancurkan semua yang saya miliki, saya tidak hanya kehilangan usaha saya, harta benda saya, tetapi juga nama baik saya, eksistensi saya, kesempatan saya, masa depan saya, mencerai beraikan keluarga saya, merenggut kebahagiaan anak-anak saya, semuanya”. Seperti dilukiskan dalam Ratapan 3 : 18 “Sangkaku, hilang lenyap kemasyuranku….”
Ketika saya terdiam dari ratap tangis saya, saya menyadari keadaan saya yang tidak mungkin menjangkau mereka selain dengan doa. Awalnya saya merasa tidak mampu berdoa, tetapi saya teringat bahwa Roh Kudus yang ada di dalam saya sanggup memimpin saya di dalam doa.
Karena dengan doa, berarti saya kembali membina hubungan baik dengan Allah. Dan doa mampu menggerakkan tangan Allah yang tidak kelihatan untuk menyelesaikan segala masalah yang saya hadapi dan mengabulkan permohonan saya, jika saya memintanya dengan sungguh.
I Tes. 5 : 17 “Tetaplah berdoa”,
Yudas 1 : 20 “Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.”
Amsal 15 : 29 TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya.
Yakobus 5 : 16 bKarena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
Roma 8 : 26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
Saya mulai tenang dan berdoa, pertama saya mengucap syukur atas keadaan saya. I Tesalonika 5 : 18” Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Ayub 2 : 10 “…….Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"
Lalu saya minta ampun atas dosa2 saya. Saat ini sebagai ibu saya harus “melepaskan” anak-anak untuk beberapa waktu lamanya.
Saya minta Tuhan ambil alih pemeliharaan anak-anak saya, dimanapun mereka berada. Lalu saya terdiam ketika Tuhan membawa saya dalam roh kepada situasi dimana Ibu Musa harus melepaskan bayi Musa di sungai Nil. Ibu Musa melepaskan “keranjang bayi” itu dengan hati hancur, tidak pernah terpikir olehnya akan bertemu lagi dengan bayinya itu. Tetapi dia tetap merelakannya.
Seperti Ibu Musa membungkusnya dengan kain, meletakkannya pada keranjang yang dilapisinya dengan ter agar tidak tenggelam. Sayapun membungkus anak-anak saya dengan doa.
Saya bisa merasakan perasaan yang dialami perempuan Ibrani itu, bahwa pada waktu itu di sungai Nil bukannya tidak ada bahaya, ada buaya, kuda Nil, ular serangga beracun yang kapan saja bisa membunuh anaknya, tetapi perempuan itu menaruh percaya kepada Tuhan, kepada pemeliharaan Allah yang ajaib.
Begitupun saya berserah dalam ketidakberdayaan sebagai seorang perempuan yang lemah, karena diluar sana, tentunya banyak sekali bahaya yang sewaktu-waktu mengancam anak saya.
Tidak ada seorangpun dari keluarga atau teman yang datang menolong saya, menghibur saya, mempertahankan kelangsungan usaha saya. Semua lepas tangan, tidak mau tahu, takut dilibatkan dan sebagainya.
Saya percaya, pada waktunya nanti Tuhan akan menolong saya,
Seringkali saya dilecehkan orang2 di dalam rutan itu. Olok-olok dan caci maki sudah menjadi santapan sehari-hari buat saya. Karena fitnahan yang dilontarkan Pdt. T bahwasannya saya yang menyebabkan dia jadi lesbian. Dia katakan pada orang2, suami saya tinggalkan saya, makanya saya mengajak dia lesbian. Padahal dia sudah seperti itu dengan temannya De ketika datang di rumah saya. Sebagian orang percaya kebohongannya, sebagian juga tidak.
Selain caci maki dengan kata-kata kotor, saya juga mengalami penyiksaan secara fisik dari Pdt. T, dipukul, ditendang, dengan gayanya seperti seorang jago kungfu sejati, juga pelecehan seksual. Kadang saya di totok punggung saya sampai tangan saya tak bisa diangkat karena salah urat. Tulang pipi saya memar hingga dua tahun kemudian. Begitu juga tulang pergelangan kiri saya retak, tetapi semuanya sudah dipulihkan Tuhan.
Setiap kali dia menghajar saya, dia di kirim ke strapsel dimana disitu tak ada lampu dan toilet. Saya di tantang orang-orang untuk melawan. Tetapi saya tidak melawan, walaupun sakit hati saya, sakit tubuh saya, saat itu saya tetap diam dan berdoa minta kekuatan dari Tuhan Yesus yang Dia miliki diatas kayu salib ketika Dia mendapat aniaya. Tetapi saya tidak mau membalas, bukan karena takut dimasukkan ke isolasi bersama orang yang kelaukannya sudah seperti binatang itu, tetapi saya tidak mau mempermalukan diri saya dan Tuhan, saya tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan. Saya harus mendoakannya dan mengampuninya, sekalipun itu tidak mudah. Saya hanya bisa menangis dan menyebut Tuhan Yesus.
Saya juga ditekan orang2 untuk menyangkal iman saya. Dan olok-olok menimpa saya. “Kalau kamu nggak lesbian sama Pdt. T, kamu balas dong pukulannya”, begitu kata orang2. Mereka menginginkan saya membalas pukulan itu supaya sayapun dimasukkan di isolasi bersama Pdt. T itu, lalu mereka manjadikannya olok-olok.
Di dalam tekanan yang hebat itu saya diajar Tuhan untuk berdiam diri :
1. Dengan berdiam diri saya tenang, dalam Yesaya 30:15 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.",
2. Dengan berdiam diri saya tahu kelemahan saya dan kuasa Tuhan menjadi sempurna di dalam saya. 2 Korintus 12 : 9 “……..sebab justru didalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”.
3. Dengan berdiam diri saya memiliki kesempatan untuk mendapatkan kekuatan baru dari Allah. Filipi 4 : 13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”.
4. Berdiam diri, berarti percaya, bukan kalah, tetapi berserah pada Allah dengan membebaskan kuasa Allah dan otoritasNya untuk bekerja dalam diri saya. Mazmur 37 :5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; 37:6 Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. 37:7. Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.
5. Berdiam diri berarti tidak kuatir Mazmur 55 : 23 Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.
6. Dengan berdiam diri saya dapat mendengarkan suara Allah yang akan mengajar saya, bukan suara hati saya dan suara-suara yang lain. Ulangan 4:36 Dari langit Ia membiarkan engkau mendengar suara-Nya untuk mengajari engkau, di bumi Ia membiarkan engkau melihat api-Nya yang besar, dan segala perkataan-Nya kaudengar dari tengah-tengah api.
Sementara itu dukungan dari anak-anak Tuhan terus mengalir lewat coretan demi coretan yang mereka tulis pada kertas bungkus teh atau apa saja, mereka katakan jangan melawan, apapun yang terjadi.
Pada waktu itu doa saya seakan tidak ada artinya, sepertinya Tuhan diam, Ingin mati saja rasanya saat itu. Tetapi saya tidak tahu harus berbuat apa.
Melalui setiap tekanan yang datang berarti latihan penundukan diri. Saya dikuatkan firman Tuhan lewat Lukas 3 : 5 Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan,dan dariYakobus 3 : 9 “Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu dihadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.”
Meskipun pada awalnya saya berat menerima kenyataan pahit itu, namun pada akhirnya saya dapat menerima dengan tulus pencobaan yang saya alami merupakan berkat Allah dan bukan musibah, karena saya menyadari bahwa pencobaan itu terjadi atas seijin Allah tetapi tidak datang dari Allah, melainkan dari diri saya sendiri, dari akal pikiran saya, kebodohan saya, oleh sebab itu saya tidak memberontak.
Yakobus 1 : 13 – 15 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. 1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. 1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
Suatu ketika Tuhan ijinkan saya hampir kehabisan sabun, itu hari sudah tengah malam, saya termenung diluar sel, saya memandang langit dengan segala kebesaran Tuhan, lalu saya katakan pada Tuhan; “Tuhan, begitu banyak bintang dilangit, aku ingin meraih satu saja dari bintang di langit itu, (maksud saya keberhasilan), tetapi belum sempat kuraih bintang itu, langit runtuh menimpaku”, lalu saya teringat akan suatu nyanyian yang sering dinyanyikan oleh anak saya Jonatan yang waktu itu berumur 7th;
Sobat setia, slalu ada bersamaku,
Memimpinku di setiap langkahku
Dia memberiku sukacita dalam duka
Dia Yesus juru selamatku
Ku tak kuatirkan jalan yang naik turun
(Ku tak kuatir apa yang kan terjadi)
Melintasi gunung atau lembah
(Melewati senang atau susah)
Karna ku tahu Tuhan ada bersamaku
Memimpinku seumur hidupku
Belum selesai saya menyanyikan lagu itu, seorang sipir datang menghampiri saya, dan berkata “Non, ini kamu dapat kiriman dari Kepala KP3 B.” Kiriman itu berisi sabun dan keperluan pribadi saya lainnya, makanan, minuman lebih dari apa yang saya perlukan. Saya menangis karena rasa syukur yang melimpah, bahwa ternyata kuasa Tuhan tidak dapat dibatasi oleh waktu dan tempat. Sekalipun itu sudah tengah malam dan siapa sangka hal itu terjadi, orang mau berbuat suatu kebaikan untuk orang lain di dalam penjara. Tetapi kalau Tuhan sudah perintahkan, maka terjadilah itu !
Batas terakhir vonis dijatuhkan, menurut Kalapas, saya akan bebas, karena tidak ada bukti, dan tidak ada saksi korban yang naik sidang. Kenyataannya saya divonis 9 bulan penjara, potong masa tahanan. Sama dengan vonis yang diterima Pdt. T, karena kasus kami disatukan dalam satu berkas. Selama 15 kali sidang hanya berjalan formalitas saja. Kalau saya naik banding, akan makan waktu 5 bulan lagi, jadi malah lebih lama lagi.
Saya terima vonis itu dengan ucapan syukur, sebagai vonis dari Tuhan. Anggap saja saya menjalani hukuman karena pelanggaran saya pada Tuhan. Saya menjalani masa hukuman itu 8,5 bulan karena ada remisi 2 minggu.
Pada akhirnya sayapun bebas, Pdt. T telah lebih dulu 14 hari. Saya dijemput ibu angkat saya, seorang pegawai administrasi dari kantor Kejaksaan Negeri B, yang saya panggil Mami, dan pulang ke rumahnya. Rupanya Pdt. T sudah ada di rumah itu, dia mencuri kartu nama ibu itu dari dompet saya.
Selama di dalam penjara, Mami ini rutin mengunjungi saya tiap hari Minggu dan membawakan beberapa barang keperluan saya. Begitu saya melihat rumah kediamannya yang waktu itu masih berupa gubug yang sangat sederhana, saya menangis haru. Ibu ini seorang yang takut Tuhan. Dengan kesederhanaannya, beliau memelihara saya, berusaha menghibur hati saya.
Saya ingin pulang ke Jakarta, tetapi saya tidak punya uang. Mami juga tak bisa membantu, karena beliau juga ada tanggungan anak dan cucu. Lalu saya dikirim Mami kepada Bp. R, seorang mantan napi juga dengan kasus narkoba. Di salah satu rumah Bapak ini saya tinggal sendirian karena rumahnya ada di beberapa tempat. Saya juga dijanjikan untuk suatu usaha di B.
Disitupun kembali Pdt. T menemukan saya, lalu berniat membunuh saya dengan samurai Bp. R, kabel telepon rumah Bp. R juga diputusnya. Saya dihajar sampai babak belur. Bersyukur Bp. R datang, mereka datang karena menelepon saya tetapi nada tidak tersambung, lalu dipanggilnya polisi.
Adapun Ibu R ini sering membawa saya ke salon, ke hotel2 untuk transaksi dan memakai narkoba. Suatu hari ia mengajak saya ke hotel untuk menghisap sabhu2 dengan seorang temannya. Saya berteriak dalam hati pada Tuhan : “Inikah yang Tuhan mau, saya menghisap shabu? Apa kata dunia, lepas jadi penipu, jadi penghisap shabu. Hal yang juga belum pernah saya alami seumur saya.
Dimana hidup yang Kau janjikan itu Tuhan?” jerit saya dalam hati. Lalu saya mengambil itu dan ikut menghisapnya. Saya kembali ke rumah, dan berpuasa 3 hari, berdoa minta ampun pada Tuhan.
Setelah hal itu saya sampaikan ke Mami, beliau memindahkan saya ke salah seorang kerabatnya di pulau kecil dekat kota B, di gereja P. Ibu Pdt. SB, rupanya ibu Pdt. SB ini juga seorang yang tidak takut Tuhan. Selain memiliki anak diluar nikah, ibu pendeta itu menjalani “hidup bersama” dengan seorang laki2 tanpa menikah. Gereja itupun dimotori oleh seorang ibu pemilik rumah bordil di pulau babi.
Disitu Tuhan percayakan saya untuk sampai melayani mimbar, karena selama 3 minggu Ibu pendetanya pergi ke Jakarta meninggalkan jemaatnya begitu saja. Memang hanya ada 7 jemaat di gereja itu. Hari-hari saya di tempat itu saya isi dengan kunjungan ke lingkungan sekitar dan mereka menerima serta memelihara saya.
Di tempat itupun Pdt. T kembali menemukan saya, diberitahu oleh seorang sopir taksi. Sempat berselisih paham dengan Ibu pendeta disitu, akhirnya saya dan Pdt. T kembali ke B, karena Ibu pendeta itu mengusir saya juga. Tidak ada pilihan buat saya, waktu itu.
Sampai di pelabuhan, saya di tolong sopir taksi yang saya tumpangi dan membawa saya pergi dari Pdt. T. Saya sempat disewakan kamar, tetapi baru 2 hari sopir taksi itu mau juga memperkosa saya. Lengkap sudah penderitaan yang saya alami, lepas dari mulut singa masuk ke mulut buaya dan seterusnya.
Semua gereja di kota itu tidak mempunyai program perlindungan orang terlantar, jadi mereka tidak bisa bantu saya. Merekapun juga tidak tergerak untuk memberi saya uang untuk ongkos ke Jakarta. Tetapi menurut saya hal inipun Tuhan ijinkan terjadi dalam perjalanan hidup saya supaya tahu dapat melakukan hal itu untuk orang terlantar.
Saya sudah sangat tawar hati, akhirnya tibalah saya pada titik terrendah dalam hidup saya. “Aku telah bosan hidup” kata saya pada Tuhan. Seperti pernah juga dialami Ayub, dalam Ayub 10 : 1. Lepas dari mulut ular, masuk mulut singa, lepas dari mulut singa, masuk mulut buaya, pikir saya.
Saya tinggalkan tempat kost lalu saya berdiri di pinggir jalan raya dkt pelabuhan, tempat truk besar lewat dari pelabuhan. Saya sudah berniat untuk mengakhiri penderitaan saya dengan menabrakkan driri ke salah satu truk yang lewat. 2 jam sudah saya menunggu, tidak satupun truk lewat. Padahal seharusnya hari itu ada kapal sandar, dan tentunya truk2 barang banyak yang lewat.
Hari sudah larut malam dan saya sudah sangat lelah. Saya menoleh ke kiri, arah berlawanan dari Pelabuhan. Mata saya tertuju pada papan nama salah satu gereja dimana Ibu Pdt. H pernah mengunjungi saya di Rutan.
Saya bangkit berdiri dan melangkah kearah gereja itu. Dengan beruraian air mata saya mengetuk pintu. Bung Piet membukakan pintu untuk saya. Lalu saya tanyakan “Masih adakah Tuhan Yesus di tempat ini? Kalau memang sudah tidak ada, biarlah saya mati malam ini”.
Tetapi Bung Piet peluk saya lalu dibawanya saya kepada Ibu Pdt. O karena Ibu Pdt. H sedang pelayanan di pulau N. Saya dilayani konseling dan doa. Karena di tempat itu juga tidak ada pelayanan kasih untuk orang terlantar seperti saya, Ibu Pdt. O mengirim saya ke Yayasan KM milik Pastoran.
Besoknya, saya mulai tinggal di Yayasan itu. Suster menyiapkan untuk saya sebagai pengelola play group yang akan dibuka beberapa bulan lagi. Pastor juga memberi kesempatan kepada saya untuk membuka kursus menjahit, dan menerima jahitan, karena di tempat itu ada fasilitas untuk melatih ketrampilan, sehingga saya bisa mendapatkan berkat sendiri. Pastor juga sedang mengupayakan supaya keluarga berkumpul.
Seminggu kemudian Pdt. T tahu saya ada disitu, karena dia mencari saya dari satu gereja ke gereja lain. Dia langsung masuk ke tempat penampungan saya itu, menghajar saya karena meninggalkannya, mengolok-olok saya dengan mengatakan saya selama ini telah melacur. Bagi saya, apa saja yang dia mau buat dan katakan, saya sudah tidak peduli. Lalu Pastor memanggil polisi dan saya sejak itu mendapat perlindungan khusus dari pastor.
Dua hari kemudian, saya menemui pastor W kepala Yayasan itu dan saya katakan, lebih baik saya kembali kepada orang tua saya, apapun yang terjadi. Pastor mendukung saya, dan mengirim saya ke Jakarta dengan didampingi seorang staf Yayasan KM.
Dengan menumpang Kapal kelas ekonomi, sampailah saya di Pelabuhan Tanjung Priok, disitu saya tidak tahu kemana tujuan saya. Lalu saya menuju rumah teman lama saya. Dua hari saya disitu, teman saya ini, mengirim saya ke rumah kakaknya, Bp. B yang punya usaha konveksi, supaya saya bisa bertahan hidup. Saya menjahit baju2 daster dari jam 7 pagi s.d. jam 10 malam, dengan upah Rp. 1.200,-/hari. Di tempat itu pula saya dipertemukan Tuhan dengan suami dan ke 2 anak saya J dan G yang sudah setahun terpisah.
Mereka kurus, korengan dan kutuan tetapi oleh kasih Tuhan kami semua dipertemukan dalam keadaan hidup.
Saya bertahan di tempat itu selama 2 minggu, tetapi rasanya seperti 2 tahun lamanya.
Dari tempat itu pula saya mengirim lamaran kerja untuk suami. Kemudian kami pindah dari situ dan menumpang di rumah salah satu teman saya. Tanpa uang, tanpa penghasilan, hidup kami ditopang ibu D bekas pengasuh anak-anak kami.
Setiap pagi J dan G memungut buah kecapi di kebun kosong milik bu RT untuk kami makan. Tetapi itu semua tetap kami syukuri. Disitulah saya mulai hamil anak ke 4 saya.
Puji Tuhan, suami saya diterima bekerja, dan kami menyewa rumah petakan sendiri. Para tetangga bersimpati pada kami dan mengirimi kami peralatan dapur, tikar dan sebagainya.
Lalu Tuhan mempertemukan kami dengan anak-anak misionaris Doulos, yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan. Merekapun melanjutkan misinya dan meninggalkan kami. Disini saya mulai melihat pemulihan yang dilakukan oleh Tuhan terhadap keluarga saya. Tidak terhitung lagi berkat Tuhan yang menetes besar kecil seperti dirus air hujan.
Saya sempat menemui teman-teman pelayanan saya dulu, mereka mengumpulkan persembahan kasih untuk kami dan kami berdoa.
Waktu itu saya tetap percaya adanya pemulihan dari Tuhan seperti janjinya ini : Yesaya: 30 : 18 -26
30:18. Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!
30:19 Sungguh, hai bangsa di Sion yang diam di Yerusalem, engkau tidak akan terus menangis. Tentulah Tuhan akan mengasihani engkau, apabila engkau berseru-seru; pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab.
30:20 Dan walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia,
30:21 dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: "Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya," entah kamu menganan atau mengiri.
30:22 Engkau akan menganggap najis patung-patungmu yang disalut dengan perak atau yang dilapis dengan emas; engkau akan membuangnya seperti kain cemar sambil berkata kepadanya: "Keluar!"
30:23 Lalu TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang rumput yang luas;
30:24 sapi-sapi dan keledai-keledai yang mengerjakan tanah akan memakan makanan campuran yang sedap, yang sudah ditampi dan diayak.
30:25 Dari setiap gunung yang tinggi dan dari setiap bukit yang menjulang akan memancar sungai-sungai pada hari pembunuhan yang besar, apabila menara-menara runtuh.
30:26 Maka terang bulan purnama akan seperti terang matahari terik dan terang matahari terik akan tujuh kali ganda, yaitu seperti terangnya tujuh hari, pada waktu TUHAN membalut luka umat-Nya dan menyembuhkan bekas pukulan.
Saya sudah mengampuni Pdt. T dan keluarganya, atas apa yang diperbuatnya pada saya dan keluarga. Supaya hidup saya dipulihkan.Mark 11 : 25 Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." , Lukas 6 : 37 "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
Saya juga sudah melupakan kesusahan yang saya alami seperti firman Tuhan yang tertulis pada kitab Ayub 11:16 bahkan engkau akan melupakan kesusahanmu, hanya teringat kepadanya seperti kepada air yang telah mengalir lalu.
Pergumulan saya dijawab Tuhan satu per satu dipulihkannya keluarga saya, anak-anak saya kembali sekolah
Lalu saya bergumul lagi untuk kelahiran anak ke 4 kami, saya minta tanda dari Tuhan, “Saya tahu Tuhan ada bagi saya. Tetapi jikalau sekiranya Tuhan mengasihi saya, inilah tandanya, saya minta anak ke 4 ini perempuan, karena sudah 2 orang anak laki2 saya dan yang satu perempuan tidak bersama saya. Bahkan saya juga minta anak yang sama persis seperti saya. Supaya saya bisa melihat saya dalam dia. Dan Puji Tuhan, Tuhan berikan semua itu sebagai jawaban.
Melalui operasi Caesar di salah satu RS di Jakarta, saya melahirkan anak ke 4, putri kedua saya, oleh karena kasih Tuhan. Semua dana yang saya perlukan Tuhan cukupkan. Anak itu saya beri satu nama Gabriella Josephine Talita Pascalini yang berarti Seperti Malaikat terang yang membawa kabar baik dari Tuhan, yang dikasihi Allah, dan bangkit melewati batas kesusahan.
Sampai saat ini saya masih menyimpan kerinduan dan memegang komitmen kepada Tuhan untuk terus melanjutkan visi dan misi yang Tuhan telah taruhkan dalam hati saya dan keluarga saya untuk melayani “berita keselamatan” di dalam Penjara, mendoakan mereka yang terbelenggu, memberikan tumpangan bagi mereka yang memerlukan, tetapi saya tahu saya tidak bisa sendiri dan saatnya Tuhan akan tiba nanti.
Jika Tuhan sudah memulai, maka Ia akan terus bekerja sampai kesudahannya.
Inilah ringkasan dari peristiwa yang menimpa saya itu, seperti terangkum dalam Ratapan: 3
3:1. Akulah orang yang melihat sengsara disebabkan cambuk murka-Nya.
3:2 Ia menghalau dan membawa aku ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya.
3:3 Sesungguhnya, aku dipukul-Nya berulang-ulang dengan tangan-Nya sepanjang hari.
3:4 Ia menyusutkan dagingku dan kulitku, tulang-tulangku dipatahkan-Nya.
3:5 Ia mendirikan tembok sekelilingku, mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan.
3:6 Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati.
3:7 Ia menutup segala jalan ke luar bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai yang berat.
3:8 Walaupun aku memanggil-manggil dan berteriak minta tolong, tak didengarkan-Nya doaku.
3:9 Ia merintangi jalan-jalanku dengan batu pahat, dan menjadikannya tidak terlalui.
3:10 Laksana beruang Ia menghadang aku, laksana singa dalam tempat persembunyian.
3:11 Ia membelokkan jalan-jalanku, merobek-robek aku dan membuat aku tertegun.
3:12 Ia membidikkan panah-Nya, menjadikan aku sasaran anak panah.
3:13 Ia menyusupkan ke dalam hatiku segala anak panah dari tabung-Nya.
3:14 Aku menjadi tertawaan bagi segenap bangsaku, menjadi lagu ejekan mereka sepanjang hari.
3:15 Ia mengenyangkan aku dengan kepahitan, memberi aku minum ipuh.
3:16 Ia meremukkan gigi-gigiku dengan memberi aku makan kerikil; Ia menekan aku ke dalam debu.
3:17 Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan.
3:18 Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada TUHAN.
3:19 "Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu."
3:20 Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku.
3:21. Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap:
3:22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
3:23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
3:24 "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.
3:25 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.
3:26 Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.
3:27 Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.
3:28 Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya.
3:29 Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan.
3:30 Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan.
3:31 Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan.
3:32 Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya.
3:33 Karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia.
3:34 Kalau dipijak-pijak dengan kaki tawanan-tawanan di dunia,
3:35 kalau hak orang dibelokkan di hadapan Yang Mahatinggi,
3:36 atau orang diperlakukan tidak adil dalam perkaranya, masakan Tuhan tidak melihatnya?
3:37. Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya?
3:38 Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan apa yang baik?
3:39 Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya!
3:40 Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN.
3:41 Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di sorga:
3:42. Kami telah mendurhaka dan memberontak, Engkau tidak mengampuni.
3:43 Engkau menyelubungi diri-Mu dengan murka, mengejar kami dan membunuh kami tanpa belas kasihan.
3:44 Engkau menyelubungi diri-Mu dengan awan, sehingga doa tak dapat menembus.
3:45 Kami Kaujadikan kotor dan keji di antara bangsa-bangsa.
3:46 Terhadap kami semua seteru kami mengangakan mulutnya.
3:47 Kejut dan jerat menimpa kami, kemusnahan dan kehancuran.
3:48 Air mataku mengalir bagaikan batang air, karena keruntuhan puteri bangsaku.
3:49 Air mataku terus-menerus bercucuran, dengan tak henti-hentinya,
3:50 sampai TUHAN memandang dari atas dan melihat dari sorga.
3:51 Mataku terasa pedih oleh sebab keadaan puteri-puteri kotaku.
3:52 Seperti burung aku diburu-buru oleh mereka yang menjadi seteruku tanpa sebab.
3:53 Mereka melemparkan aku hidup-hidup dalam lobang, melontari aku dengan batu.
3:54 Air membanjir di atas kepalaku, kusangka: "Binasa aku!"
3:55. "Ya TUHAN, aku memanggil nama-Mu dari dasar lobang yang dalam.
3:56 Engkau mendengar suaraku! Janganlah Kaututupi telinga-Mu terhadap kesahku dan teriak tolongku!
3:57 Engkau dekat tatkala aku memanggil-Mu, Engkau berfirman: Jangan takut!"
3:58 "Ya Tuhan, Engkau telah memperjuangkan perkaraku, Engkau telah menyelamatkan hidupku.
3:59 Engkau telah melihat ketidakadilan terhadap aku, ya TUHAN; berikanlah keadilan!
3:60 Engkau telah melihat segala dendam mereka, segala rancangan mereka terhadap aku."
3:61 "Engkau telah mendengar cercaan mereka, ya TUHAN, segala rancangan mereka terhadap aku,
3:62 percakapan orang-orang yang melawan aku, dan rencana mereka terhadap aku sepanjang hari.
3:63 Amatilah duduk bangun mereka! Aku menjadi lagu ejekan mereka."
3:64 "Engkau akan mengadakan pembalasan terhadap mereka, ya TUHAN, menurut perbuatan tangan mereka.
3:65 Engkau akan mengeraskan hati mereka; kiranya kutuk-Mu menimpa mereka!
3:66 Engkau akan mengejar mereka dengan murka dan memunahkan mereka dari bawah langit, ya TUHAN!"
Saya akhiri kesaksian saya ini dengan Firman Tuhan yang terambil dari Ibrani 10:30-35,
10 : 30 Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."
10:31 Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.
10:32 Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat,
10:33 baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.
10:34 Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.
10:35 Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.
Kiranya kesaksian saya ini boleh menjadi berkat bagi Bapak, Ibu, Saudara pembaca sekalian, untuk memperkuat iman, menaruh pengharapannya hanya pada Tuhan, mengasihi satu sama lain karena kita ini adalah tubuh Kristus, jangan ragu-ragu melakukan firman Tuhan, percaya saja, jangan takut dan bimbang untuk melakukan kebenaran seperti yang Tuhan perintahkan, asal kita tetap merendahkan hati kita dihadapan Tuhan, pasti akan ada pembelaan dari Tuhan.
Pertahankan imanmu, karena Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya. I Korintus 10 : 13
Terpujilah Tuhan, kekal selama-lamanya ! Haleluya, Amin.
Belum ada user yang menyukai
- sarah's blog
- Login to post comments
- 5882 reads
@sarah: orang yang nyaris tenggelam
terharu sekali aku membaca kesaksian sarah. terimakasih atas kepercayaan yang sarah berikan kepada semua yang ada di sini, sehingga kisah ini boleh dibagi untuk memberkati banyak orang.
syukur kepada Tuhan, keluarga sarah sudah berkumpul kembali (putri bungsu sarah-kah yang ada di avatar itu? manis sekali senyumnya). mutiara hidup yang tak ternilai pasti kalian dapatkan dari terjal dan curamnya jalan yang telah dilalui.
aku percaya pelayanan sarah akan sangat berarti bagi banyak orang. sarah adalah saksi hidup bagi orang-orang yang hampir hilang pengharapan. orang yang nyaris tenggelam akan lebih mengerti apa yang dibutuhkan untuk menolong sesamanya yang mengalami hal yang serupa.
senang mengenal anda, sarah. Tuhan memberkati
Eha
eha
Terimakasih empatinya,
Terimakasih empatinya, memang tidak mudah tadinya untuk mengungkapkan ini, walau sudah tersusun dalam angan2 bertahun2 lalu. Keberanian ini muncul oleh karena Tuhan yang mengajarkan pada saya untuk rendah hati. Tuhan Yesus memberkati.
@sarah : Kesaksian yang menakjubkan Bu sarah....
Bu Sarah yg terkasih dlm Tuhan Yesus Kristus......
Kesaksian yang anda bagikan sungguh luar biasa mengharukan, betapa TUHAN adalah Tuhan yang penuh kuasa dan kasih.
Dia memberikan Roh Kudus yang senantiasa membuat anda tetap setia ketika anda dalam penampian dan pembentukan.
Sebuah proses pemurnian iman yang tdk sembarang orang mampu melewatinya, meski kekuatan itu tentunya berasal dari TUHAN.
Saya percaya TUHAN mempersiapkan anda sedemikian ini karena ada rencana yang luar biasa pula hendak dinyatakan dalam hidup anda.,
Terima kasih telah membagikan sesuatu yg berharga menjadi inspirasi dan teladan dalam menjalani hidup sebagai anak - anak Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati....
Terimakasih....., oleh
Terimakasih....., oleh karena mau mendengar kesaksian sarah...., apapun yang dari Tuhan biar kata dunia tidak enak, di dalam Tuhan tetap saja enak....Tuhan Yesus memberkati............
@sarah: ........................
Wah, saya betul-betul tidak bisa berkata apa-apa mbak.......
Salut, untuk ketulusan hati mbak Sarah untuk menolong orang-orang yang tidak dikenal...
Salut, untuk ketabahan mbak menerima kesusahan yang tidak seharusnya mbka rasakan...
Salut, untuk sukacita di hati mbak untuk tetap melayani Tuhan..
Kisah anda akan menjadi inspirasi bagi banyak orang-orang yang sedang dalam penderitaan...
Tuhan Yesus memberkati......
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
(...shema'an qoli, adonai...)
Terimakasih, saya sangat
Terimakasih, saya sangat sukacita menerima tanggapan dari teman-teman, doakan agar kedepannya sarah tetap mampu bertahan...., karena kita semua tahu semua tekanan belum berkesudahan sampai Tuhan datang....Tuhan Yesus memberkati