Komentar om HH dalam tulisan blog pertamaku bahwa yang terpenting dalam nge-blog disini adalah endurance, bukan speed dan power, sangat benar adanya. Lama tidak masuk ke dalam pasar kelelawar ini…ehh maksudnya pasar klewer dengan alasan klasik yang sama seperti blogger-blogger amatir lainnya, padahal masih ada hutang kelanjutan tulisan mengenai ibadah di Gereja Anglikan. Baiklah, hutang pasti akan dibayar walaupun tidak ada yang merasa dihutangi. Tetapi tulisan kali ini bukan sequel dari “Ibadah Pertama di Afrika”, ada satu kejadian yang membuatku teringat dan segera kembali ke pasar ini.
Dalam setahun ada dua kali kesempatan untuk kembali ke tanah air. Rencana awal akan kembali ke Jakarta menjelang Lebaran di pertengahan September ini, tetapi karena ada meeting dengan pimpinan, maka dipercepat menjadi akhir Juli. Selama ditugaskan di Nigeria, untuk penerbangan dari Jakarta ke Lagos dan sebaliknya, airlines yang selalu digunakan adalah Emirates. Emirates menjadi pilihan karena merupakan penerbangan yang menyediakan jalur tersingkat untuk rute Jakarta-Lagos, dimana bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 20 jam termasuk transit di Dubai. Penerbangan lainnya bisa memakan waktu tempuh lebih dari 24 jam, bahkan ada yang sampai harus transit di Frankfurt, jadi sama seperti terbang dari Jakarta ke Bali tetapi transit terlebih dahulu di Manado.
Entah mengapa untuk kali ini, beberapa hari menjelang keberangkatan ke Jakarta rasanya excited sekali, sampai-sampai malam sebelum hari H tidak bisa tidur nyenyak, biasanya tidak begini. Mungkin ini yang dinamakan homesick. Saat yang dinanti-nantikan pun tiba, sampai dengan boarding tidak ada masalah, mengingat Emirates menyediakan fasilitas check in online melalui internet yang bisa dilakukan 24 jam sebelum penerbangan berikut fasilitas memilih tempat duduk serta menu makanan selama penerbangan yang juga dapat dilakukan secara online. Hanya ada sedikit gangguan, setelah melewati bagian imigrasi tiba-tiba ada petugas, sepertinya petugas custom, yang berteriak seakan memanggilku, dan herannya secara reflek aku langsung mendekat. Petugas tersebut melihat pasporku dan tiba-tiba menjadi ramah, sambil mengucapkan mantera khas Nigeria “Do you have something for me?” Dan 200 Naira pun berpindah tangan.
Tidak ada kejadian yang istimewa selama penerbangan dari Lagos ke Dubai. Waktu transit yang tersisa hanya digunakan untuk express window shopping di terminal 3 Dubai Airport yang tidak beda seperti shopping mall. Kejutan terjadi ketika akan boarding untuk melanjutkan penerbangan Dubai-Jakarta, ketika tiket boarding di scan oleh petugas, ada nada mesin seperti di”reject”, petugasnyapun tampak sedikit kebingungan. Rasa cemas meliputiku, khawatir ada masalah dengan tiket. Bayangkan bagaimana kalau sampai penerbangan lanjutan tersebut tertunda, atau ternyata tiket boardingnya palsu, dan kemudian terlunta-lunta di airport Dubai, seperti kejadian di film “Terminal”. Sebelum sempat membayangkan yang lebih jauh, tiba-tiba petugas tersebut sambil tersenyum memberikan boarding pass yang baru dan berkata, “You are upgrade to business class, enjoy your flight”.
Ternyata upgrade class gratis adalah salah satu fasilitas untuk anggota frequent flyer Emirates. Ini adalah pertama kalinya menikmati kelas bisnis selama penerbangan Lagos-Jakarta, walaupun hanya untuk delapan jam penerbangan lanjutan Dubai-Jakarta. Sayangnya hampir sepanjang perjalanan ini dilewati dengan tidur, mungkin akibat semalam sebelumnya kekurangan tidur dan juga karena tempat duduk kelas bisnis yang cukup nyaman buat tidur nyenyak. Terbangun kemudian sekitar dua jam sebelum tiba di Jakarta dan saat makan siang. Setelah menikmati hidangan makan siang yang disajikan, waktu yang tersisa akan digunakan untuk menikmati fasilitas hiburan yang tersedia.
Dengan lebih kurang 600 saluran film, sport, dan musik , cukup membuat bingung dalam menentukan pilihan. Akhirnya diputuskan untuk fokus pada film-film hiburan. Satu persatu film hiburan discan dan dibaca diskripsi singkatnya…tiba tiba jariku berhenti menekan panel pilihan ketika di layar muncul film “Marley & Me”. Ya….tidak salah lagi “Marley & Me”, aku sudah membaca bukunya kira-kira setengah tahun yang lalu. Ditulis oleh John Grogan, seorang kolomnis sebuah surat kabar di Amerika Serikat, berdasarkan kisah nyata tentang terbentuknya sebuah keluarga bersama seekor anjing Labrador.
Sepasang pengantin baru, John dan Jenny, yang tinggal di West Palm Beach memutuskan memelihara seekor anjing sebagai latihan menjadi orang tua kelak. Akhirnya pilihan mereka jatuh pada seekor anjing Labrador yang lucu dan diberi nama Marley. Marley bertumbuh menjadi seekor Labrador yang super nakal, hiperaktif, neurotik, dan juga paranoid, serta membuat kekacauan dimana-mana. Marley memang bukan anjing biasa, dengan berat 93 pound (+/- 42 kg), ia siap menabrak apa saja, menembus kasa pintu, menggigit tembok sampai berlubang, melempar air liur ke tamu-tamu, mencuri makanan, mencuri celana dalam wanita, merusak bantal dan bunga, meminum air toilet, mengejar karyawan UPS, serta memakan apa saja yang dapat diraihnya termasuk, sofa dan perhiasan. Perilaku Marley pernah menyebabkan satu pantai umum ditutup dan dinyatakan terlarang untuk semua jenis anjing. Upaya memperbaiki kelakuan Marley dengan memasukkannya ke sekolah pun tidak membawa hasil. Marley diusir dari sekolah pada hari pertamanya setelah berhasil mempermalukan sang pelatih. Marley juga mempunyai kelemahan lain, ia sangat ketakutan terhadap bunyi petir, badai dan sejenisnya. Hal-hal ini bisa menyebabkan Marley sangat gelisah dan tidak tenang apalagi kalau dikurung dalam ruang tertutup, akibatnya semua isi ruangan akan menjadi seperti habis disapu badai. Tak heran jika tuannya sendiri, John Grogan, menyebut Marley sabagai the worst dog in the world.
Namun, hati Marley murni dan setia. Meski ia menolak semua batasan yang diberikan untuk perilakunya dan tampak selalu riang gembira, cinta dan kesetiaannya seperti tanpa batas. Marley ikut merasakan ketika keluarga Grogans melewati pasang surutnya sebuah kehidupan berkeluarga, seperti pindah pekerjaan dan tempat tinggal, serta banyak permasalahan keluarga lainnya. Marley berbagi kebahagiaan bersama John dan Jenny saat kehamilan Jenny yang pertama, dan juga kesedihan saat Jenny mengalami keguguran. Marley ada bersama mereka saat bayi-bayi hadir dan bertumbuh dalam keluarga ini. Sementara ia tidak berhenti membuat kekacauan, Marley selalu memenangkan hati orang-orang di sekitarnya. Cinta dan kesetiaannya adalah model sebuah pengabdian yang tulus.
Seperti ada tertulis dalam kitab Pengkotbah bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya. Di bab-bab terakhir masa hidupnya spirit Marley, sebagai seekor Labrador yang super nakal, hiperaktif, neurotik, dan juga paranoid, serta pembuat kekacauan dimana-mana, tetap terlihat, hanya tubuhnya yang tua dan lemahlah yang membatasi Marley untuk mengeskpresikan segala ke’gila’annya itu. Bagian akhir film inilah yang sepertinya ingin dilewati saja, takut tidak sanggup menahan airmata, tetapi disatu pihak rasanya ingin sekali menyaksikan visualisasi bab-bab terakhir dari buku yang sudah pernah dibaca tersebut.
Marley sudah memasuki masa-masa tuanya, setelah beberapa kali berhasil diselamatkan melalui pertolongan medis, akhirnya dokter memutuskan bahwa jalan terbaik bagi Marley adalah euthanasia. Bersamaan dengan itu terdengar pengumuman bahwa pesawat akan segera mendarat dalam waktu 20 menit dan awak kabin mulai hilir mudik membereskan segala sesuatu yang diperlukan menjelang pendaratan. Sementara aku terus berjuang untuk menyaksikan film ini sampai selesai dan mencoba untuk tetap tegar serta menahan airmata. Tetapi tidak lama, pertahanan jebol, air mata mengalir ketika menyaksikan saat Marley menjelang euthanasia dan juga saat kata-kata perpisahan yang disampaikan oleh ketiga anak John dan Jenny saat penguburan Marley. Panik tak terhindarkan ketika pramugari lalu lalang memastikan setiap kursi penumpang sudah dalam keadaan siap untuk pendaratan, aku terus berpura-pura membersihkan muka dan menghadap kebawah, agar tidak ketahuan sedang menangis. Lagi pula apa kata mereka jika mendapatkan penumpang menangis tersedu-sedu justru sesaat menjelang pendaratan, nanti bisa dikira penumpang yang satu ini tidak rela meninggalkan kursi business class nya..hahaha….
Yang dibutuhkan seekor anjing hanyalah cinta yang tulus, dengan memberikan cinta kepadanya maka ia akan mengembalikan semua cinta tersebut bahkan lengkap dengan segala ke’gila’annya. Sungguh sangat sederhana. Aku mendarat di bandara Soekarno-Hatta dengan mata yang sembab dan dengan hati yang sedih dan bahagia. Sedih dan terharu karena barusan menyaksikan kehidupan anjing ‘gila’ yang penuh dengan cinta, bahagia karena sudah tiba kembali di tanah airku tercinta.
Aku menangis lagi saat menulis blog ini, aku laki-laki kok jadi cengeng begini. Apalagi sebabnya kalau bukan gara-gara Marley. Cinta dan kegilaannya dapat membuat seorang laki-laki menangis....dasar Marley si anjing "gila".
@ryanto ijinkan saya...
Memberikan link cuplikan link trailer dari film marley and me.
klik disini
Melihat trailernya saja sudah membuat hati saya terharu, terima kasih ryanto anda sudah memberi informasi sebuah film bagus.. hunting ah movienya.
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
Selamat hunting "Marley"
Yang menjadikan kisah nyata ini unik adalah biasanya yang dibukukan dan difilmkan adalah kisah hewan peliharaan yang pintar, genius, helpful, lucu, dan lain sebagainya. Tapi kali ini tokoh yang dikisahkan adalah jauh dari gambaran itu semua melainkan anjing 'gila' yang super nakal, hiperaktif, neurotik, dan juga paranoid serta pembuat kekacauan dimana-mana, seperti lagunya Mbah Surip: Tak 'kacau' dimana-mana.
Sand, sand...
Min uda baca 3 kali, maci nangis. Huk Huk Huk.
Dan jamin deh cara penulisan Grogan, sangat hidup. Sangat dekat. Sangat nyata. Jokes dia juga fresh.
Movienya oke. Bukunya awesome. Min sampe beli extra 1 jilid, dan tak mau buka plastiknya, untuk diwariskan nanti kalo uda tua. Hahaha.
^-^
^-^
@min hari senin...
Mudah2an kalau Tuhan mengijinkan sudah download versi full movienya ... bukunya bole dong min.. ^^
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
Hak hak hak, sand, min pelit
Kalo soal buku-buku kesukaan min, misalnya Marley & Me, Harry Potter, Twilight saga, Tunnels, --- Min pelit. Sangaaaat pelit... ! Huehehehe...
Oh ya, baca dulu baru nonton.
^-^
Sand, lupa bilang...
Tuh avatar min, si Marley pas kecil....
^-^
Minley
Min-min, aku juga baru sadar kalau selama ini ternyata avatarmu adalah si'gila' Minley....eh..maksudnya Marley waktu masih kanak-kanak.
@Andy Ryanto : ^^
!st, salam kenal ya. Kayanya min lum pernah komen di blog Andy sebelumnya. Baru kali ini. Dan ga nyangka ada yang ngulas tentang Marley di SS. Hahaha.
Sister min, sampe hari ini manggil Min dengan sebutan "Marley" ampe sekarang. Karena menurutnya, antusiasme, semangat, dll, (sifat marley) banyak yang mirip dengan Min. Jadi, ya gw pasrah aza kalo dipanggil Marley. hehehe... Kadang-kadang sisters ga bisa dicomplain. Hahaha.
Iya nich. Min suka sekali avatar Min. Suka sekali ide-nya. Pengen cari poster gede untuk ditempel dikamar. Di kamar uda ada HArry Potter, Dreams Map, Puzzle ama foto kelinci. Wuah, kalo ditambah dengan Marley, pasti kueren.
(Duh, udah mulai jadi cerewet... Hahaha)
John grogan, penulis yang hebat. I guess. He changed mylife somehow.
^-^
Minley
Kamu nggak cocok pake dipanggil Marley, pertama karena kamu bukan doggy, kedua Marley lebih cocok buat laki. Jadi mendingan dipanggil Minley saja, perpaduan Min-Min dan Marley.
@min2 si coffee maker...
Tidak apa-apa, mengingat buku yang saya aku selesaikan baca masih banyak belum lagi akan ada beberapa buku yang dikasih Joli ke sandi, tapi buku si marley ini akan menjadi salah satu buku yang harus aku beli. *penasaran*
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
Business Class bikin Nangis
Duh, udah syusah-syusah ngumpulin poin biar bisa di-upgrade, dikasih pelm yang bikin nangis-nangis, laen kali minta kompensasi tuh
Duh...
Salam kenal P Rus, ya begitulah pak .... tidak ada yang kebetulan, untung upgradenya gratis tidak ngurangi poin. Kalau nangis-nangis di kelas ekonomi kan malah repot...nanti dikira tetangga sebelah lagi kena swineflu...wah...bisa-bisa masuk karantina kayak marley dimasuki kandang..hihihi...
Akhirnya ketemu Marley & Me
habis download nih. Mau nonton dulu ah.. kayaknya menarik..
Jesus Bless U
Akhung Berithel
Kita tidak bisa selalu memiliki apa yang kita sukai, tapi kita bisa belajar menyukai dan mensyukuri apa yang kita miliki
Kita tidak bisa selalu memiliki apa yang kita sukai, tapi kita bisa belajar menyukai dan mensyukuri apa yang kita miliki