Mari Rakyatku Kita Dukung Demo Turunkan Harga BBM !!!

yup, gw mengerti konstitusi memang tidak mengatur hingga hal yang mendetail.

soal mengapa minyak mentah dijual lebih dulu ke LN lalu dibeli kembali setelah diproses dgn harga lebih tinggi dan ikut harga dunia memang sangat aneh. mengapa tak dibangun kilang dalam negeri saja ? ada beberapa 'penjelasan' yg menunjukkan bhw trik ini adalah legacy dari rezim terdahulu yg rajin mengumpulkan dana bg pundi-pundi keluarga dan kelompoknya. entahlah apa ada juga soal proteksi teknologi dr negara yg mampu mengolah minyak atau ada alasan skala ekonomis. gw jg sepaham, bhw mengolah minyak di dalam negeri harusnya akan membuat harga bbm DN kita tidak akan terpengaruh banyak oleh gunjang-ganjing politik di negara pengekspor dan pengonsumsi bbm, dan (mudah-mudahan) lebih murah dari harga di LN.

namun soal harga, seandainya pun diolah dalam negeri, gw tetap  melihat penetapan harga haruslah menurut harga ekonomisnya (production cost plus margin), bukan harga subsidi. bukan karena gw percaya mekanisme pasar itu adil, tp krn gw percaya apa yg langka haruslah dibayar mahal, sehingga penggunaan bbm tsb benar-benar efisien. penguasaan kekayaan alam oleh negara, berarti manfaat ekonomi dari eksploitasinya adalah untuk negara untuk selanjutnya digunakan bg peningkatan kesejahteraan rakyat.

pemanfaatan kekayaan alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (dalam pengertian gw) bukan harus diartikan sebagai membaginya secara obral dan dibuat murah. apalagi setelah sekarang kita mnjadi net importer minyak, mustahil kita bisa berfoya-foya dgn minyak kita. sayangnya, ketika boom harga minyak di dekade 70-an dan Indonesia memang dapat uang banyak (ketika itu masih jadi net exporter minyak), uang tsb tidak digunakan untuk membangun infrastruktur dgn benar, malah dikorup oleh para pejabatnya seperti yg terjadi di kasus pembangunan pabrik baja.

masalah harga bbm menjadi pelik karena kita terlalu tergantung pada bbm. PLN kita masih banyak menggunakan pembangkit listrik berbahan bakar minyak. kelas menengah atas dipaksa atau terpaksa menggunakan kendaraan pribadi berBBM, karena alternatif transportasi umum yg nyaman dan ekonomis tidak tersedia. kelas bawah menengah (?) terpaksa ngredit sepeda motor karena pakai motor masih lebih murah dan praktis daripada mengandalkan transportasi umum. industri terpaksa sediakan generator sendiri (yg ukuran kecil biasanya pakai BBM), karena PLN tak sanggup menyediakan daya yang cukup atau karena keandalan pelayanannya rendah (masih sering pemadaman).

'menaikkan harga bbm' ( = mengurangi/menghapus subsidi) adalah suatu keharusan ekonomi, tetapi gw jg gak setuju itu dilakukan sbg suatu kebijakan yg terpisah dari kebijakan lain, seperti energy mix yg semakin mengecilkan porsi bbm, penyediaan sarana dan prasarana transportasi umum yg baik, penyediaan energi listrik yg handal dan murah,... nah, di sini gw lihat problemnya. pemerintah taunya cuma nyabut subsidi, yg lainnya itu diantepin dan dijadikan janji-janji tinggal janji :-). pemerintah juga  tidak mampu mengendalikan efek keputusannya. lihat saja, belum jg bbm naik, organda sudah mau naikin ongkos 35%, harga cabe sudah melambung, dan Judika Idol sudah siap-siap naikin tarif manggungnya :-). 

proteksi dan bantuan thd usaha kecil atau usaha baru (infant industry) memang perlu hingga batas tertentu dan waktu tertentu. tapi, lagi-lagi bukan harus dalam bentuk penyediaan bbm bersubsidi. ironi yg gw lihat, pemerintah selalu bilang dukung UMKM, tp banyak peraturan perizinan, perpajakan dan perdagangan malahan mempersulit usaha kecil (kasus retail chain store vs toko individu, PPN untuk warteg, tarif PPh yg memberatkan untuk  usaha kecil yg mempergunakan norma perhitungan, seabreg izin-izin yg untuk mendapatkannya perlu waktu dan harus bayar ekstra diluar tarif resmi).  

gw bisa pahami ada yg anggap bbm menyangkut hajat hidup orang banyak, khususnya menengah ke bawah, sehingga wajar bila terus disubsidi. gw rasa itu ada benarnya, tp gw melihat itu tidak akan bisa dipertahankan dalam jangka panjang. kekeliruan terbesar rezim sekarang maupun sebelumnya adalah berlambat-lambat bertindak untuk mengurangi ketergantungan pada bbm ( hei, ada yg masih ingat tentang kompor briket batubara dan penanaman jarak sebagai sumber bahan bakar,..? kemana perginya semua itu?)

udah dulu,ah. yang mau demo anti kenaikan harga bbm silakan terus demo, tapi tolong ingat, kami yg tak berdemo juga rakyat dan bagian bangsa ini, janganlah merampas hak-hak kami. jangan halangi pesawat mendarat. jangan  paksa angkot menurunkan penumpang. jangan blokade jalan menuju rumah sakit, sekolah, bandara, jalan tol dan pelabuhan. jangan paksa kami ikut demo. jangan pukul-pukul mobil yg kami tumpangi. jangan mendemonstrasikan kebrutalan massa; anak kami sudah tiga hari ini pulang dipercepat dari sekolahnya.

i love indonesia. peace...