Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Mau Menulis Buku ?
Buku adalah jendela dunia, merupakan pepatah yang sudah sangat dikenal.Antusiasme orang akan buku lumayan meningkat belakangan ini. Sebagai bukti, ketika Gramedia mengadakan bazar buku atau diskon besar besaran, tak pelak lagi toko buku tersebut penuh sesak oleh orang yang berebut membeli buku.
Persoalan buku tampak menghangat dan meyeruak menjadi buah bibir di banyak kalangan akhir tahun lalu. Mulai persoalan buku George Junus Aditjondro maupun buku yang mengcounternya sampai pada pelarangan penerbitan dan penjualan buku oleh Kejaksaan Agung. Buku George sekalipun tak masuk cekal Kejakgung namun tak terlihat karena tak sempat dipajang di toko toko buku ternama negeri ini.
Tak hendak memperpanjang polemik tersebut diatas, saya lebih tertarik mengomentari mengenai buku buku terbitan baru khususnya buku yang mengajari atau memotivasi pembacanya menjadi kaya atau cerdas dan semacamnya. Buku buku motivasi, marketing, saham, hipnotis, property dan kaya lewat internet menyasar pasar yang cukup gemuk, ini tampak dari produktifnya penerbit buku meluncurkan beraneka ragam buku bertema tersebut di atas dengan beberapa penulis yang belum pernah terdengar namanya maupun yang sudah kondang. Tak sungkan sungkan kadang buku yang baru terbit sudah distempel best seller.
Semua hal di atas sebenarnya sah sah saja karena merupakan bagian dari strategi marketing supaya buku menjadi laris manis di pasaran. Kita tentu ingat dengan Tung Desem Waringin ( TDW ) yang katanya Motivator Ulung, Pembicara Terbaik dan Pelatih Sukses No.1 di Indonesia ketika menerbitkan bukunya. TDW menarik perhatian banyak orang karena mengendarai kuda di jalan Jendral Sudirman Jakarta dan menyebabkan kemacetan parah di sana dalam mempromosikan bukunya. Bukunya kemudian memang terbukti laris manis bahkan masuk MURI karena terjual terbanyak dalam satu hari.
Tak kalah hebohnya, dalam peluncuran buku keduanya TDW menyebarkan uang di daerah Tangerang melalui helikopter yang disewanya. Sekalipun hal ini memicu reaksi negative banyak kalangan berkenaan dengan etika, nyatanya bukunya juga laris.
Buku buku para pengajar atau motivator tersebut biasanya menyertakan “bonus” dalam bukunya yang nilainya ( katanya ) mencapai jutaan Rupiah yang tentu saja melebihi harga buku tersebut. Modus semacam inilah yang sekarang lagi menjadi tren para para penulis buku ( penerbit ? ).
Saya tak hendak memfokuskan kepada penulis tertentu, penyebutan TDW hanya merupakan contoh dari sekian puluh penulis lainnya yang mempergunakan strategi yang kurang lebih sama.
Ketika membaca buku buku baik buku motivasi, marketing, saham , internet juga properti, yang tampak pertama adalah banyaknya komentar baik dari sesama guru marketing ( mungkin bagian dari balas jasa saling memberi komentar buku masing masing ), pembeli buku penulis sebelumnya, tokoh yang dikirimi transkrip buku atau juga peserta seminar yang sudah diadakan si penulis buku. Komentar komentar ini bahkan tak jarang mengisi banyak lembar halaman buku. Belum lagi foto foto ( banyak ) kegiatan seminar / work shop yang dihadiri ratusan peserta.
Bagian kedua yang menyita adalah kata pengantar ( baik dari penulis maupun tokoh terkemuka yang diundang untuk memberi pengantar ) dan pendahuluan yang kadang isinya hanya penghias buku semata.
Bagian ketiga adalah bonus yang ( katanya ) bisa dinikmati si pembeli buku baik potongan harga mengikuti seminar atau workshop si penulis, atau juga kadang penjelasan isi CD bonus yang disematkan dalam buku.
Bagian terakhir atau sisanya barulah pembahasan inti buku tersebut. Namun anehnya trik trik maupun cara cara yang katanya bisa memotivasi orang atau membuat orang menjadi kaya tidak diberikan /diterangkan secara lengkap / keseluruhan. Trik trik keseluruhan hanya diberikan ketika seminar atau workshop diadakan / berlangsung yang tentunya diperlukan tambahan biaya, meskipun harap diingat, biaya tersebut telah didiskon besar besaran khusus untuk pemilik buku.
Tak jarang isi bagian ini tidak lebih banyak dari separuh tebal buku. Gambarannya, jika saya mempunya 20 cara mebuat orang kaya, maka saya hanya perlu membagikan 3 sampai 5 trik umum / biasa dalam buku yang saya tulis. Jika ingin memperoleh semua trik istimewa atau yang paling istimewa yang saya punya, ya tentu saja anda harus mengikuti seminar atau work shop yang saya adakan. Tetapi karena seminar / work shop saya ( sebagai pembicara top di Indonensia ) pasti mahal, jangan kuatir saya telah memberikan voucher diskon yang telah saya selipkan khusus untuk pembeli buku yang nilainya bisa jutaan Rupiah.
Perlu diketahui juga cara menyajikan tulisan biasanya digunakan huruf yang ukurannya besar ( mungkin supaya pembaca yang berkaca mata tidak perlu repot repot mengambil kaca mata ), Buku sering dikemas sampul yang bagus bahkan ada yang menggunakan hard cover, begitu pula kertas halaman namun sering ukuran buku tidak terlampau besar. Rasanya pepatah “ Don’t judge the book by it’s cover “ cocok untuk hal ini. Barangkali bukan pepatah melainkan sudah menjadi pemeo.
Saya memandang buku ini lebih merupakan sarana promosi kegiatan / seminar / workshop si penulis buku yang tentu saja untuk mendulang keuntungan yang besar. Selain itu buku juga dijadikan sarana menaikkan gengsi dan pamor penulisnya supaya lebih dikenal / terkenal lagi. Biaya mengikuti seminar atau workshopnya ? Ratusan ribu sampai jutaan bahkan ada yang belasan juta Rupiah.
Tak pernah saya bayangkan jika cara yang sama dipakai oleh yang lain semisal ilmuwan yang juga dosen atau juga teolog / pendeta. Khusus untuk teolog / pendeta mungkin julukan pendeta yang bebal dan yak yak o akan berkurang diganti pendeta yang matre he he he he he.
Pertanyaan kemudian adalah apa esensi dan tujuan si penulis buku selain hanya untuk bagian dari strategi dan promosi kegiatan si penulis ? Apa yang bisa didapat dari buku tersebut jika isinya hanya sedikit dan tak berkorelasi dengan promosi ( membuat / memotivasi orang menjadi kaya ) di sampul buku ? Buku buku ini menjadi tidak atau kurang bermanfaat bagi pembacanya..
Ada pendapat yang mengatakan :”Buku buku yang best sellers biasanya tidak / kurang bermutu !”. Ehm masuk akal juga, meski belum tentu benar.
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
- king heart's blog
- Login to post comments
- 5681 reads
@KH
1. Koreksi dikit: Tung Desem menyebar duit tidak menggunakan helikopter tetapi pesawat sayap tetap [fixed wing].
2. Soal label "Best Seller" memang belum ada patokan yang pasti. Akibatnya jadi acak-kadut. Ada buku yang pada cetakan pertama sudah mencantumkan tulisan "best seller." Pertanyaannya: Bagaimana bisa menentukan buku itu terlaris kalau dijual saja belum. Best seller dari hongkong?
Namun jika buku itu hasil terjemahan, masih bisa mencantumkan label best seller, tapi ditulis dengan lengkap. Misalnya: "Best seller di Amerika" , "Best Seller Uganda", atau "Best Seller menurut New York Times."
3. Ukuran Best Seller setiap penerbit juga berbeda. Bagi penerbit kecil, buku yang bisa terjual sebanyak 2000 eksemplar dalam 6 bulan bisa disebut Best Seller. Namun bagi Gramedia, sebuah judul buku yang terjual 400 eksemplar tiap bulan dianggap buku biasa saja, atau malah buku nggak laku. Saat ini penerbit cenderung suka-suka mencantumkan label best seller. Kalau penerbit itu baru menerbitkan 3 judul buku, kemudian melabeli satu judul bukunya yang terlaris sebagai buku terlaris boleh nggak? "Boleh saja. Buku ini kan terlaris di antara 3 buku yang kami terbitkan." Itu sebabnya, mendesak adanya standardisasi dalam pelabelan "best seller" supaya konsumen tidak tertipu.
4. Buku-buku motivasional memang cenderung mengelabuhi pembaca. Rata-rata buku itu ditulis dalam rangka melariskan seminar atau training sang penulis. Jadi dagangan utama si penulis dalah acara off airnya itu. Di sinilah dibutuhkan kejelian pembaca. Biasanya buku ini memakai judul: "Sukses", "Kaya", "Diberkati", "Bahagia", "Kebebasan Finansial" dll [Maaf ini tidak menyindiri atau memfitnah aliran/gereja tertentu]. Kalau menggunakan akal sehal, pernahkah terpikirkan: Kalau pembicara itu punya resep kaya dalam sekejap, mengapa dia masih menjalankan usaha seminar dan training untuk menghidupi diri? Bukankah dia sudah punya rahasianya?
5. Saat ini ada ada beberapa hamba Tuhan yang mencoba-coba menulis buku hanya untuk "menaikkan harga jualnya" di pasaran. Dia berharap dengan menulis buku, maka namanya dikenal sehingga diundang berkhotbah ke sana-sini. Pada beberapa gereja tertentu, Persembahan Kasih untuk sekali khotbah cukup besar. Di Yogyakarta, sekali khotbah bisa mengantongi uang Rp. 1 juta. Kalau dalam satu hari Minggu itu dia mendapat jatah 3 kali, maka tinggal dihitung saja. Sebagai perbandingan, PK untuk khotbah di gereja mainstreap dipatok Rp. 50-150 ribu/khotbah.
Hal seperti ini tidak salah sih. Semakin banyak orang Kristen yang menulis, akan semakin baik.
Demikian yang bisa saya komentari. Maaf, hanya bisa mengomentari soal buku karena itu yang saya tahu. Kalau soal teologi, biar para begawan ilmu teologi di sini yang mengomentari.
------------
Communicating good news in good ways
@PK
Trims buat koreksinya pak Wawan, he he he tidak teliti karena si TDW pernah mempergunakan helikopter sebagai bonus kepada peserta seminarnya ( keliling menggunakan helikopter )
Ngomong ngomong buku anda kan best seller juga sudah terjual berapa banyak pak ?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
kadang buku yang isinya bagus tidak laris
pengen komentar, karena emang suka baca tapi saking banyaknya ide buat komentar jadi bingung mo ngomong apa hehe...
saya pribadi lebih suka dengan tulisan2 penulis jaman dulu, rasanya lebih orisinil, lebih jujur dan lebih bernilai, tulisan2 orang2 jaman sekarang isinya terlalu banyak bumbu sampek rasanya eneg dan membingungkan.
Semoga bermunculan penulis2 yang lebih murni idenya dan lebih bernilai isinya:)
@benia
Kalau boleh tahu jenis buku apa yang anda suka baca ? Secara umum saya sepakat dengan anda namun tidak berarti buku yang ditulis pada jaman sekarang tidak bagus dan bermutu. Coba tanya tuh pak Purnawan, bukunya menjadi best seller namun banyak dipuji kualitasnya.
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
waktu...
jika Alkitab adalah buku,
Alkitab bisa melahirkan banyak sekali pendapat tentang isi-nya,
demikian juga dgn buku-buku lainnya,
hanya waktu yang akan membuktikan manfaat buku-buku tsb...?
___________________________
giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt
www.antisehat.com
@anti sehat
Betul itu, sampai kapanpun Alkitab akan melahirkan pendapat pendapat yang bahkan up to date pada zaman dimana Alkitab dibaca.
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?